Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Pria Hebei Diadili karena Berlatih Falun Gong

26 Maret 2023 |   Oleh koresponden Minghui di Provinsi Hebei, Tiongkok

(Minghui.org) Seorang warga Kota Qinhuangdao, Provinsi Hebei berusia 65 tahun diadili pada tanggal 7 Maret 2023 karena keyakinannya pada Falun Gong, sebuah latihan kultivasi watak dan raga yang telah dianiaya oleh rezim komunis Tiongkok sejak tahun 1999.

Tian Shujun ditangkap pada 29 Juli 2020 dan dibebaskan tapi menjadi tahanan rumah pada 15 Agustus tahun itu. Polisi sering mengganggunya setelah dia kembali ke rumah.

Tian ditangkap lagi sekitar 13 April 2022. Setelah 21 hari dikarantina di rumah sakit polisi, dia dibawa ke Pusat Penahanan Kota Qinhuangdao dan ditahan di sana sejak saat itu.

Selama persidangan di Pengadilan Negeri Funing pada 7 Maret 2023, pengacaranya mengajukan pembelaan tidak bersalah untuknya. Dia juga bersaksi untuk pembelaannya sendiri.

Jaksa menuduh Tian mengirim informasi tentang Falun Gong dengan ponselnya. Tetapi pengacara Tian berpendapat bahwa ponsel yang disita oleh polisi bahkan tidak memiliki kartu sim dan tidak mungkin mengirim pesan dengan itu. Dua dari tiga saksi yang mengaku telah menerima SMS dari Tian memberikan kesaksian yang tidak sesuai dengan laporan polisi mengenai kapan SMS yang diduga dikirim.

Jaksa juga menuduh Tian sebagai pelaku yang mengulangi perbuatannya karena dia pernah menjalani hukuman kerja paksa karena berlatih Falun Gong sebelumnya. Pengacara Tian membantah dan bahwa sistem kerja paksa itu sendiri ilegal dan telah dihapuskan pada tahun 2013. Fakta bahwa Tian diberi hukuman kamp kerja paksa hanya menunjukkan bahwa dia dianiaya karena keyakinannya dan tidak dapat digunakan sebagai bukti untuk menuntutnya. lagi.

Hakim dan jaksa tidak menyela pernyataan pembelaan pengacara. Sidang ditunda kurang dari dua jam.

Tian mempelajari Falun Gong pada tahun 1997. Dia pergi ke pemerintah untuk memohon hak menjalankan keyakinannya segera setelah penganiayaan dimulai pada tahun 1999 dan ditangkap. Polisi melukai pergelangan tangannya dan kemudian meneteskan lilin yang terbakar ke lukanya. Dia juga menjalani dua kali masa kerja paksa, selama waktu itu dia disiksa dan dipaksa bekerja tanpa bayaran.