Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Laporan Minghui: 20 Tahun Penganiayaan Falun Gong di Tiongkok (Bagian 10)

21 Okt. 2024

Oleh Grup Minghui

Pertama kali dipublikasikan di tahun 2019

Hak Cipta © 2019 Minghui.org & Minghui Publishing Center Corporation

(Bagian 10)

(Lanjutan dari Bagian 9)

Bab 5: Kematian Akibat Penganiayaan

Per tanggal 10 September 2019, total 4.343 praktisi Falun Gong telah dipastikan meninggal akibat penganiayaan. Jumlah kematian sebenarnya lebih tinggi, berhubung tidak semua kasus dapat dilaporkan tepat waktu karena blokade informasi ketat di Tiongkok.

Di bawah ini adalah beberapa dari sebagian kecil kasus kematian yang dilaporkan oleh Minghui.org.

§5.1 Pihak Berwenang Melepaskan Alat Bantu Pernapasan Wanita yang Dipenjara - Tanpa Persetujuan Keluarga163

Li Changfang dari Kota Linyi, Provinsi Shandong, dipenjara karena menolak melepaskan keyakinannya pada Falun Gong. Ia dirawat di rumah sakit pada 5 Juli 2019 dan dioperasi pada hari berikutnya tanpa persetujuan keluarganya. Ketika keluarganya menolak menandatangani surat pernyataan melepaskan tuntutan untuk membawanya pulang, polisi menahan mereka, termasuk seorang anak berusia enam tahun, selama satu hari.

Pada 12 Juli, pihak berwenang mencabut oksigen Li ketika keluarganya tidak ada, dan ia pun meninggal. Mereka kemudian meminta agar keluarganya merundingkan persyaratan kompensasi sebelum memberitahukan di mana jenazahnya disimpan.

§§5.1.1 Kejadian Penting yang Mengakibatkan Kematian Li Changfang

Li ditangkap pada 23 Oktober 2018, karena menolak untuk melepaskan Falun Gong. Ia dijatuhi hukuman dua setengah tahun dan denda 10.000 yuan pada 27 Maret 2019. Pada 5 Juli 2019, keluarganya mendatangi rumah sakit setempat dengan tergesa-gesa setelah diberi tahu bahwa kondisi Li tengah kritis. Li masih sadar dan mengatakan ia telah menderita sakit perut selama 15 hari. Ia memiliki memar di pahanya, dan giginya longgar.

Para penjaga di Pusat Penahanan Kota Linyi, di mana Li ditahan menolak untuk menjelaskan apa yang terjadi padanya yang mengakibatkan kondisi medis dan luka-lukanya. Para dokter pada awalnya mengklaim ia menderita radang usus buntu dan kemudian mengatakan ia mengalami perforasi lambung.

Dengan begitu banyak pertanyaan yang tidak terjawab, keluarga Li menolak menandatangani formulir persetujuan operasi.

Diinstruksikan oleh pusat penahanan dan polisi, para dokter tetap mengoperasi Li, memotongnya dari dada hingga ke perutnya pada 6 Juli. Ia tidak pernah sadar kembali dan tetap terhubung dengan ventilator setelah operasi. Pada 10 Juli pagi, lebih dari dua puluhan petugas datang ke rumah sakit. Ketika keluarganya menolak menandatangani surat pernyataan untuk mengeluarkannya dari rumah sakit, polisi menangkap suaminya, putra, putri, dan cucunya yang berusia enam tahun. Mereka tidak dibebaskan sampai hari berikutnya.

Sekitar pukul 6 sore pada 12 Juli, ketika keluarganya tidak ada, agen dari Pusat Penahanan Kota Linyi dan Kantor Polisi Dongguan di Kota Linyi datang ke kamar Li dan melepaskan alat bantu pernapasannya. Ia meninggal tak lama kemudian.

§5.2 Wanita Liaoning Meninggal 13 Hari Setelah Dipenjara164

Ketika banyak keluarga berkumpul dan merayakan Tahun Baru Imlek pada Februari 2019, Li Yanqiu dijatuhi hukuman lima tahun karena menolak melepaskan keyakinannya pada Falun Gong.

Li ditahan di Penjara Wanita Liaoning pada 19 Februari 2019 dan meninggal di sana 13 hari kemudian.

Li dikirim ke "Kamar Pemasyarakatan," yang khusus dibentuk untuk menganiaya praktisi Falun Gong dan memaksa mereka melepaskan keyakinan mereka. Ia terlihat sangat lemah saat tiba di hari itu.

Ia melakukan mogok makan dan dicekok makan paksa sejak ditangkap pada 14 Desember 2018, karena membagikan kalender yang memuat informasi tentang Falun Gong.

Ia melanjutkan mogok makannya di penjara, jadi para penjaga membawanya ke rumah sakit penjara, di mana ia dicekok makan paksa. Mereka mengizinkan keluarganya untuk melihatnya untuk pertama kalinya sejak penangkapannya. Ia menggunakan rollator (alat bantu jalan) ketika keluar untuk menemui keluarga.

Keluarganya mengajukan pembebasan bersyarat medis untuk Li setelah kunjungan, tetapi permintaan mereka ditolak dan mereka tidak pernah diizinkan untuk mengunjunginya lagi.

Menurut tahanan lain yang mengenalnya, penjaga memindahkan Li kembali ke bangsal ke-12 setelah ia dicekok makan paksa dan menahannya di sel isolasi di hari-hari terakhirnya, meskipun kondisinya buruk.

Para penjaga menanggalkan pakaiannya dan memaksanya duduk di lantai beton yang dingin. Suhu saat itu antara -4 °C dan 2 °C, dan tidak ada pemanas di dalam ruangan. Beberapa hari kemudian, ia mulai mengeluarkan darah dalam urinnya dan tidak dapat berdiri sendiri, namun petugas penjara tidak memberikan perawatan medis untuknya. Ia meninggal beberapa hari kemudian, pada 4 Maret 2019 di usia 52 tahun.

Kematian Li yang mendadak - menghancurkan keluarganya. Ayahnya yang sudah lanjut usia, yang dulu tinggal bersamanya, harus tinggal bersama kakaknya setelah ia ditangkap. Di usia 80-an, pria yang biasanya sangat terbuka menjadi pemurung dan sulit tidur setelah Li ditangkap. Ia juga sering mengalami mimisan, masalah jantung, dan pusing akibat tekanan darah tinggi. Khawatir bahwa berita kematian putrinya mungkin terlalu berat baginya, keluarga Li tidak memberitahu ayahnya tentang kematian Li.

§5.3 Wanita Hebei Jatuh dan Meninggal Saat Mencoba Melarikan Diri dari Penangkapan165

Hanya beberapa bulan sebelum pernikahan putrinya, seorang wanita dari Kabupaten Wen'an, Provinsi Hebei, tewas ketika ia mencoba melarikan diri dari polisi dengan turun dari balkon apartemennya di lantai tiga. Ia berusia 55 tahun. Polisi menargetkan Yang Xiaohui karena menolak melepaskan keyakinannya pada Falun Gong. Delapan petugas mengetuk pintu Yang sekitar pukul 11 malam pada 8 April 2019. Ketika ia menolak untuk membiarkan mereka masuk, petugas menggunakan alat untuk mencongkel pintu. Suami dan putri Yang, yang ada di sana pada saat itu, ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa. Saat polisi hendak mendobrak masuk, Yang bergegas ke balkon dan mencoba melarikan diri dari sana. Ia jatuh ke tanah. Ia kehilangan kesadaran dan dibawa ke rumah sakit, di mana ia dinyatakan meninggal sekitar pukul 2 pagi. Polisi memantau dengan ketat dan merekam video keluarga Yang selama mereka berupaya menyadarkannya.

Li Zhongjie, kepala Divisi Keamanan Domestik, menyangkal bertanggung jawab atas kematian Yang dan mengatakan bahwa mereka hanya mengikuti perintah atasan.

Keluarga Yang sangat marah ketika polisi, yang mengklaim bahwa mereka harus mendapatkan persetujuan dari atasan sebelum mengizinkan jenazahnya dikremasi dan dikuburkan, mereka menolak keluarganya mengatur pemakaman Yang.

Sejak 1999, Yang berulang kali menjadi sasaran karena tidak melepaskan keyakinannya. Penangkapannya yang berulang, pelecehan, dan penggeledahan rumah membuat keluarganya hidup dalam ketakutan selama dua dekade terakhir, yang mengakibatkan kesehatan suaminya menjadi buruk. Yang dibawa ke sesi cuci otak dua kali antara November 2003 hingga Juni 2004. Ia ditendang di punggung dan ditampari wajahnya. Staf pusat pencucian otak mengikatnya ke tempat tidur dan mencekoknya, melukai kerongkongannya dengan parah. Mereka juga menyuntiknya dengan obat-obatan yang membuatnya tidak bisa tidur, kemudian sulit untuk bangun.

Cobaan terakhir yang dialami Yang terjadi pada 2 Januari 2017, ketika ia dan delapan praktisi Falun Gong lainnya (dua pria dan enam wanita) melakukan perjalanan ke pasar petani di Kota Daliu, Kabupaten Wen'an, untuk membagikan kalender yang memuat informasi tentang Falun Gong. Mereka dilaporkan ke polisi dan ditangkap sembilan hari kemudian. Polisi menggeledah rumah praktisi dan menyita materi Falun Gong.

§5.4 Kematian Jin Shunnu

Jin Shunnu (wanita) mengalami koma pada 6 Oktober 2018, saat ditahan karena keyakinannya pada Falun Gong. Setelah keluarganya bergegas ke rumah sakit, polisi memaksa mereka untuk menandatangani surat pernyataan akan bertanggung jawab dengan mengancam akan memberikan Jin hukuman penjara yang berat jika mereka menolak menandatangani surat pernyataan.

Suami dan anak perempuan Jin tinggal di rumah sakit selama empat hari, tetapi Jin tidak pernah sadar kembali. Ia meninggal sekitar jam 4 pagi pada 10 Oktober. Jenazahnya dikremasi di hari yang sama tanpa otopsi, dan sertifikat kematian yang dikeluarkan oleh rumah sakit mengatakan ia meninggal karena stroke. Ia berusia 66 tahun. Jin ditangkap pada 19 September 2018, di kantor komunitas pemukiman setempat. Ia pergi ke sana untuk meminta dokumen yang diperlukan untuk pengembalian status pensiunnya, yang telah ditangguhkan karena ia sebelumnya pernah dipenjara selama 13 tahun karena menolak melepaskan Falun Gong.

Ia menjelaskan kepada staf kantor bahwa pemenjaraan karena keyakinannya adalah ilegal dan pensiunnya seharusnya tidak ditangguhkan. Bukannya mengeluarkan dokumen yang diminta, seorang anggota staf menelepon polisi. Petugas dari Kantor Polisi Xinhua datang dan membawanya ke Pusat Penahanan Nangou.

Tidak jelas apa yang terjadi pada Jin selama penahanan singkatnya yang menyebabkan ia koma dan meninggal beberapa hari kemudian.

Ketika Jin dipenjara antara tahun 2002 hingga 2015, suaminya Shen Shan menjalani hukuman 11 tahun karena keyakinan mereka yang sama. Putri mereka Shen Chunting juga dihukum tiga tahun kerja paksa karena berlatih Falun Gong. Keluarga itu akhirnya berkumpul kembali pada tahun 2015, tetapi mereka kehilangan Jin tiga tahun kemudian.166

§5.5 Kasus Kematian Lainnya

Peng Guangzhen (wanita), 70 tahun, menuntut keadilan atas kematian putranya, Xu Langzhou. Xu meninggal dalam keadaan yang mencurigakan saat dipenjara karena keyakinannya pada Falun Gong:

Suami saya meninggal ketika putra kami berusia lima tahun. Tidak mudah membesarkan dua anak sebagai ibu tunggal. Saya bertahan hidup hanya untuk putra saya. Ia begitu baik dan sangat mencintai saya. Ia pernah berkata: “Saya akan menjaga ibu meskipun jika saya akhirnya menjadi pengemis.” Saya bekerja sangat keras untuk membesarkannya. Ia kuat dan sehat, tetapi ia meninggal ketika baru berusia 39 tahun. Mereka (Penjara Wumaping) mengatakan bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas kasus ini...

Kasus 1: Xu Langzhou - Polisi Terkemuka Meninggal di Penjara Dalam Keadaan Mencurigakan

Ketika Xu Langzhou (pria) dipenjarakan di Penjara Guangyuan selama enam tahun, ia tidak diizinkan untuk menelepon keluarganya sekali pun. Pada tujuh kesempatan terpisah, ibunya yang sudah lanjut usia melakukan perjalanan dari Kota Panzhihua untuk menemuinya, tetapi ditolak oleh para penjaga.

Pada musim dingin tahun 2010, Xu dipindahkan ke Penjara Wumaping di Kabupaten Muchuan. Karena menolak memakai seragam penjara, sipir penjara memerintahkan narapidana untuk memotong pakaiannya. Ia hanya diperbolehkan memakai celana dalam. Xu melakukan mogok makan untuk memprotes penganiayaan. Akhirnya, pada Desember 2011, otoritas penjara mengizinkan keluarganya untuk mengirimkan pakaian dan uang tunai 1.000 yuan.

Pada 7 Maret 2012, penjara memberi tahu keluarga Xu bahwa mereka akan diizinkan mengunjunginya, mengklaim bahwa ia harus menjalani operasi tukak duodenum. Keesokan harinya, ibunya Peng Guangzhen dipaksa untuk menandatangani dokumen persetujuan operasi ketika Xu sedang tidak sadarkan diri. Tiga hari setelah operasi, Xu bisa makan bubur. Rumah sakit menolak untuk mengizinkan ibunya merawatnya, jadi ibunya harus tinggal di hotel di luar rumah sakit. Pada 18 Maret malam, rumah sakit memberi tahu keluarga bahwa Xu telah meninggal dunia.167

Kasus 2: Cheng Fuhua - Wanita Liaoning Meninggal Tujuh Bulan Setelah Pembebasan Bersyarat Medis

Cheng Fuhua dianiaya di pusat penahanan setempat setelah penangkapannya pada 1 Juni 2015 karena berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong. Ia melakukan mogok makan untuk memprotes penganiayaan, tetapi ia hanya mendapat pembalasan dendam dari petugas.

Cheng menderita edema dan sering pingsan. Ia juga kehilangan kemampuan bergerak. Pusat penahanan setempat memberi tahu keluarganya pada akhir Januari 2016 untuk datang menjemputnya. Ia tidak pernah bisa pulih dari gejala yang disebabkan oleh perlakuan kejam itu. Ia meninggal pada 6 Agustus 2016, pada usia 69.168

Kasus 3: Hu Guojian - Pria Liaoning Meninggal Setelah Koma Selama Dua Tahun

Hu Guojian dari Kota Fushun, Provinsi Liaoning, meninggal pada 15 Mei 2018, setelah koma selama hampir dua tahun. Hu ditangkap pada 7 Juli 2015 dan dijatuhi hukuman empat tahun penjara, lima bulan kemudian, ia menderita pendarahan otak yang parah akibat pemukulan oleh penjaga dan mengalami koma. Ia dioperasi tetapi tidak pernah sadar kembali.

Kasus 4: Liu Fengmei Meninggal Setelah Siksaan dan Pelecehan Tanpa Akhir

Tidak lama setelah Liu Fengmei (wanita) ditahan sebelum Olimpiade Beijing 2008, dia dijatuhi hukuman 13 tahun penjara. Penjara tetap menerimanya meskipun dia tidak memenuhi persyaratan saat pemeriksaan kondisi fisik.

Setelah tiga tahun mengalami penyiksaan, termasuk dicekok makan, kerja paksa, cuci otak, dan duduk di bangku kecil selama berjam-jam, kesehatan Liu memburuk dan dia didiagnosis menderita kanker payudara stadium akhir dan tumor ovarium pada Juli 2012. Liu dibebaskan pada Agustus 2012, tetapi pihak berwenang setempat terus mengganggunya. Setelah dua tahun dan empat bulan menderita, Liu meninggal pada 18 Desember 2014. Ia berusia 48 tahun.

Kasus 5: Gao Yixi - Pria Sehat Meninggal Dua Hari Setelah Dirawat Inap karena Mogok Makan

Gao Yixi meninggal dua hari setelah dia dibawa ke rumah sakit karena melakukan mogok makan untuk memprotes penangkapan dan penahanan ilegal terhadap dirinya dan istrinya karena keyakinan mereka. Kematiannya terjadi hanya sepuluh hari setelah dia ditangkap pada 19 April 2016. Ia berusia 45 tahun. Gao dalam keadaan sehat ketika dibawa ke rumah sakit, meskipun melakukan mogok makan. Di rumah sakit, ia diinfus terus-menerus. Gao secara bertahap kehilangan kemampuan untuk berbicara atau bergerak dan meninggal hanya 43 jam kemudian. Keluarganya melihat bekas borgol di pergelangan tangannya, pembengkakan parah di dadanya, dan perutnya cekung. Polisi melakukan otopsi pada hari berikutnya tetapi menolak untuk menunjukkan laporan tersebut kepada pihak keluarga.169

Kasus 6: Fu Guichun Dipaksa Melakukan Aborsi, Meninggal Setelah Delapan Tahun Dianiaya di Penjara

Fu Guichun dijatuhi hukuman delapan tahun penjara pada September 2002, dua bulan setelah dia dipaksa melakukan aborsi setelah penangkapannya pada Mei 2002. Di Penjara Wanita Harbin, Fu ditahan di sel isolasi, digantung pada pergelangan tangannya, dibiarkan membeku, dan dilarang tidur dalam upaya pihak berwenang untuk memaksanya melepaskan keyakinannya. Dia menderita diabetes dan masalah kesehatan lainnya. Ketika dibebaskan pada 2009, Fu mengalami trauma dan terluka baik secara mental maupun fisik. Fu meninggal pada 1 Mei 2012, hanya di usia 40-an.170

Kasus 7: Li Kunlian dan Wang Fuqin - Suami dan Istri Meninggal Berselang Lima Tahun Setelah Tiga Anak Perempuan Mereka Ditangkap karena Menolak untuk Melepaskan Falun Gong

Tiga putri Wang Fuqin ditangkap satu demi satu sekitar tahun 2004 karena menolak melepaskan Falun Gong. Yang termuda divonis empat tahun penjara. Wang telah mencoba tujuh kali tetapi tidak pernah diizinkan untuk mengunjungi putri bungsunya. Dia sangat trauma dengan penangkapan putrinya sehingga mengalami stroke dan meninggal pada Maret 2004 di usia 69 tahun.

Suaminya Li Kunlian menderita gangguan mental setelah kematian istrinya. Setiap hari setelah senja, dia akan mengambil pisau atau tongkat untuk menakut-nakuti "orang jahat imajiner" yang dia pikir akan datang untuk menculik orang-orang yang dicintainya. Dia meninggal lima tahun kemudian pada November 2009, di usia 71 tahun.

Kasus 8: Ren Dongsheng - Pria Setengah Baya Meninggal Tujuh Tahun Setelah Menjadi Gila Saat di Penahanan

Ren Dongsheng ditangkap pada 8 Maret 2006 dan dijatuhi hukuman lima tahun. Dia mengalami penyiksaan yang tak terbayangkan di Penjara Gangbei di Kota Tianjin, seperti tangannya dibakar dengan korek api, wajahnya ditampari, dan jari kakinya diinjak hingga kuku kakinya terlepas. Dia dipaksa makan makanan yang telah dibuang ke lantai, diborgol dan dibelenggu, makanan sengaja diletakkan di luar jangkauannya. Ketika masa hukuman lima tahun berakhir, dia langsung dikirim ke pusat pencucian otak, di mana dia ditipu untuk menelan bubuk putih yang tidak diketahui. Pada saat dibebaskan seminggu kemudian, putranya terkejut melihat ayahnya bukan lagi pria yang kuat dan penuh kasih yang dia ingat. Ren terus bergumam dan menunjukkan perilaku aneh. Ibunya, berusia 80-an, sangat sedih melihat apa yang terjadi pada putranya setelah lima tahun yang panjang - hingga pingsan.

Istri Ren, Zhang Liqin, juga berlatih Falun Gong. Dia dipecat dari pekerjaannya satu bulan setelah penangkapan suaminya. Dia sendiri ditangkap pada 12 Februari 2009 dan dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara. Ketika dibebaskan pada 11 Februari 2016, yang menyambutnya di rumah adalah suami yang sudah tidak waras serta furnitur dan jendela yang telah hancur.

Ren tetap dalam keadaan psikotik hampir sepanjang waktu setelah dia kembali ke rumah. Dia menolak untuk memotong rambutnya dan menghancurkan semua barang yang ada di hadapannya. Dia berlari keluar berteriak pada hari-hari hujan. Kadang-kadang, ia meninggalkan rumah di tengah malam dan kembali beberapa hari kemudian dalam keadaan penuh lumpur. Setiap kali seseorang menyebut polisi, Ren akan menggerutu bahwa dia harus lari atau polisi akan menangkapnya. Dia akan berlari keluar dan kemudian tidur di pinggir jalan.

Terkadang dia tiba-tiba terbangun di tengah malam, berteriak, “Aku tidak takut padamu.” Dia sering menganiaya ibunya dan memukuli anaknya. Suatu kali, dia mengusir ibunya keluar rumah pada malam Tahun Baru, meninggalkannya berdiri sendirian di jalan. Di lain waktu, dia memukuli putranya, yang berlari sambil menangis ke neneknya.

Setelah mengajukan pengaduan terhadap penjaga yang menyiksa Ren, istrinya Zhang Liqin berulang kali diganggu dan ditahan oleh pihak berwenang. Dia harus tinggal jauh dari rumah untuk menghindari penangkapan. Zhang terkadang melewatkan makan untuk menghemat uang untuk bepergian ke berbagai tempat demi mencari keadilan bagi suaminya.

Delapan hari setelah Zhang setuju untuk menghadiri sidang dengar pendapat oleh Pengadilan Tinggi Kota Tianjin pada 4 September 2018, dia merasa sangat sedih karena kehilangan suaminya, yang meninggal setelah tujuh tahun menderita.171

Kasus 9: Xu Dawei - Seorang Koki Ceria dan Ramah Meninggal Setelah Delapan Tahun Penjara

Xu Dawei ditangkap pada Januari 2001 dan kemudian dijatuhi hukuman delapan tahun penjara. Seorang pria muda yang sebelumnya sehat, tinggal kulit dan tulang ketika dibebaskan pada Februari 2009. Tubuhnya dipenuhi luka dan memar akibat disiksa, dipukuli dan disetrum dengan tongkat listrik. Wajahnya tanpa ekspresi, matanya bergerak perlahan, dan dia tidak bisa mengenali keluarganya. Dia meninggal hanya 13 hari setelah dibebaskan. Ia berusia 36 tahun. Setelah kematiannya, istrinya bekerja tanpa lelah untuk mencari keadilan baginya. Dalam sebuah surat terbuka kepada pihak berwenang, istri Xu, Chi Lihua, menulis sebagai berikut:172

Saya tidak ingin memikirkan bagaimana saya menghabiskan delapan tahun menunggu dengan cemas. Sulit bagi seseorang yang belum mengalaminya secara langsung untuk memahaminya. Saya merawat putri kecil kami dan orang tua saya yang sudah lanjut usia. Kesulitan, kesengsaraan, kekhawatiran, dan kecemasan tak terlukiskan. Entah berapa kali saya menangis. Saya sudah kehabisan air mata. Hanya darah yang menetes dari hati saya.

Saya pikir akhirnya penantian itu berakhir setelah delapan tahun yang panjang, tetapi apa yang terjadi adalah pukulan fatal. Ibu saya tidak tahan dan pingsan saat mendengarnya. Kedua orang tua saya sekarang sudah meninggal dunia. Saya telah kehilangan mereka, dan saya tidak memiliki rumah dan pendapatan.

Orang tua Dawei meminta saya untuk tinggal bersama mereka, tetapi saya enggan untuk pergi. Sampai tahap tertentu, saya tidak berani menghadapi kenyataan.

Bukan karena mereka tinggal di desa kecil di pegunungan. Dan itu bukan karena saya tidak cocok dengan mereka. Orang tua Dawei tidak memperlakukan saya sebagai menantu perempuan – mereka memperlakukan saya seperti anak perempuan mereka sendiri. Dan saya juga memperlakukan mereka sebagai orang tua saya sendiri. Saya tidak ingin tinggal bersama mereka hanya karena saya tidak ingin kehadiran saya mengingatkan mereka akan putra mereka. Saya bahkan lebih takut harus berkata apa ketika nenek Dawei yang berusia sembilan puluh sembilan tahun bertanya kepada saya mengapa Dawei masih belum pulang.

(Bersambung)

https://www.tiantibooks.org/collections/minghui-publications-featured/products/minghui-report-the-20-year-persecution-of-falun-gong-in-china-print?variant=40824205508713