(Minghui.org) Rekan praktisi Ann (alias) telah menderita karma penyakit selama lebih dari tiga tahun. Karena kondisinya semakin memburuk, dia mengatakan kepada saya bahwa dia berpikir untuk mencari bantuan medis dari rumah sakit. Kurangnya rasa percaya diri dalam melewati kesengsaraan ini membuatnya bertanya, “Bisakah saya mendapatkan perawatan medis, namun terus berlatih Falun Dafa?” Meskipun Ann menyadari persyaratan kultivasi Dafa, konsep manusia biasa menjadi lebih kuat selama kesengsaraan besar ini. Saya juga mengetahui bahwa Ann tidak membaca Fa selama tiga tahun, sejak dimulainya epidemi COVID-19. Kami berbagi pemahaman kami melalui telepon selama sekitar setengah jam, sebelum menutup telepon untuk memancarkan pikiran lurus.
Setelah memancarkan pikiran lurus, saya memulai rutinitas saya melafalkan Zhuan Falun berdasarkan ingatan. Saat itulah pikiran itu muncul di benak saya. “Sudah 20 tahun sejak saya pertama kali melafal Zhuan Falun!” Saya merasa kagum karena tanpa sadar telah mempertahankan hal ini begitu lama.
Kemampuan saya untuk memahami sesuatu kurang baik, sehingga menghambat kemajuan saya. Saya sepertinya menyadari sesuatu setelah kejadian itu selesai, "Oh, jadi Guru telah berusaha mencerahkan saya selama beberapa waktu, namun saya tidak menyadarinya!" Meski begitu, kemampuan menghafal Fa telah membantu saya mengatasi segala macam kesengsaraan fisik dan mental. Berikut ini adalah beberapa contoh yang ingin saya bagikan.
Mengatasi Kesengsaraan Penyakit
Pada 2017, saya mengalami karma penyakit, yang bermanifestasi sebagai rasa gatal yang parah di seluruh tubuh. Butuh waktu 11 bulan bagi saya untuk pulih sepenuhnya. Selama lebih dari dua bulan, rasa gatal yang parah mengganggu tidur, dan saya hanya bisa tidur siang singkat selama 30 hingga 60 menit antara pukul 5 sampai 6 pagi. Saya tetap berangkat kerja seperti biasa.
Selama mengalami rasa gatal, ruam, dan nanah menutupi seluruh tubuh kecuali wajah. Selama bulan-bulan musim panas, luka yang lebar dan dalam terus terbentuk di tangan saya. Pada suatu hari, tangan saya mulai membengkak menyerupai sepotong roti hingga beberapa menit. Saya tidak bisa mengepalkan tangan atau merentangkan jari. Bagian belakang kepala saya bengkak parah selama beberapa hari. Saya sesekali merasakan ketidaknyamanan jantung yang parah, terutama saat mandi setiap hari.
Untuk beberapa waktu, luka kecil juga muncul secara spontan di sekujur tubuh saya. Setiap pagi, saya menemukan seprai saya dipenuhi noda darah tipis. Saat mandi, air masuk ke dalam luka yang terbuka dan menyebabkan rasa sakit, seolah-olah ada pisau yang tak terhitung jumlahnya yang menyayat tubuh saya.
Terlepas dari tingkat ketidaknyamanannya, saya tetap gigih melafalkan Fa setiap hari. Namun, rasa gatalnya sangat parah sehingga saya hampir tidak bisa tenang. Selain itu, saya menjadi sangat hapal dengan isi Zhuan Falun sehingga saya bisa melafalkan kata-katanya tanpa berpikir, sehingga tidak menyerap makna ajaran. Pada satu kesempatan, saya menangis, merasakan tanpa harapan. Di lain waktu, saya mengeluh perjalanan panjang yang terbentang di hadapan saya, tidak mampu membedakan kapan kesengsaraan ini akan berlalu.
Saya menderita kesakitan seperti ini selama lebih dari enam bulan, berjuang setiap hari dalam pertarungan antara kebaikan dan kejahatan. Suatu hari, sebuah pemikiran muncul di benak saya. “Karena saya tidak bisa berkonsentrasi pada Zhuan Falun, saya harus mencoba menghafal buku lain. Upaya untuk menghafal serangkaian ajaran baru akan memaksa saya untuk berkonsentrasi pada pemahaman ajaran Fa.” Jadi saya mulai menghafal Hong Yin IV. Tidak dapat duduk dan melafal Fa secara normal karena rasa gatal dan ketidaknyamanan yang luar biasa, saya meletakkan bantal kecil di samping tempat tidur dan duduk di atasnya, menyandarkan tubuh bagian atas di permukaan tempat tidur sementara saya berusaha menghafal Fa. Selama beberapa hari pertama, perhatian saya sangat terganggu oleh rasa gatal yang parah sehingga butuh waktu hampir satu jam untuk menghafal satu puisi. Dua minggu kemudian, ketika bersiap untuk menghafal Fa pada suatu malam, saya tiba-tiba menyadari bahwa rasa gatal telah hilang! Saya bahkan tidak menyadarinya ketika rasa gatal itu berhenti. Saat tubuh saya mulai pulih dengan cepat, saya mendapati diri saya menangis tak terkendali setiap kali saya melafalkan Hong Yin IV. Butuh empat sampai lima putaran pembacaan berulang-ulang sebelum saya bisa berhenti menangis.
Mengklarifikasi Fakta dan Berkultivasi Saat Ditahan
Pada awal epidemi COVID-19, saya ditahan dan dihukum secara ilegal karena menyebarkan materi klarifikasi fakta Falun Dafa. Di pusat penahanan, saya melafalkan Zhuan Falun lebih dari 100 kali dan mengingat lebih dari 300 bagian dari berbagai ceramah Guru. Saya menulis beberapa di antaranya dan membagikan salinannya kepada praktisi lain. Meskipun saya dipenjara selama beberapa tahun, tidak peduli betapa keras kondisinya, saya tidak merasakan banyak kesulitan karena saya membaca Fa dan berlatih gerakan setiap hari.
Didalam sel penjara saya bersama dengan praktisi lain. Penjaga yang mengawasi sel kami biasa menangkap dan menghukum praktisi Dafa yang melakukan latihan. Pada awalnya, dia memarahi dan menyuruh saya membersihkan toilet sebagai hukuman karena melakukan latihan. Praktisi lain dan saya menolak menyerah dan menulis banyak surat klarifikasi fakta kepadanya. Kami juga memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengklarifikasi fakta kepadanya.
Seiring waktu, sikapnya terhadap kami berubah dan dia mulai memandang saya dengan positip. Lebih dari sekali, dia mengungkapkan kekagumannya terhadap prinsip saya. Dia sebenarnya mengungkapkan kekagumannya terhadap prinsip-prinsip Dafa, meskipun dia tidak dapat mengatakannya secara langsung. Lebih dari setahun kemudian, tepat sebelum dia dipindahkan, dia secara khusus mencari saya untuk memberi tahu saya bahwa dia mengagumi karakter jujur saya.
Beberapa tahanan yang memarahi dan menindas saya pada awalnya akhirnya memanggil saya “kakak.” Mereka bahkan menyatakan kepada para dewa di surga bahwa mereka mundur dari Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan afiliasinya. Salah satu tahanan sering menindas saya dan praktisi lainnya. Seiring waktu, saya menjalin persahabatan dengannya. Suatu hari dia meminta saya untuk menjadi saksinya ketika dia secara terbuka menyatakan kepada Tuhan niatnya untuk mundur dari PKT.
Salah satu tahanan mengumumkan dalam pidato perpisahannya, “Setiap orang pasti akan bertemu dengan seseorang yang mengubah jalan hidup mereka. Bagi saya, orang itu (mengacu pada saya).” Yang lain awalnya menindas saya, namun kemudian mengungkapkan rasa hormat, penyesalannya dan berkata, “Kamu memperlakukan saya dengan sangat baik, namun saya memperlakukanmu dengan sangat buruk.” Salah satu tahanan meminta saya untuk menyalin beberapa puisi Guru ke dalam buku catatan kecilnya. Dalam kasus tahanan lain, kami hanya bersama selama dua atau tiga hari, namun setelah kami berpisah, dia menyanyikan pujian saya kepada tahanan lain. Ketika saya kemudian mendengar ini, saya terkejut. Bagaimana saya bisa meninggalkan kesan seperti itu, meski waktu kita bersama hanya sebentar?
Terus melafalkan Fa meningkatkan pikiran lurus saya, dan memungkinkan saya mengatasi penganiayaan dan menjamin pembebasan saya dari penahanan.
Penyembuhan Luka
Pada awal tahun 2023, secara tidak sengaja ibu jari saya terkena pecahan cangkir. Sayatan tersebut dalamannya seperlima inci dan panjang lebih dari sepertiga inci, seharusnya melewati arteri kecil. Meskipun lukanya mengeluarkan banyak darah di seluruh tangan dan sekitarnya, saya tidak merasakan sakit. Saya memberikan tekanan dan berhasil menghentikan pendarahan setelah 10 hingga 20 menit. Saya membungkus lukanya dengan tisu dan mengikatnya dengan karet gelang.
Besoknya, saya membuka perban darurat, dan ternyata lukanya telah tertutup, hanya menyisakan luka terbuka di permukaannya. Dua hari kemudian, saya membuka perban dan ternyata lukanya sudah sembuh total. Hanya tersisa garis tipis berwarna merah selebar sehelai rambut. Garis tipis berlumuran darah ini hilang dalam dua hari dan ibu jari saya kembali normal, kecuali sedikit bekas luka. Dalam waktu kurang dari sebulan, bahkan bekas lukanya pun hilang. Sekarang, tidak ada bekas kalau ibu jari saya pernah terluka parah.
Memotivasi Diri Sendiri Saat Menjalani Kesengsaraan
Ketika COVID-19 merebak lagi tahun lalu, saya mulai mengalami gejala infeksi, meskipun gejala tersebut sangat ringan dibandingkan dengan orang-orang di sekitar. Meskipun segera pulih, saya merasa tidak termotivasi, tidak mampu menghafal Fa dan tidak memanfaatkan waktu saya sepenuhnya. Akibatnya, menjelang awal bulan Maret, saya mengalami kesengsaraan lagi. Punggung saya mulai terasa sakit seperti ditusuk dengan pisau. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh, terkadang sampai ke bahu, lengan, atau bahkan jantung. Saya juga mengalami sesak dada dan kesulitan bernapas.
Meski kesakitan, saya tetap berangkat kerja. Mengetik menimbulkan rasa sakit yang tajam seperti ditusuk pisau. Rasanya sangat tidak enak, sering emosi dan tidak terkendali. Karena tidak bisa mengikuti belajar Fa, konsep manusia saya mulai menguat. Saya tahu saya tertinggal dalam belajar Fa dan gagal memancarkan pikiran lurus. Tanpa dukungan rekan-rekan praktisi, saya merasa sulit untuk tetap termotivasi.
Suatu hari di awal bulan April, saya berpikir, “Mengapa tidak mencatat jumlah belajar Fa, latihan, dan pikiran lurus yang saya pancarkan setiap hari, dan membandingkannya setiap hari?” Sejak 5 April, setiap hari saya mulai mencatat belajar Fa, latihan, dan memancarkan pikiran lurus. Dengan ini, pikiran lurus saya menjadi lebih kuat, saya merasa lebih mudah memotivasi diri sendiri untuk meningkat. Jika saya gagal melakukannya dengan baik pada hari sebelumnya, saya bekerja lebih keras pada hari berikutnya untuk memperbaikinya. Kurang dari dua minggu setelah saya memulai rencana ini, saya mendapati punggung saya tidak lagi sakit.
Pemulihan Ajaib Setelah Kecelakaan Sepeda
Seminggu yang lalu, saya terjatuh saat mengendarai sepeda listrik untuk menemui klien saat hujan. Sepeda saya tergelincir sekitar dua meter, lalu berputar 180 derajat sebelum terjatuh. Lutut saya terluka membentur trotoar berubin dan mulai berdarah. Saya mempertimbangkan untuk berbalik dan kembali ke rumah. Namun, saya hampir sampai di tempat klien, dan klien, kolega serta atasan akan menunggu saya di sana. Saya kembali menaiki sepeda.
Menjelang tengah hari, rasa sakitnya hilang, jadi saya pikir semuanya baik-baik saja. Tanpa diduga, malam itu rasa sakit yang tak tertahankan mulai menjalar di pinggul. Bahkan gerakan sekecil apa pun memicu rasa sakit yang hebat, dan saya sulit tidur nyenyak. Keesokan paginya, saya bangun untuk bermeditasi dan harus mengertakkan gigi karena kesakitan saat mencoba duduk bersila. Rasa sakit ini mengingatkan saya pada saat saya mulai belajar bermeditasi dalam posisi lotus penuh. Rasa sakitnya hilang setelah saya berhasil duduk dalam posisi lotus penuh. Setelah latihan selama satu jam, rasa sakitnya kembali kambuh ketika saya mencoba menurunkan kaki. Butuh beberapa menit bagi saya untuk bergerak secara bertahap sebelum akhirnya saya bisa menurunkan kaki.
Kebetulan saya dijadwalkan melakukan perjalanan sore itu. Saya ingin mencari penggantinya, tetapi tidak ada yang bersedia. Saya tidak punya pilihan selain pergi. Butuh beberapa menit bagi saya untuk naik dan duduk di mobil sewaan karena rasa sakit yang parah. Saya juga sedikit menyeret kaki saat berjalan, karena saya tidak dapat mengangkatnya. Setelah selesai makan siang pada hari ketiga, tiba-tiba saya merasakan kembali sakit ketika mencoba berdiri. Butuh beberapa menit untuk memperbaiki diri sepenuhnya, sambil berpegangan pada meja untuk mendapatkan dukungan. Namun antara jam 3 dan 4 sore hari itu, saya tiba-tiba menyadari rasa sakitnya telah hilang dan pinggul saya telah sembuh sepenuhnya, sebuah keajaiban yang tak dapat dijelaskan! Merasakan belas kasih Guru adalah sebuah berkah!