Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Atlet Pemecah Rekor Dunia Dipenjara karena Keyakinannya pada Falun Gong

29 Okt. 2024 |   Oleh koresponden Minghui di Provinsi Hubei, Tiongkok

(Minghui.org) Seorang atlet pemecah rekor dunia di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, saat ini ditahan di Penjara Fanjiatai karena keyakinannya pada Falun Gong, sebuah latihan jiwa dan raga yang telah dianiaya oleh Partai Komunis Tiongkok sejak Juli 1999. Menurut orang dalam, Zhang Qingyuan telah menjadi sasaran berbagai bentuk penganiayaan.

Zhang, penduduk asli Distrik Jianghan, Kota Wuhan, ditangkap di tempat sewanya di Distrik Xinzhou di kota yang sama pada tanggal 29 Maret 2023. Ia dibawa ke Kantor Polisi Xinhualu di Distrik Jianghan. Tidak jelas kapan ia dimasukkan ke penjara.

Keluarga Zhang tidak pernah diberi kabar terbaru tentang status kasusnya, tetapi mereka menduga bahwa ia kemungkinan menjalani hukuman penjara empat tahun yang dijatuhkan kepadanya pada tahun 2006. Setelah dinyatakan bersalah saat itu, ia tinggal jauh dari rumah selama 17 tahun berikutnya untuk menghindari hukuman penjara. Pada tahun 2008, pihak berwenang menekan majikannya untuk memecatnya dan juga menghentikan tunjangan pekerja teladan dan tunjangan cacatnya (total 10.000 yuan per tahun).

Zhang, berusia sekitar 56 tahun, harus mengamputasi lengan kirinya setelah mengalami kecelakaan saat ia masih kecil. Namun, keterbatasannya tidak menghalanginya untuk berprestasi, dan ia memenangkan banyak kompetisi nasional.

Pada tahun 1994, ia memecahkan rekor dunia untuk lompat jangkit, dan memenangkan kejuaraan di Olimpiade Timur Jauh dan Pasifik Selatan ke-4 untuk Penyandang Disabilitas. Pada tahun 1995, ia menjadi anggota tim nasional yang dijadwalkan untuk menghadiri Olimpiade Khusus 1996 di Atlanta, AS, meskipun ia akhirnya tidak dapat ikut serta karena beberapa alasan yang tidak terduga.

Setelah penganiayaan terhadap Falun Gong dimulai pada tahun 1999, Zhang berulang kali ditangkap karena menjunjung tinggi keyakinannya. Berikut ini adalah kutipan dari kisah pribadinya tentang penderitaan yang dialaminya selama bertahun-tahun.

“Pada 5 November 2001, saya ditangkap oleh petugas dari Kantor Keamanan Dalam Negeri Departemen Kepolisian Kota Wuhan karena mengirimkan surat tentang Falun Gong kepada orang-orang. Mereka menahan saya di Pusat Penahanan No. 2 Kota Wuhan sebelum memindahkan saya ke Pusat Pencucian Otak Erdaopeng di Distrik Jianghan pada tanggal 3 Desember. Saya dilarang tidur dan dipaksa berdiri menghadap tembok sepanjang hari. Saya menolak untuk melepaskan keyakinan saya seperti yang diperintahkan dan mereka memindahkan saya ke Pusat Penahanan Huangjiadawan di Distrik Jianghan enam bulan kemudian. Saya melakukan mogok makan sebagai protes dan dibebaskan pada hari kedelapan belas mogok makan saya.

Saya pergi ke Beijing untuk mengajukan permohonan bagi Falun Gong pada bulan Januari 2003, dan ditangkap. Saya diinterogasi dan disiksa saat ditahan di Kantor Polisi Dongfeng di Distrik Fangshan, Beijing. Saya menolak untuk mengungkapkan nama dan alamat saya. Mereka menahan saya di bangku harimau dan memukuli saya hingga lewat tengah malam. Setelah sesi penyiksaan, mereka menyuruh orang mengawasi saya untuk mencegah saya menutup mata.

Keesokan paginya, saya dibawa ke Pusat Penahanan Kedua Departemen Kepolisian Distrik Fangshan. Selama pemeriksaan fisik yang diwajibkan, bahkan penjaga pusat penahanan mengutuk polisi karena memukuli saya dengan sangat parah. Saya melakukan mogok makan di pusat penahanan dan dicekok paksa makan berkali-kali. Selang makanan sering kali berlumuran darah. Pusat penahanan memberi tahu Kantor Polisi Dongfeng 37 hari kemudian untuk menjemput saya, dan kantor polisi tersebut menurunkan saya di stasiun bus alih-alih mengantar saya pulang, meskipun kondisi fisik saya lemah.

Saya ditangkap lagi pada tanggal 19 Juli 2005 oleh petugas dari Kantor Keamanan Dalam Negeri Departemen Kepolisian Kota Wuhan. Mereka menyita barang-barang berharga saya senilai hampir 10.000 yuan, termasuk komputer dan printer saya, dan membawa saya ke Pusat Penahanan No. 2 Kota Wuhan. Saya melakukan mogok makan dan dicekok paksa makan. Selang makanan itu seukuran jari, dan ketika ditarik keluar dari lubang hidung saya, selang itu berlumuran darah.

Karena saya menolak menyerah setelah beberapa kali dicekok paksa, para penjaga mengikat saya ke ranjang kayu dalam posisi terentang dengan keempat anggota tubuh saya diikat ke empat belenggu di empat sudut. Mereka membiarkan selang makanan tetap berada di perut saya setiap saat. Selama setiap sesi dicekok paksa, mereka menuangkan cairan melalui selang tersebut. Kekejaman ini berlanjut hingga saya dibebaskan pada tanggal 9 Agustus 2005.

Saya ditangkap di sebuah pos pemeriksaan pada tanggal 5 April 2006, saat menaiki bus menuju kampung halaman saya di pedesaan selama Festival Qingming (juga dikenal sebagai Hari Membersihkan Makam untuk menghormati leluhur). Polisi kembali membawa saya ke Pusat Penahanan No. 2 Kota Wuhan. Saya diadili keesokan harinya. Saya melakukan mogok makan dan dibebaskan dengan jaminan tiga minggu kemudian. Pada tanggal 1 Juni 2006, hakim ketua dan polisi datang ke rumah saya dan mengumumkan bahwa saya dijatuhi hukuman empat tahun penjara. Mereka mengatakan saya punya waktu sepuluh hari untuk mengajukan banding jika saya mau.

Agar tidak dipenjara, saya meninggalkan rumah dan berpindah-pindah tempat selama 17 tahun berikutnya.”

Laporan Terkait:

Setelah 17 Tahun Hidup Menggelandang, Atlet Pemecah Rekor Dunia Ditangkap Lagi karena Keyakinannya

World Record Breaking Handicapped Athlete Suffers Brutal Persecution

Atlet Pemegang Rekor Dunia Menuntut Jiang Zemin