(Minghui.org) Saya mulai berlatih Falun Dafa tahun 1993 dan beruntung menghadiri dua seri ceramah oleh Guru Li. Melihat kembali perjalanan kultivasi saya, saya melakukan dengan baik di beberapa aspek dan melakukan dengan buruk di aspek lain. Ada juga kejadian yang benar-benar saya sesali. Kultivasi mungkin tidak selalu lancar, namun keyakinan saya terhadap Guru dan Fa tidak pernah goyah.
Saya akan berbagi tentang satu masalah khusus yang saya hadapi dalam kultivasi: Butuh waktu 19 tahun (sejak tahun 1993 hingga 2021) untuk akhirnya bisa duduk dengan posisi sila ganda saat bermeditasi. Baik tubuh dan pikiran saya sangat ditempa selama proses yang lama dan melelahkan ini.
Sebelum saya berlatih Falun Dafa, orang-orang yang tidak begitu mengenal saya mengira saya mengajar pelajaran olahraga saat saya memberitahu mereka bahwa saya seorang guru. Mereka berpikir demikian karena saya sangat atletis. Setelah berlatih Falun Dafa, saya terkejut bahwa diri saya yang atletis ini tidak bisa menyilangkan kaki secara tumpang tindih dengan kaki diletakkan di atas paha (posisi sila ganda) selama meditasi, tak peduli seberapa keras saya mencoba. Membuat kaki berada di posisi itu menjadi ujian besar untuk diatasi dalam kultivasi saya.
Sejak saya membulatkan tekad untuk berlatih, saya menyadari bahwa karma besar yang saya miliki sedang didorong keluar dari tubuh saya dengan kecepatan tinggi, yang termanifestasi pada kondisi fisik saya yang tidak normal. Sebagai contoh, saya tidak bisa berjongkok dengan kedua kaki di waktu yang sama. Bila saya melakukannya, tubuh saya serasa akan meledak. Saya hanya bisa melakukan jongkok satu kaki bila harus melakukannya. Saya merasa tubuh terpelintir dan tersimpul di mana-mana. Saya kesulitan membungkuk, dan hanya bisa menundukkan kepala saya sedikit. Dari bahu ke bawah, punggung saya terasa kaku seperti papan. Saya tidak bisa memutar kaki kiri saya ke arah luar, dan kesulitan mengangkat kaki kiri untuk ditempatkan di atas lutut kanan selama meditasi.
Saat duduk melakukan meditasi untuk pertama kalinya, saya bahkan tidak bisa menekan kaki kiri saya turun ke lantai, dan hanya bisa meletakkan kaki kanan di betis kaki kiri saya. Bahkan dengan posisi ini saja, setiap menitnya sungguh tak tertahankan.
Saat saya bermeditasi dengan praktisi lain, awalnya saya tidak ingin mereka melihat saya berjuang susah payah, jadi saya selalu menunggu semua orang menyilangkan kaki dan menutup mata sebelum saya memindahkan kaki. Kemudian saya sadari bahwa menunggu seperti itu adalah manifestasi dari keterikatan saya terhadap nama dan menyelamatkan muka. Jadi saya melepaskannya dan menggerakkan kaki bersamaan dengan orang lain.
Seorang praktisi baru Falun Dafa melihat saya berjuang dan berkata bahwa saya tidak tampak seperti praktisi lama dari cara saya menyilangkan kaki. Rekan praktisi lain juga berkomentar bahwa saya seharusnya bermeditasi di rumah agar tidak memengaruhi praktisi baru secara negatif. Namun saya berpikir, kegigihan saya yang bersusah payah menyilangkan kaki mungkin membuat orang lain terinspirasi.
Dalam Hong Yin I berjudul “Falun Dafa,” Guru mengajarkan:
“Jalan untuk berkultivasi Gong terletak pada hati
Dafa tiada tepi deritanya ibarat berlayar di perahu”
Saat pertama kali membaca puisi tersebut, saya merasa telah menemukan jalan pintas sebenarnya dalam kultivasi: Itu adalah untuk mengultivasi karakter saya dan menanggung penderitaan. Saya bisa mencapai keduanya melalui perjuangan saya dalam menyilangkan kaki. Saya berterima kasih kepada Guru atas pengaturan uniknya untuk saya.
Dalam Ceramah 3 Zhuan Falun Guru juga berkata: “Selaku seorang praktisi Xiulian, mulai sekarang perjalanan hidup anda akan berubah, Fashen saya akan mengaturnya kembali bagi anda.”
Bila kesulitan dalam menyilangkan kaki adalah apa yang Guru atur bagi saya, saya hanya perlu mencoba lebih baik lagi. Saya menggunakan tali untuk mengikat kaki agar tidak turun ke bawah. Terkadang saya bahkan menggunakan karung pasir untuk menekan kaki agar turun. Bila meditasi duduk saya tidak memenuhi standar, saya akan melakukan lebih banyak latihan berdiri untuk melengkapinya. Suatu kali, saya melakukan latihan pertama sebanyak sembilan kali dan sesudah itu tulang saya terasa akan remuk. Saya sadar bahwa saya terlalu bersemangat untuk berhasil, dan saya merengang terlalu keras.
Saya juga berharap bisa mempertahankan kaki menyilang selama belajar Fa seperti yang dilakukan oleh praktisi lain, namun sakitnya luar biasa, jadi saya berlutut. Bagian belakang lutut mulai membuat saya resah dan rasanya sangat sakit. Jadi saya berganti ke posisi yang berbeda sampai sakitnya tidak bisa lagi saya tanggung. Lagi pula, adalah hal biasa saya mengalami segala macam ketidaknyamanan karena saya berusaha keras menjadi orang Xiulian yang lebih baik.
Saya tidak mendendam menanggung kesulitan karena saya sangat yakin bahwa itu adalah jalur yang diatur oleh Guru untuk saya. Saya tidak tahu berapa banyak karma yang saya miliki, namun saya yakin semakin banyak yang saya tanggung, semakin sedikit karma saya. Jadi saya mencoba menyilangkan kaki saat ada waktu, dan saya tidak merasa getir maupun takut melakukannya. Saya hanya tahu bahwa selama saya kesakitan, saya sedang menyingkirkan segumpal karma.
Saya juga memberi perhatian agar tidak timbul keterikatan selama prosesnya, seperti iri terhadap orang lain karena bisa duduk dalam posisi sila ganda, khawatir saat tidak bisa melakukan hal yang sama, merasa putus asa, dan takut menderita rasa sakit. Begitu pikiran-pikiran tersebut muncul, saya akan langsung memerintahkannya untuk berhenti, karena saya tidak ingin pikiran tersebut menyebabkan kesulitan tambahan bagi kultivasi saya, terutama karena saya sudah memiliki karma yang sangat banyak.
Namun meski sudah berusaha keras, kondisi meditasi saya masih tidak banyak meningkat setelah beberapa tahun. Rekan praktisi juga mengkhawatirkan saya. Ada yang bertanya-tanya apakah saya terlalu terikat menanggung rasa sakit, dan yang lainnya memperingati saya bahwa tingkat kultivasi saya akan terpengaruh bila tidak menyilangkan kaki dengan benar.
Saat saya tidak terikat menyilangkan kaki dalam posisi sila ganda, saya memiliki pertanyaan dalam benak saya: Guru berkata bahwa orang dengan paku atau plat besi di kaki mereka pada akhirnya akan bisa menyilangkan kaki. Lalu mengapa saya tidak bisa melakukannya meski sudah sekian lama, terlebih lagi saya menganggap diri cukup rajin dan teguh dalam kultivasi?
Tahun 1998 saya bermimpi sedang berlari di jalan saat sekelompok geng motor mendatangi saya dari arah berlawanan. Masing-masing motor mempunyai orang di belakangnya yang mencoba memukul saya menggunakan kayu saat lewat. Saya berteriak, “Guru, Guru” seiring saya berlari, dan kayunya tidak pernah mengenai saya. Jalan sudah sampai akhir, dan terdapat gunung tertutup salju tanpa akhir di hadapan saya yang harus saya daki untuk sampai ke rumah. Mimpi ini membuat saya sadar bahwa jalan kultivasi saya tidak akan mulus.
Saya memiliki sebuah pertanyaan kepada Guru setelah mimpi tersebut: “Saya sudah berkultivasi dalam waktu yang lama. Mengapa saya tidak bisa membuat terobosan dalam meditasi?” Sebuah suara terdengar di benak saya, mengatakan, “Anda harus menderita lebih banyak dibandingkan yang lainnya!” Saya sadar Guru telah menjawab pertanyaan saya. Saya merasa lega dan langsung duduk bermeditasi. Memikirkan gunung bersalju tanpa akhir di mimpi, saya berkata pada diri sendiri, “Duduk selama lima menit sama dengan mendaki lima meter menuju ke atas gunung bersalju.”
Suatu hari di tahun 2003, saya menggerakkan kaki saya untuk melakukan meditasi, sebuah pikiran muncul di benak saya, “Sudah sepuluh tahun dan masih juga sama.” Saya merasa sedikit getir dan sedih pada saat itu, namun saya langsung menghentikan pikiran negatif tersebut. Begitu saya mulai bermeditasi, saya masuk kondisi hening: Tubuh saya terasa seperti gunung berapi yang sedang meletus, langsung mencapai langit. Sensasinya berlangsung selama beberapa detik. Saya tahu Guru menyemangati saya sebagai pengikutnya, dan saya melihat bahwa, meski kaki saya di dunia manusia tampak kikuk dan tidak bisa disilangkan dengan benar, perubahan dalam tubuh saya di dimensi lain sungguh dahsyat. Air mata rasa syukur mengalir diam-diam. Saya merasa lega dan tidak lagi getir saat melakukan meditasi dengan postur saya yang kurang sempurna.
Di awal tahun 2012, tiba-tiba saya menyadari bahwa sudah hampir 19 tahun saya mulai berkultivasi, dan masih belum bisa duduk dalam posisi sila ganda. Saya bertanya-tanya apakah akan terus seperti ini sampai saya mencapai kesempurnaan. Saya bertanya dalam hati, “Bisakah saya menerimanya” Ya! Bila ini sungguh adalah pengaturan bagi saya, itu berarti setiap hari saya akan memberikan kesempatan ini untuk menyingkirkan karma dan mengultivasi hati.
Suatu hari pada bulan Mei 2012, saya memiliki gejala penyingkiran karma yang sangat kuat dan merasa sangat lemah. Saya merasakan perubahan besar dalam tubuh dan kultivasi saya. Saya tidak keluar selama lima hari (saya hidup sendiri), dan setiap hari belajar Fa, melakukan latihan, memancarkan pikiran lurus dan membaca artikel di Minghui.org. Di malam kelima, saya tiba-tiba bisa menumpukkan kedua kaki untuk pertama kalinya, dan saya bermeditasi dalam posisi sila ganda selama satu jam penuh.
Setelah 19 tahun, saya akhirnya bisa melakukannya! Air mata rasa syukur mengalir di pipi saya.
Mengenangnya kembali, saya menyadari bahwa saya telah membuat pilihan di setiap langkahnya dalam tahun-tahun kultivasi saya: “Apakah saya menggunakan pikiran lurus atau hati manusia untuk menghadapi masalah bersila dan masalah kultivasi lainnya?” Saya memilih pikiran lurus dan melewati satu batu loncatan ke batu loncatan lain dalam perjalanan kultivasi saya. Demi menempuh jalur yang lurus, satu-satunya cara adalah dengan belajar Fa lebih banyak dan belajar Fa dengan baik.
Hal yang dijumpai oleh praktisi tidak ada yang kebetulan. Kapan pun kita perlu meningkat, sebuah ujian akan datang. Situasi kultivasi masing-masing orang berbeda, dan tingkat serta kesulitan yang dialami dalam kultivasi juga berbeda. Terlepas dari itu, kita harus mengatasi apa pun yang terjadi dalam jalur kita dengan pikiran lurus dan selalu memeriksa apakah pikiran kita sesuai dengan Fa dan keterikatan apa yang telah disingkirkan, tanpa terikat dengan hasilnya.
Sama seperti masalah saya dalam bersila, saya mengatasi banyak hal dalam kultivasi saya dengan pikiran lurus. Seiring saya menyingkirkan keterikatan satu per satu dan meningkatkan diri secara berangsur-angsur, karma saya juga tersingkirkan sepotong demi sepotong. Keterikatan yang dikultivasikan bagaikan “batu loncatan” yang mendorong saya untuk meningkat dalam kultivasi.
Bahkan saat kita tersandung dalam perjalanan dan gagal melewati ujian tertentu dengan baik, kita harus ingat bahwa itu adalah proses kultivasi. Kita hanya perlu segera bangkit dan melakukan dengan lebih baik. Keyakinan kita terhadap Guru dan Fa tidak bisa digoyahkan karena tersandung beberapa kali.
Saya menulis ini dalam jurnal spiritual untuk mengingatkan dan menyemangati diri sendiri agar tetap rajin seperti awal mula berkultivasi, demi memenuhi misi membantu Guru dalam pelurusan Fa dan menyelamatkan makhluk hidup, serta berjalan di jalur mendatang dengan baik.
Dari lubuk hati, saya berterima kasih kepada Guru atas penyelamatan belas kasih-Nya!
(Artikel Terpilih untuk Merayakan Hari Falun Dafa Sedunia ke-24 di Situs Web Minghui)