(Minghui.org) Sejak Kyeongchan Lee masih muda, ia memiliki minat yang kuat pada agama, filsafat, dan studi tentang dunia di luar dunia materi.
Pada usia 40, ia akhirnya menemukan teori spiritual yang paling sesuai dengan keyakinannya: Falun Gong. Sekarang berusia 64 tahun dan merupakan veteran pensiunan media, Lee bangun di pagi hari untuk melakukan latihan Falun Gong setiap hari selama 24 tahun terakhir.
Mari kita lihat perjalanannya.
Kyeongchan Lee bekerja di saluran berita independen setelah pensiun.
Selama masa remaja, Lee terus bertanya pada dirinya sendiri banyak pertanyaan tentang hakikat kehidupan, seperti “Siapakah saya?” “Hidup dari mana datangnya?” dan “Setelah mati ke mana saya akan pergi?” Ia membaca banyak buku untuk menemukan jawabannya, tapi sepertinya tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini untuknya.
Untuk memuaskan minat dan keingintahuannya, Lee sering mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan agama Buddha, agama Tao, Kristen, dan Katolik ketika ia masih muda. Ia menghabiskan seluruh musim panas sekolah menengahnya dengan membaca buku-buku agama di Penginapan Hongryudong di Lembah Haeinsa, berusaha mencari tahu mengapa ia ada di bumi.
Lee adalah seorang penulis yang terampil. Setelah lulus kuliah, ia memutuskan untuk bekerja di media. Meski beban kerjanya sangat berat, namun tidak cukup untuk mengubur pertanyaan-pertanyaan itu di benaknya—pertanyaan tentang inti keberadaannya. Ia sering mencoba latihan spiritual yang berbeda di waktu luangnya bersama teman-temannya yang juga memiliki kecenderungan yang sama.
Berkali-kali, Lee tidak mendapatkan apa-apa. Sepertinya jawaban yang ia cari selalu berada di luar jangkauannya.
Lee pertama kali mengetahui Falun Gong pada awal tahun 1999. Pada saat itu, Falun Gong menjadi fokus utama di Tiongkok, dan bahkan dijadikan film dokumenter yang menjangkau Lee di Korea. Ketika ia melihat ribuan praktisi melakukan latihan dengan tertib, ia merasa ada sesuatu yang istimewa dalam latihan ini.
Suatu hari di tahun 1999, ia bersama seorang temannya mengunjungi seorang master qigong terkenal. Guru qigong ini memperkenalkan latihannya kepada mereka berdua, lalu meminta sejumlah besar uang. Keduanya merasa ada yang tidak beres dan segera pergi.
Dalam perjalanan pulang, ketika mereka sedang menunggu lampu lalu lintas, Lee melihat sebuah papan kecil bertuliskan “Kelas Belajar Gratis Falun Gong.” Dia rasa denyut nadinya bertambah cepat karena gembira, dan saat itu juga ia dan temannya membuat kesepakatan untuk mengunjungi tempat latihan Falun Gong beberapa hari kemudian.
Lee mengenang: “Saat saya semakin dekat ke tempat latihan, saya mendengar musik latihan yang merdu. Ada beberapa orang yang bermeditasi di sebuah ruangan, dan tempat itu lembut dan menyenangkan. Karena ini pertama kalinya saya melihat gerakan latihan, saya merasa gerakannya sangat misterius, dan juga menawan—saya menonton latihan sampai akhir. Ketika saya memberi tahu praktisi di sana bahwa saya ingin belajar Falun Gong, mereka sangat senang dan langsung mengajari saya gerakannya. Saya terus melakukan latihan berulang-ulang setelah sampai di rumah. Beginilah cara saya memulai kultivasi.”
Setelah mempelajari latihan, Lee mulai membaca Zhuan Falun, buku utama Falun Gong. Tidak ada versi bahasa Korea yang tersedia pada saat itu, jadi ia membaca versi yang dicetak dalam bahasa Korea Utara, yang merupakan dialek di Tiongkok timur laut. Pada hari yang sama saat ia mendapatkan bukunya ia membaca seluruh buku, dan lanjut membacanya beberapa kali lagi.
Berbicara tentang buku tersebut, Lee berkata: “Zhuan Falun adalah buku untuk kultivasi sejati! Saya telah membaca banyak buku tentang kultivasi, qigong, dan meditasi, dan tidak ada buku yang dapat menandingi buku ini. Isi buku ini sangat tinggi dan mendalam. Saya memahami saat itu bahwa saya sangat beruntung telah memperoleh buku ini, dan saya merasa bahwa hidup saya akan mencapai titik balik yang baru.”
Saat membaca Zhuan Falun, Lee sering berpikir: “Ah, jadi inilah arti sebenarnya yang dimaksud kultivasi!”
Lee berlatih perangkat kelima Falun Gong
Sekarang sudah jelas mengenai jalur kultivasinya, Lee memilih untuk melakukan semua yang ia bisa untuk hidup sesuai dengan bimbingan Zhuan Falun. Ia tidak hanya berlatih setiap hari, ia juga mengikuti prinsip Sejati-Baik-Sabar dalam kehidupan sehari-harinya. Ia melepas keterikatan yang ia temukan dalam dirinya. Setiap kali konflik muncul, ia akan mencari ke dalam untuk melihat masalah apa yang menyebabkan konflik tersebut.
Lee berkata: “Dalam kehidupan sehari-hari, saya sering kali sangat kompetitif, dan selalu melihat saya yang terbaik dari orang lain. Saya juga mengejar nama dan keuntungan pribadi. Kapan pun pikiran ini muncul, saya baca Zhuan Falun dan berusaha mencapai kondisi pikiran yang murni. Ketika saya benar-benar mengasimilasi diri saya dengan Sejati-Baik-Sabar, saya menemukan pikiran saya menjadi lebih tenang dan pikiran buruk saya hilang bahkan sebelum saya menyadarinya. Benar-benar ajaib.”
Tidak lama setelah Lee mulai berlatih, Partai Komunis Tiongkok (PKT) mulai menganiaya Falun Gong pada tahun 1999. Dengan menggunakan koneksinya di media, Lee bertekad untuk mencari tahu fakta sebenarnya dari situasi tersebut. Ia mulai menyelidiki sendiri, dan segera menemukan bahwa PKT telah membuat laporan berita palsu untuk memfitnah Falun Gong.
Sejak diperkenalkan kepada masyarakat di Tiongkok pada tahun 1992, Falun Gong telah meningkatkan moralitas dan kesehatan dalam waktu singkat. Karena manfaat ini, jumlah orang yang berlatih Falun Gong di Tiongkok meningkat secara eksponensial, mencapai 70 hingga 100 juta hanya dalam beberapa tahun. Angka ini jauh melebihi jumlah anggota PKT saat itu. Mantan diktator Jiang Zemin melancarkan penganiayaan pada tanggal 20 Juli 1999, mengabaikan popularitas Falun Gong di kalangan masyarakat dan oposisi dari enam anggota Komite Tetap Politbiro lainnya.
Namun, media di Korea dilarang memasuki Tiongkok untuk memverifikasi fakta. Mereka hanya bisa mengandalkan surat kabar atau media PKT untuk melaporkan kejadian tersebut. Untuk menginformasikan fakta sebenarnya kepada lebih banyak orang, Lee mulai mengunjungi berbagai media Korea dan memberi tahu rekan medianya tentang penganiayaan kejam tersebut.
Ia berkata: “Praktisi Falun Gong telah mengikuti prinsip Sejati-Baik-Sabar untuk menjadi baik dan penuh perhatian. Mereka telah dianiaya di Tiongkok hanya karena latihan mereka. Kita tidak boleh menutup mata. Ketika kami mengungkap fakta kebenaran yang ditutup-tutupi oleh PKT, kami dapat menghilangkan kesalahpahaman orang-orang.”
Setelah pensiun pada tahun 2019, Lee membuat saluran beritanya sendiri di YouTube, Gan Jing World, dan platform media sosial lainnya. Ia membuat video yang memuat pengalaman kultivasinya dan fakta kebenaran Falun Gong dengan harapan lebih banyak orang akan memahami fakta sebenarnya dari situasi tersebut.
Lee telah mengalami perubahan fisik dan spiritual yang luar biasa setelah ia berlatih Falun Gong. Ia berkata: “Orang-orang berupaya mencari sehat dan pikiran tenang, namun bagi praktisi Falun Gong, hal ini merupakan hal yang biasa mereka lakukan. Mengultivasi diri sendiri dapat memberi anda standar hidup yang lebih tinggi, dan menambah nilai lebih dalam hidup anda.”
Lee juga menambahkan: “Nilai seperti ini adalah sesuatu yang dicari orang sepanjang hidup mereka, dan pencarian ini membawa mereka pada agama, berdoa dengan tekun setiap hari untuk mendapatkan jawabannya. Saya mendapat jawaban ini dari Falun Gong. Tentu saja, kultivasi adalah sebuah proses, dan tidak ada kesuksesan dalam semalam. Ini merupakan proses yang memerlukan perbaikan terus-menerus, yang pada akhirnya mengarah pada pemahaman baru.”
Lee juga mengatakan bahwa selama 24 tahun berlatih dan berjuang untuk hidup sesuai dengan Sejati-Baik-Sabar, ia telah meningkatkan Xinxingnya secara signifikan. Ia merasa sangat beruntung bisa menemukan arti hidup yang sebenarnya.
Ia berkata: “Saya ingin menyarankan mereka yang belum belajar Falun Gong untuk mulai berlatih sesegera mungkin. Dengan berlatih, anda tidak hanya dapat memperoleh kesehatan yang baik dan pikiran yang damai, tetapi anda juga dapat menerima manfaat lain yang tiada habisnya. Dengan ajaran Guru Li, saya merasa setiap orang akan dapat menemukan kebahagiaan sejati dan memahami misteri kehidupan.”