Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Wanita Jilin Meninggal Dunia Akibat Tekanan Mental Akibat Penganiayaan terhadap Keyakinannya

13 Mei 2023 |   Oleh koresponden Minghui di Provinsi Jilin, Tiongkok

(Minghui.org)

Nama: Lyu Jianjie/吕建杰
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur: 53
Kota: Tonghua
Provinsi: Jilin
Pekerjaan: Karyawan pabrik Pengobatan Tradisional Cina
Tanggal Kematian: 31 Oktober 2017
Tanggal Penangkapan Terakhir: 11 Juli 2011
Tempat Penahanan Terakhir: Pusat Pencucian Otak Kota Tonghua

Baru-baru ini dikonfirmasi oleh Minghui.org bahwa seorang penduduk Kabupaten Liuhe, Kota Tonghua, Provinsi Jilin meninggal dunia pada tanggal 31 Oktober 2017, karena tekanan mental yang disebabkan oleh penganiayaan terhadap Falun Gong. Dia berusia 53 tahun.

Karena Lyu Jianjie adalah seorang koordinator sukarelawan di tempat latihan Falun Gong setempat, dia terdaftar sebagai sasaran utama penganiayaan dan menghadapi gangguan terus-menerus, setelah Partai Komunis Tiongkok memberikan perintah untuk membasmi Falun Gong dari Tiongkok pada tahun 1999.

Pada tanggal 25 Oktober 1999, Lyu pergi bersama dua praktisi setempat, Hao Zhifang [wanita] dan Pang Kun [pria], ke Kantor Permohonan Nasional di Beijing, mencoba untuk menyangkal kampanye kotor yang dilancarkan oleh rezim komunis terhadap Falun Gong. Mereka ditangkap, dibawa kembali ke Kabupaten Liuhe dan ditahan selama tiga bulan. Lyu juga dipecat oleh pabrik Obat Tradisional Tiongkok Kabupaten Liuhe tempat dia bekerja.

Lyu pergi ke Beijing lagi pada Januari 2001 untuk memohon bagi Falun Gong dan ditangkap untuk kedua kalinya. Setelah dua bulan di Pusat Penahanan Kabupaten Liuhe, dia diberikan dua tahun di Kamp Kerja Paksa Yinmahe di Kota Jiutai, yang ditujukan untuk memenjarakan banyak sekali praktisi Falun Gong dari kamp kerja paksa di ibu kota provinsi Changchun.

Setibanya di kamp kerja paksa, Lyu diperintahkan untuk menulis pernyataan untuk melepaskan Falun Gong, atau dia tidak akan diizinkan untuk tidur. Karena menolak untuk menurut, Lyu dipaksa berdiri di lorong selama lebih dari 20 hari.

Lyu dan 34 praktisi lainnya dipindahkan ke Kamp Kerja Paksa Heizuizi di Changchun pada tanggal 7 November 2001. Mereka menjadi sasaran cuci otak intensif, dengan hanya tidur tiga jam setiap hari antara jam 2 pagi hingga jam 5 pagi. Mereka tetap teguh dengan keyakinan mereka, jadi para penjaga menyetrum mereka dengan tongkat listrik dan kadang-kadang secara paksa memegangi tangan mereka untuk menandatangani pernyataan melepas Falun Gong yang telah disiapkan di luar keinginan mereka. Lyu menolaknya dan diborgol ke tempat tidur logam. Dia dibebaskan pada Januari 2003.

Lyu ditangkap lagi pada malam hari tanggal 13 April 2009 dan dibawa ke Kamp Kerja Paksa Heizuizi pada tanggal 8 Mei tahun itu untuk menjalani hukuman dua tahun. Karena tekanan darahnya yang tinggi, dia ditolak masuk. Polisi mengizinkannya untuk menjalani hukuman di rumah setelah memaksa keluarganya membayar uang jaminan yang tidak diketahui jumlahnya.

Selama dua tahun ketika Lyu menjalani hukuman di rumah, pihak berwenang terus-menerus mengganggunya dan mengancam akan menangkapnya kapan saja. Ketika agen Kantor 610 Kabupaten Liuhe datang pada 10 September 2010, mereka mengungkapkan bahwa mereka berencana membawanya ke sesi cuci otak selama 12 hari. Untuk menghindari penganiayaan, Lyu terpaksa tinggal jauh dari rumah.

Lyu ditangkap lagi antara tahun 2010 hingga 2011. Dia melakukan mogok makan di pusat penahanan dan menjadi kurus ketika dibebaskan sebulan kemudian.

Lyu ditangkap lagi pada 12 Mei 2011 dan ditahan di pusat pencucian otak. Menyusul penangkapan berikutnya pada 6 Juli 2011 di sebuah pusat perbelanjaan, polisi membawanya ke Pusat Penahanan Kabupaten Liuhe dan mengancam akan memberinya hukuman kamp kerja paksa dua tahun. Dia dibawa ke sesi cuci otak lima hari kemudian pada 11 Juli.

Sejak saat itu, Lyu tidak berani tinggal di rumah sekitar hari peringatan yang berkaitan dengan Falun Gong atau ketika polisi mengancam akan menangkapnya lagi. Tekanan mental berdampak buruk pada kesehatannya. Pada tanggal 30 Oktober 2017, tak lama setelah dia kembali ke rumah dari masa persembunyiannya, dia mengalami sakit kepala dan dengan cepat kehilangan kemampuan untuk bergerak. Anaknya membawanya ke rumah sakit dan dia meninggal keesokan harinya.