Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Memperoleh Fa dan Membuktikan Kebenaran Fa dengan Menghadapi Penderitaan

22 Okt. 2024 |   Oleh Shenglian, praktisi Falun Dafa di Provinsi Heilongjiang, Tiongkok

(Minghui.org) Saya berusia 20-an ketika saya mengetahui bahwa Sakyamuni meninggalkan beberapa juta gulungan kitab suci Buddha setelah meninggal dunia. Saya benar-benar heran, "Bagaimana mungkin? Kekuatan supranatural macam apa yang dimiliki Sakyamuni sehingga ia mampu menulis begitu banyak kitab suci dalam hidupnya?" Saya ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Saya memulai bisnis agar saya dapat menghasilkan banyak uang. Dengan uang itu, saya membeli mobil dan pergi ke Akademi Buddha di Provinsi Sichuan. Saya menghabiskan enam tahun di sana untuk mempelajari agama Buddha. Saya ingin mencari tahu apa itu "Fa Buddha". Setiap kali saya melakukan perjalanan bisnis, saya mengunjungi toko buku lokal, pameran, dan pasar loak buku bekas, mencari buku-buku kultivasi seolah-olah sedang berburu harta karun. Hasilnya saya selalu kecewa. Saya merasa tersesat dan putus asa.

Kemampuan Supernormal Muncul

Taman Anak-anak adalah taman besar di kota kelahiran saya, dan banyak orang berkumpul di sana pada pagi hari untuk berolahraga, berlatih bela diri, dan bermeditasi. Saat berjalan-jalan di taman pada suatu pagi di Mei 1992, saya melihat spanduk dengan simbol-simbol dari aliran Buddha dan seseorang di sebelahnya menggerakkan lengannya ke atas dan ke bawah. Zat putih menyembur keluar dari ujung jarinya, membentuk kolom-kolom energi yang mengikuti gerakannya. Saya menyaksikannya, terpesona. Saat berikutnya, ruang di sekitar saya berubah. Semuanya menghilang kecuali struktur berbentuk piramida. Blok-blok persegi panjang yang ditumpuk menjadi satu berwarna hijau transparan nan indah.

Kemampuan supernormal tambahan muncul pada hari-hari berikutnya, termasuk "mata sejati", yang sebesar mata sapi. Tentu saja, saya tidak mengerti apa yang terjadi pada saya saat itu.

Mengobati Penyakit

Saya pulang ke kampung halaman saya pada tahun 1996 untuk merayakan liburan Tahun Baru bersama keluarga. Kedua saudara ipar saya memiliki benjolan di payudara mereka. Benjolan itu sekeras batu dan rasa sakitnya sangat menyiksa sehingga mereka tidak bisa memasak atau mencuci pakaian. Keluarga mereka sudah mencari pengobatan di mana-mana, tetapi tidak ada yang berhasil. Kakak-kakak saya sudah kehabisan ide tentang apa yang harus dilakukan. Saya melambaikan tangan saya beberapa kali dan, yang mengejutkan semua orang, benjolan itu menghilang. Bahkan memar hitam dan bengkak di kaki mereka pun hilang.

Saya belum pernah mengobati penyakit sebelumnya dan tidak tahu bagaimana cara melakukannya. Saya terkejut karena ternyata berhasil. Beberapa hari sebelum liburan berakhir, salah satu saudara laki-laki saya memohon, "Bisakah kamu mengobati saudara iparmu lagi sebelum kamu pergi?" Saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak tahu apakah itu akan berhasil, tetapi saya akan mencobanya. Keesokan harinya, saya melambaikan tangan saya lagi seperti yang saya lakukan sebelumnya. Hanya saja kali ini, hasilnya tidak memuaskan. Seolah-olah aku sedang dihukum karena menggunakan kemampuan supernormal dengan seenaknya, energi saya habis. Saya terjatuh ke tempat tidur, benar-benar terkuras.

Saya takut dan mengira saya sedang sekarat. Namun setelah sekitar 15 menit, saya merasa lebih baik. Sebuah suara dari kejauhan berkata pada saya, "Kemampuan supernormal tidak ada bentuk."

Memperoleh Fa

Suatu hari di musim panas tahun 1996, saya bangun pukul 4 pagi. Saya naik sepeda dan pergi ke pasar buku grosir. Saya tidak tahu apa yang merasuki saya—bahkan dalam perjalanan ke sana, saya terus bertanya-tanya, “Mengapa saya terburu-buru pergi ke pasar buku? Ini masih pagi sekali—pasarnya belum buka.” Ketika saya sampai di sana, hanya ada toko eceran kecil yang buka. Saya masuk dan mendapati pemiliknya kembali ke sudut untuk memilah dan mengisi stok buku. Saya melihat-lihat buku di meja besar tanpa tujuan, ketika tiba-tiba sebuah buku berjudul Zhuan Falun menarik perhatian saya. Saya tahu itu adalah buku dari aliran Buddha—saya pernah melihat spanduk di biara Buddha yang bertuliskan, “Falun senantiasa berputar.”

Saya melihat daftar isi dan hati saya langsung tergerak. Buku itu memberi saya semua jawaban atas misteri kehidupan—jawaban yang telah saya cari selama bertahun-tahun tetapi belum ditemukan. Saya merasa sangat beruntung—kehidupan tingkat tinggi pasti telah membantu saya. Saya pikir saya telah diberi buku yang sangat berharga tanpa perlu bersusah payah. Saya membayar 12 yuan untuk buku itu dan pergi. Bahagia seperti burung, saya naik kembali ke sepeda dan langsung pulang. Saya membaca seluruh buku hari itu dan berkata, "Saya tidak perlu pergi ke Sichuan lagi. Guru Li Hongzhi akan menjadi Guru saya mulai sekarang."

Saya kemudian menyadari bahwa Fashen Guru yang membawa saya ke pasar buku hari itu dan mengatur agar saya menemukan Zhuan Falun, buku utama Falun Dafa.

Saya secara resmi memperoleh Fa pada Mei 1996 dan memulai perjalanan kultivasi saya untuk balik ke asal kembali ke jati diri. Saya akhirnya memahami bahwa balik ke asal kembali ke jati diri adalah satu-satunya tujuan dan makna hidup bagi semua makhluk di bumi ini.

Mempelajari Fa dan Menyingkirkan Keterikatan

Ketika pertama kali mulai mempelajari Fa, saya membacanya kata demi kata. Jika saya tidak memahami setiap kata yang saya baca, saya tidak akan bisa melanjutkannya. Butuh beberapa saat bagi saya untuk menyadari bahwa itu bukanlah cara yang tepat untuk mempelajari Fa. Fa agung alam semesta ini tidak ada bandingannya. Segala pengejaran atau keinginan yang berlebihan untuk membuat kemajuan adalah keterikatan. Belajar untuk mempelajari Fa dengan mentalitas yang benar sejak awal telah meletakkan fondasi yang kokoh bagi kultivasi saya.

Saya dengan cepat memperoleh kemampuan supernormal baru, termasuk telekinesis, membaca pikiran, dan penembusan mata bijak.

Ketika berbicara dengan seorang koordinator lokal suatu kali, saya meletakkan tangan saya di belakang dinding dan bersandar. Tiba-tiba, tubuh bagian atas saya jatuh ke dinding tebal di dimensi lain. Bahkan pikiran saya pun menyesuaikan diri dengan keadaan dimensi itu. Koordinator itu terus berbicara tanpa menyadari apa pun.

Saya hampir berkata dengan keras, tetapi malah berpikir, "Apa yang terjadi? Ayolah—kita sedang berbicara serius di sini." Dengan pikiran itu, saya langsung tersentak. Meskipun baru setahun saya berkultivasi Dafa, Guru telah mendorong saya ke penembusan mata Fa. Saya tidak tahu seberapa dalam Fa itu, tetapi saya bertekad: "Guru telah memberi saya semua yang saya butuhkan. Saya harus mengikuti Guru dan kembali ke rumah sejati saya."

Membantu Narapidana Epilepsi

Saya pergi ke Beijing untuk mengajukan petisi kepada pemerintah pusat pada September 1999, dua bulan setelah Partai Komunis Tiongkok (PKT) melancarkan penganiayaan tanpa dasar hukum terhadap Falun Dafa, atau Falun Gong sebagaimana dikenal di Tiongkok. Kelompok kami yang beranggotakan lebih dari sepuluh praktisi dicegat oleh polisi kereta api dan ditangkap. Kami ditahan bersama tersangka pembunuhan, pecandu narkoba, pencuri, dan pelacur.

Seorang narapidana setengah baya mengalami kejang. Ia berguling-guling di lantai sambil kejang-kejang dan mulutnya berbusa. Ia kehilangan kendali dan mengencingi dirinya sendiri dan lantai—keadaan benar-benar kacau. Lebih dari 60 narapidana, termasuk para pemimpin tim, menjauh sejauh mungkin. Tidak ada yang bersedia mengulurkan tangan membantu dan tidak ada yang memanggil penjaga.

Saya hampir takut kuman dan benar-benar tidak ingin menghadapinya, tetapi saya adalah praktisi Dafa dan tahu bahwa semua yang saya lakukan akan mencerminkan Falun Dafa. Saya perlu menunjukkan kepada orang-orang bahwa Dafa itu baik dan mengungkap kebohongan rezim Komunis. Ini adalah kesempatan yang baik untuk menyingkirkan prasangka orang-orang terhadap Dafa.

Saya membantu narapidana itu melepaskan pakaiannya yang kotor dan membersihkannya dengan air hangat. Saya membawakannya baju ganti dan membantunya berpakaian. Saya mengepel lantai beberapa kali untuk memastikan lantainya benar-benar bersih. Kemudian saya mencuci pakaiannya dengan tangan dan menjemurnya. Semua narapidana dan bahkan praktisi lainnya tersentuh. Ketika ia sadar kembali, narapidana itu tidak tahu harus berkata apa. Ia mendatangi saya beberapa hari kemudian dan berkata dengan malu-malu, “Terima kasih banyak. Falun Gong baik.”

Mengklarifikasi Fakta kepada Polisi Berpangkat Tinggi

Seorang penjaga wanita yang bertugas bergegas ke sel kami suatu pagi, diikuti oleh tiga polisi berpakaian preman. Mereka berdiri di depan jendela tengah dan mengawasi kami. Tak seorang pun dari narapidana itu tahu apa yang sedang mereka lakukan.

Polisi itu memanggil nama saya dan bertanya, "Mengapa anda tidak memberi tahu kami jika berlatih Falun Gong dan menjadi anggota PKT merupakan konflik kepentingan?" Saya tidak menyangka akan langsung dicecar, tetapi saya tahu itu adalah ujian penting bagi saya. Dengan Guru di samping saya, saya berdiri, rendah hati namun percaya diri. Saya menceritakan kisah kultivasi saya dan bagaimana kesehatan dan watak saya membaik. Saya membuat daftar perubahan besar dalam cara berpikir dan pandangan hidup saya.

Saya memberi tahu mereka bahwa, dari semua hal yang saya pelajari, tidak ada yang mendekati menjadi seorang praktisi Falun Dafa. Prinsip alam semesta Sejati-Baik-Sabar benar-benar dapat membimbing dan mengubah seseorang dari lubuk hatinya. Apa pun status sosial, kekayaan, atau kekuasaan seseorang, selama ia berkultivasi Dafa, cara berpikirnya akan dibersihkan dan ditingkatkan. Ia akan naik ke tingkatan yang lebih tinggi. Tidak ada teori atau kepercayaan lain yang dapat dibandingkan dengan Dafa. Saya telah memperoleh kebijaksanaan dan tujuan sejak berkultivasi Dafa, karena sekarang saya memahami makna hidup yang sebenarnya. Saya memberikan dua contoh untuk menunjukkan bagaimana Dafa telah mengubah saya.

Saya berbicara selama 15 menit, dan ketika saya selesai, pria di tengah mengangguk dan berkata, "Silakan duduk." Ketiganya tidak menunjukkan banyak ekspresi atau berbicara banyak sepanjang waktu kecuali dua kata itu. Mereka tampak kecewa dan pergi.

Penjaga wanita yang menemani para polisi datang kembali sore itu dan bertanya kepada saya, "Apakah anda tahu siapa orang-orang itu pagi ini?" Saya menggelengkan kepala. Dia berkata, "Yang di tengah bahkan jabatannya lebih tinggi dari atasan bos kami. Dia tidak mengunjungi fasilitas kami selama dua tahun."

Melafalkan Fa Sebagai Pengganti Aturan Pusat Penahanan

Para narapidana diminta untuk menghafal dan melafalkan aturan dan tata tertib pusat penahanan. Saat giliran saya, seorang pimpinan tim mengganti ekspresi seriusnya yang biasa dengan senyuman. Saya berkata kepadanya, “Anda dan saya pasti memiliki takdir pertemuan yang cukup baik atau kita tidak akan pernah bertemu. Praktisi Falun Dafa tidak akan membalas ketika dipukul, atau mengumpat ketika dihina—kami adalah orang baik. Faktanya, standar tertinggi untuk menjadi orang baik adalah Sejati-Baik-Sabar. Kami tidak melakukan kejahatan atau melanggar hukum. Bagaimana kalau, sebagai pengganti aturan pusat penahanan, saya melafalkan ‘Lunyu’, pengantar buku ajaran kami yang disebut Zhuan Falun? Seseorang sangat beruntung dapat mendengar Fa Buddha—kalian semua akan mendapat manfaat yang luar biasa darinya.”

Sel itu sunyi senyap saat saya melafalkan Fa, meskipun ada lebih dari 60 narapidana di antara hadirin. Dari awal hingga akhir, tidak ada yang menyela. Saya dapat merasakan bahwa pikiran mereka dibatasi. Guru menguatkan saya dan menyelamatkan makhluk-makhluk yang memiliki takdir pertemuan dengan Dafa.

Praktisi lain kemudian memberi tahu saya bahwa mereka juga tidak ingin melafalkan peraturan tersebut tetapi takut akan imbasnya. Mereka meminta saran saya tentang cara mengatasi rasa takut. Saya berbagi pikiran bahwa kita seharusnya tidak berpikir bahwa kita adalah penjahat atau telah melakukan sesuatu yang salah dan seharusnya hanya membuktikan kebenaran Fa dengan cara yang lurus dan bermartabat. Semua orang setuju. Saya menyarankan agar kami bekerja sama sebagai satu tubuh. Keesokan paginya, kami melafalkan "Lunyu" secara serempak. Narapidana di semua sel lainnya berhenti melafalkan peraturan dan mendengarkan.

Tidak Mematuhi atau Bekerja Sama

Bahwa telah membuat roh jahat dari ruang dimensi lain marah, dan kelompok kami yang beranggotakan lebih dari sepuluh praktisi pun dipecah. Sebagian besar dipindahkan ke sel lain—hanya beberapa dari kami yang tetap berada di sel asal.

Butuh waktu dua minggu bagi kami untuk menyesuaikan pola pikir dan mencari tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Kami memutuskan untuk protes dengan tidak melakukan pekerjaan di bengkel dan terus melafalkan Fa dan melakukan latihan. Keadaan dengan cepat memanas. Dipimpin oleh seorang kepala penjara laki-laki, beberapa penjaga datang suatu hari dan menyeret kami ke lobi, di mana mereka dan lebih banyak penjaga, laki-laki dan perempuan, memukuli kami selama lebih dari 20 menit.

Kepala penjara itu membentak saya, “Anda tidak melafalkan peraturan. Anda tidak mau bekerja. Anda melakukan latihan dan melafalkan ajaranmu. Apakah ini fasilitas pribadimu untuk melakukan apa pun yang anda inginkan?” Dia berteriak histeris dan memukul saya dengan majalah yang digulung. Mereka memborgol dan membelenggu praktisi lain secara berpasangan tetapi memilih saya. Saya dirantai dengan dua set belenggu ekstra besar yang disediakan untuk narapidana hukuman mati.

Seorang penjaga datang dan menjemput semua petugas dan penjaga. Dibiarkan sendiri sejenak, praktisi lain dan saya sepakat bahwa kami tidak melakukan kesalahan apa pun—bagaimana kami bisa menjadi kultivator jika kami tidak berkultivasi dan melakukan latihan? Kami sampai pada pemahaman bersama: "Kita tidak boleh menuruti tuntutan mereka atau bekerja sama."

Narapidana yang Memantau Saya Mempelajar Fakta Kebenaran

Tiba-tiba, saya menjadi "pemimpin" dalam pelanggaran aturan secara terbuka. Hal itu menimbulkan kehebohan di antara para pejabat, penjaga, dan narapidana. Sore hari setelah kami dipukuli, suasana tampak tegang. Semua narapidana bersikap tenang dan waspada. Saya sebenarnya merasa baik-baik saja dan cukup tenang, karena saya tahu saya tidak melakukan kesalahan apa pun. Para penganiaya dan pelaku kejahatanlah yang salah. Sebagai kultivator, kita harus berkultivasi dan melakukan latihan di mana pun kita berada. Dunia ini tidak diciptakan untuk kejahatan. Segala cara yang dapat kami lakukan untuk membantu orang-orang mengetahui fakta kebenaran tentang Dafa adalah hal yang berharga.

Perlengkapan tempat tidur saya diambil dan saya harus tidur di papan kayu kosong, diborgol dan dibelenggu. Saya tidak bisa tidur malam itu. Belenggu besar itu menyedot semua kehangatan saya dan hawa dingin merasuki hati saya. Saya meringkuk seperti bola dan menggigil kedinginan. Belenggu itu mengeluarkan banyak suara setiap kali saya bergerak, meskipun hanya sedikit—saya yakin tidak ada yang bisa tidur nyenyak malam itu.

Beberapa narapidana muda ditugaskan untuk mengawasi saya. Saya memulai percakapan dan segera berteman dengan mereka. Saya memberi tahu mereka mengapa Jiang Zemin, mantan kepala PKT, melancarkan penganiayaan terhadap Falun Dafa. Saya menjelaskan mengapa saya menolak melafalkan aturan. Saya memberi tahu bagaimana saya memperoleh Fa dan bagaimana hidup saya berubah karenanya. Saya berbagi pemahaman yang saya peroleh melalui kultivasi, tentang umat manusia, alam semesta, ateisme vs teisme. Saya ingin mereka tahu bahwa Fa agung alam semesta ini menciptakan semua makhluk dan segalanya. Saya mengajarkan mereka "Lunyu" dan puisi dari Hong Yin.

Mereka mengacungkan jempol dan mengatakan bahwa mereka mengagumi Falun Gong. Mereka senang menemani saya. Para narapidana di sebelah kanan dan kiri saya suatu malam berkata, “Anda tidak sendirian. Kami sekarang juga praktisi Dafa.” Saya tahu itu semua adalah pengaturan Guru.

Narapidana utama yang mengawasi saya adalah seorang wanita muda yang sangat cantik. Dia telah keluar masuk pusat penahanan beberapa kali karena kecanduan narkoba. Suatu hari, dia menarik saya setelah makan siang dan tiba-tiba bertanya, “Bolehkah saya menjadi putri baptismu? Maukah anda menjadi ibu baptis saya? Anda bisa mendisiplinkan saya. Saya tahu saya bisa berubah. Saya ingin memulai dari awal lagi.” Saya berkata kepadanya, “Terima kasih telah mempercayai saya. Kamu punya ide yang tepat. Namun, saya sarankan kamu membangun hubungan dengan Dafa. Memiliki Guru jauh lebih baik daripada memiliki ibu baptis.” Dia berlinang air mata dan mengangguk.

Mengajukan Petisi untuk Pembebasan Praktisi Dafa

Sungguh berat untuk menggunakan kamar mandi dengan dua set belenggu yang berat. Saya tidak dapat menurunkan diri untuk menggunakan toilet jongkok—dua orang harus menahan saya. Saya membuat kekacauan yang harus dibersihkan orang lain, ditambah membilas saya. Saya merasa sangat kasihan kepada mereka yang ditugaskan untuk membantu saya. Sesuatu harus dilakukan—saya tidak dapat terus seperti ini. Tanpa preseden, saya perlu mencari tahu sendiri.

Puisi Guru “Tenang dalam Bencana” dalam Hong Yin muncul di benak saya. Saya tahu Guru ada di samping saya dan saya tidak takut. Kejahatan seharusnya takut kepada saya, karena kejahatan tidak akan pernah menang.

Kepala penjara muncul tiba-tiba pada hari kelima saya dibelenggu. Dia melangkah ke papan kayu tempat saya tidur tanpa melepas sepatunya. Saya tidak menunggunya untuk memulai dan meminta pena dan kertas untuk menulis surat kepada direktur. Dia senang mendengarnya, “Tentu. Saya akan segera mengambilkan pena dan kertas untuk anda.” Beberapa saat kemudian, seorang penjaga menyampaikan apa yang saya minta.

Seorang narapidana muda terkekeh setelah penjaga itu pergi, "Saya hampir tidak bisa menahan tawa." Saya bertanya kepadanya apa yang lucu dan dia berkata, "Kepala penjara sangat senang bahwa anda meminta pena dan kertas. Dia mungkin mengira anda akan menulis surat dan mengakui kesalahan anda." Mendengar ini, semua narapidana tertawa terbahak-bahak.

Saya menenangkan pikiran untuk menata pikiran sebelum mengambil pena. Begitu saya mulai, kata-kata mengalir di atas kertas. Saya menjelaskan mengapa kultivasi Dafa adalah lurus dan bahwa semua perlakuan tidak adil terhadap praktisi Dafa, termasuk saya sendiri, akan membawa malapetaka besar. Saya menulis bahwa kebebasan beragama dilindungi oleh Konstitusi dan berlatih Falun Dafa adalah legal di Tiongkok dan bahwa latihan tersebut tidak merugikan siapa pun tetapi dapat memberi manfaat bagi negara dan rakyat dalam banyak hal. Pada akhirnya, saya menuntut agar semua praktisi Falun Dafa yang ditahan dibebaskan.

Saya juga menyinggung masalah dalam operasi pusat penahanan. Saya menunjukkan bahwa tahanan di fasilitas pemasyarakatan tidak diharuskan oleh hukum untuk berpartisipasi dalam pekerjaan fisik. Seorang teman satu sel saya diperintahkan untuk menghabiskan delapan bungkus tusuk gigi dalam satu hari. Dia bekerja dari pagi hingga lewat tengah malam dan baru menghabiskan setengahnya. Karena kelelahan, dia tertidur dan jatuh di atas tusuk gigi yang menusuk kelopak matanya. Dia sangat tertekan hingga berada di ambang gangguan mental.

Saya katakan bahwa ditahan dalam kondisi yang keras seperti itu saja sudah dapat menyebabkan banyak kerusakan fisik dan emosional. Melakukan pekerjaan berat selama lebih dari 12 jam sehari adalah hal yang tidak manusiawi. Jika cedera mata teman satu sel ini membuatnya cacat permanen, siapa yang akan dimintai pertanggungjawaban? Pihak berwenang tidak dapat mempertaruhkan kesehatan dan nyawa narapidana demi keuntungan. Saya menjelaskan bahwa tujuan saya memasukkan contoh ini adalah untuk membuat semua orang yang terlibat berpikir tentang apa yang mungkin terjadi jika terjadi kesalahan.

Kepala penjara mengirim seorang penjaga untuk menjemput saya setelah makan siang keesokan harinya. Saya menyeret belenggu yang berat itu ke kantornya. Dia menunjuk ke sebuah kursi dan menyuruh saya duduk. Dia berkata, “Kami telah membaca surat anda. Mengenai pembebasan semua praktisi, saya tidak dapat melakukannya. Itu di luar kewenangan saya. Namun, saya akan melepaskan belenggu itu untuk anda hari ini.”

Penangkapan saya disetujui empat bulan kemudian. Saya dipindahkan ke Pusat Penahanan No. 1, di mana saya kemudian bergabung dengan beberapa narapidana yang saya kenal dari pusat penahanan lainnya. Mereka memberi tahu saya bahwa operasi kerja paksa secara resmi dihapuskan setelah saya keluar. Sudah lebih dari 20 tahun dan, sejauh yang saya ketahui, operasi itu tidak pernah dibuka kembali.

Menemukan dan Menyingkirkan Keterikatan Saya

Pusat Penahanan No. 1 bahkan lebih suram dan menakutkan. Saya jatuh ke dalam kondisi depresi dan merasa sangat kesepian. Saya bertanya kepada Guru, “Tolong, Guru. Saya hanya butuh satu praktisi agar saya tidak menjadi gila. Bahkan jika dia hanya duduk di sana tanpa berinteraksi dengan saya.” Setiap kali seorang narapidana baru dikirim ke penjara kami, saya tidak pernah berhenti berharap bahwa itu adalah praktisi.

Sebuah pikiran gelap muncul di benak saya beberapa hari kemudian, “Pintu besi hitam di sana—mengapa saya tidak berlari secepat yang saya bisa dan membenturkan kepala saya ke sana.” Namun saya menahan diri, “Ya ampun. Bagaimana saya bisa memiliki pikiran yang mengerikan seperti itu?” Tiba-tiba saya menyadari, “Bukankah ini gangguan iblis yang disebabkan oleh keterikatan saya?” Saya mencoba menenangkan diri dan mengendalikan pikiran saya, “Dari mana gagasan ini berasal?”

Saya mendambakan persahabatan di lubuk hati saya—saya tidak suka sendirian. Saya menggali lebih dalam dan menyadari bahwa saya selalu seperti ini. Sejak masih kecil, dalam segala hal yang saya lakukan, saya ingin melakukannya dengan seseorang. Pergi ke sekolah, pindah ke pedesaan untuk pendidikan ulang selama Revolusi Kebudayaan, bekerja, berkultivasi—saya selalu menjadi bagian dari sebuah kelompok. Namun sekarang saya adalah seorang kultivator. Jika saya masih terikat untuk selalu bersama seseorang, bukankah ini sebuah pengejaran?

Saya bertanya pada diri sendiri, "Apakah anda masih bisa berkultivasi jika anda berada di gunung terpencil atau di hutan sendirian?" Fa Guru muncul di kepala saya,

“...
Lelah tubuh belum dianggap derita,
Berkultivasi hati paling sulit dilewati…” (“Derita Pikiran dan Hatinya,” Hong Yin)

Benar. Sudah saatnya untuk sungguh-sungguh mengultivasi pikiran saya.

Menyebarkan Fa dan Menyelamatkan Makhluk Hidup dengan Belas Kasih

Setelah keterikatan saya lenyap, saya berpikir: "Jika saya menyebarkan Fa kepada para wanita di sekitar saya dan, katakanlah, jika mereka berlatih, bukankah saya akan memiliki teman-teman praktisi? Ini juga bisa menjadi lingkungan untuk berkultivasi." Saya mulai memberi tahu para narapidana tentang Dafa dan mengklarifikasi fakta tentang Dafa kepada mereka. Lambat laun, mereka menjadi tertarik.

Kami memiliki 18 hingga terkadang lebih dari 20 narapidana di dalam sel. Dua orang di sebelah kanan dan kiri saya sama-sama dijatuhi hukuman mati. Penjaga itu berkata kepada saya, "Akan lebih mudah bagi saya untuk menjaga mereka tetap dekat dengan anda." Para penjaga tidak ikut campur ketika saya berbicara kepada mereka, yang mana itu mudah. Saya memiliki kesempatan yang sempurna untuk memberi tahu mereka tentang Dafa.

Mereka berdua muda, cantik, dan cerdas. Satu-satunya alasan mereka berakhir dijatuhi hukuman mati adalah karena mereka telah membuat pilihan yang buruk. Saya berbicara kepada mereka setiap hari dan memperlakukan mereka seperti keluarga. Saya memberi tahu mereka bahwa reinkarnasi itu nyata, bahwa kehidupan datang dan pergi, dan bahwa segala sesuatu memiliki alasan. Saya menyemangati mereka, “Sekarang setelah kalian tahu arti hidup yang sebenarnya, kalian harus tetap positif dan melakukan yang terbaik yang kalian bisa.” Mereka berdua mulai lebih banyak tersenyum.

Wanita muda di sebelah kanan saya berkata kepada saya suatu malam, “Bibi, terkadang saya lupa bahwa saya di sini menunggu untuk dieksekusi. Pikiran saya menjadi kosong. Namun, saya merasa tenang berada di sini bersama kalian. Saya percaya apa yang Guru katakan tentang perbuatan baik mendatangkan berkah dan kejahatan mendatangkan balasan buruk. Saya merasa dapat menemukan harapan lagi.”

Dia menikah dengan seorang pria yang sudah bercerai, tetapi pria itu berselingkuh. Diliputi amarah saat mengetahui perselingkuhan itu, dia menyiramkan asam sulfat ke putri suaminya dan dua orang teman putrinya. Ketiga gadis itu mengalami luka bakar parah di wajah dan mata mereka. Dorongan ini menghancurkan hidupnya, dan dia sangat menyesalinya. Dia ingin berkultivasi Dafa tetapi tidak berani berharap akan berkah apa pun di kehidupan ini, mungkin di kehidupan berikutnya. Dia mengatakan kepada saya bahwa dia tidak akan pernah melupakan Guru dan saya dan berharap dapat menghabiskan lebih banyak waktu dengan saya.

Saya mengatakan kepadanya untuk tidak khawatir, "Apa lagi yang penting sekarang setelah kamu memperoleh Fa? Jangan gelisah atau takut apa pun. Taruhlah keyakinanmu sepenuhnya kepada Guru dan Fa. Guru akan menjagamu bahkan jika kamu meninggalkan dunia ini." Dia mengangguk dan tersenyum lebar kepada saya.

Delapan bulan yang saya habiskan di Pusat Penahanan No. 1 dibagi menjadi dua sel. Semua teman satu sel saya, tanpa kecuali, berkultivasi Dafa dengan satu atau lain cara. Kami belajar Fa dan melakukan latihan bersama.