(Minghui.org) Peluncuran ChatGPT (Generative Pre-trained Transformer) oleh OpenAI pada November 2022 dan perilisan versi yang lebih baru (GPT-4) pada Maret 2023 mengejutkan dunia akan kecepatan perkembangan kecerdasan buatan (AI).
Jutaan orang gempar untuk mengeksplorasi apa yang dapat dilakukan teknologi baru ini untuk kita, tetapi ada orang yang merasakan tanda bahaya dan khawatir tentang apa yang akan terjadi pada masyarakat manusia. Mereka memberikan peringatan serius bahwa peradaban manusia telah mencapai titik balik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pakar AI terkemuka telah menerbitkan surat terbuka yang meminta laboratorium AI global menghentikan pengembangan AI dalam enam bulan ke depan.
Dibandingkan dengan pengetahuan terbatas yang dapat diserap manusia seumur hidup, bot AI dapat dilengkapi dengan keterampilan dan pengetahuan yang tak ada habisnya. Mereka bisa menjadi ahli di segala bidang, termasuk menulis, musik, seni, pemrograman, diagnosis medis, layanan konsumen, membedakan budaya dalam mengekspresikan bahasa, dan sebagainya.
Karena kemampuan mengakses data dalam jumlah besar dengan cepat di berbagai bidang dan mampu menganalisisnya, serta kemampuan untuk "belajar" dari kemampuan belajar manusia, bot AI sekarang dapat menyelesaikan banyak tugas harian besar yang tidak mungkin dilakukan manusia.
Misalnya, menggunakan ChatGPT, jika anda menunjukkan gambar isi lemari es, ia dapat mengetahui isi lemari es dan merekomendasikan menu makanan untuk anda, termasuk cara memasaknya. Ia juga dapat memecahkan berbagai permasalahan dalam olimpiade tingkat sekolah menengah yang menantang dan bahkan lulus ujian pengacara.
Saya ingat bahwa selama tahun 1990-an, tiba-tiba muncul klon, yang menyebabkan lahirnya domba Dolly. Banyak ahli yang mengkhawatirkan teknologi itu digunakan untuk mengkloning manusia. Namun dengan larangan pemerintah atas kloning embrio manusia, teknologi tersebut segera menghilang dari pandangan publik.
Pengenalan AI membuat saya bertanya-tanya apakah ini bentuk lain dari teknologi kloning. Klon hanya menggantikan manusia satu per satu, sedangkan bot AI mampu mengendalikan banyak manusia pada saat bersamaan, yang bisa jauh lebih efisien dan menyeluruh daripada klon biologis.
Dari segi kemampuan, tidak diragukan lagi bahwa suatu hari nanti, bot AI bisa menjadi jauh lebih “mampu” daripada manusia. Meskipun tubuh manusia diciptakan oleh Dewa, sebagian besar otak manusia tetap dibatasi untuk melindungi manusia agar tidak melakukan kejahatan besar dan menghancurkan diri sendiri. Itulah satu-satunya cara agar peradaban manusia dapat bertahan cukup lama sementara menunggu penyelamatan terakhir dari Sang Pencipta.
Seperti yang Guru tunjukkan dalam artikel “Mengapa Ada Umat Manusia,” manusia diciptakan dan dilindungi oleh Dewa. Terlepas dari adanya klon atau bot AI, manusia tidak tergantikan. Kita tidak perlu takut maupun terpengaruh. Kita harus menjaga belas kasih dan pikiran lurus, tetap rasional dan memenuhi peran dan misi kita.
Catatan editor: Artikel ini hanya mewakili pemahaman penulis dalam kondisi kultivasi mereka saat ini yang dimaksudkan untuk berbagi di antara para praktisi sehingga kita dapat “Banding belajar banding kultivasi.” (“Berkultivasi Nyata,” Hong Yin I)