Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Laporan Minghui: 20 Tahun Penganiayaan Falun Gong di Tiongkok (Bagian 13)

4 Nov. 2024

Oleh Grup Minghui

Pertama kali dipublikasikan di tahun 2019

Hak Cipta © 2019 Minghui.org & Minghui Publishing Center Corporation

(Bagian 13)

(Lanjutan dari Bagian 12)

Bab 8: Penganiayaan Diperluas ke Luar Tiongkok

Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah memperluas penganiayaannya terhadap Falun Gong ke negara lain melalui jaringan ‘Kantor 610’, kedutaan serta konsulatnya, yang mengarahkan dan menghasut komunitas, kalangan bisnis, dan asosiasi mahasiswa Tiongkok untuk mengganggu kegiatan Falun Gong, mengumpulkan informasi tentang praktisi, dan berusaha untuk mempengaruhi pejabat asing, anggota legislatif, dan organisasi sipil untuk menentang Falun Gong. Selain itu, PKT menekan media di luar Tiongkok untuk tidak meliput peristiwa Falun Gong atau melaporkan penganiayaan di Tiongkok. Ia juga menggunakan media berita Tiongkok dan media lokal di negara lain untuk menyebarkan propaganda anti-Falun Gong.

Seorang mantan diplomat dari Konsulat Tiongkok di Sydney mengungkapkan bahwa kedutaan dan konsulat Tiongkok telah membentuk departemen politik yang didedikasikan untuk memantau dan menekan para pembangkang di luar negeri. Di Sydney, misalnya, “Kelompok Khusus Melawan Falun Gong” pada konsulat terdiri dari kepala setiap departemen, termasuk mereka yang bertanggung jawab atas bidang politik, budaya, visa, pendidikan, dan warga negara Tiongkok di negara asing. Gugus tugas khusus ini dipimpin langsung oleh duta besar atau konsul jenderal.213

§8.1 Kekerasan dan Ancaman Terhadap Praktisi di Luar Negeri

Konsulat Tiongkok telah merekrut anggota komunitas Tionghoa setempat untuk mencemarkan reputasi dan melecehkan praktisi Falun Gong yang secara teratur mendirikan stan informasi untuk meningkatkan kesadaran publik akan penganiayaan di Tiongkok. Misalnya, keterlibatan konsul jenderal Tiongkok di New York, Peng Keyu dalam serangan ‘massa’ terhadap praktisi Falun Gong. Dalam rekaman wawancara telepon, dia mengakui perannya dalam menggerakkan massa untuk menyerang praktisi.214 Di Hong Kong, serangan semacam itu dilakukan oleh organisasi lain yang berfungsi sebagai perpanjangan tangan dari PKT.

§§8.1.1 Praktisi Falun Gong Australia Ditembak Saat Kunjungan Pejabat Tiongkok ke Afrika Selatan215

Zeng Qinghong, salah satu pelaku utama dalam kebijakan penganiayaan Jiang Zemin terhadap Falun Gong, mengunjungi Afrika Selatan pada Juni 2004. Setelah mengetahui bahwa Zeng Qinghong dan pejabat Tiongkok lainnya mengunjungi Afrika Selatan, sembilan praktisi Falun Gong Australia tiba di Bandara Internasional Johannesburg pada 28 Juni, berusaha untuk menghentikan penganiayaan terhadap Falun Gong dengan mengajukan tuntutan hukum terhadap pejabat Tiongkok yang mengarahkan penganiayaan (praktisi di negara lain telah mengajukan tuntutan hukum terhadap Jiang Zemin karena genosida dan penyiksaan). Karena tidak ada praktisi Falun Gong di Johannesburg, seorang praktisi dari kota lain di Afrika Selatan menjemput mereka. Kesembilan praktisi Australia meninggalkan bandara dengan dua mobil, menuju ke Presidential Guest House di Pretoria. Dalam perjalanan ke sana, seseorang dari dalam sebuah mobil putih melepaskan tembakan di belakang kendaraan kedua yang dikemudikan oleh praktisi, menargetkan ban dan pengemudinya. Mobil itu ditembak setidaknya lima kali. Sopirnya, David Liang, tertembak di kedua kakinya. Mobilnya rusak parah dan berhenti. Orang-orang bersenjata itu melarikan diri. David Liang dilarikan ke Rumah Sakit Chris Hani-Baragwanath terdekat dengan patah tulang di satu kakinya.

§§8.1.2 Agen PKT Mendobrak Rumah Praktisi untuk Mencuri Informasi

Pada 8 Februari 2006, agen PKT bersenjata mendobrak masuk ke rumah praktisi Falun Gong Dr. Li Yuan di Atlanta, Amerika Serikat. Dr. Li adalah Chief Technical Officer dari grup media The Epoch Times. Para agen membekapnya dengan selimut tebal sampai ia hampir mati lemas. Kemudian mereka melepas selimut dan mulai memukulinya, terutama di pelipis. Mereka memplester mulut, mata, dan telinganya; mengikat tangannya ke belakang, dan mengikat kakinya. ia tidak bisa bergerak, melihat, atau berteriak.

Salah satu pria bertanya kepada Dr. Li dalam bahasa Mandarin, “Di mana brankasmu?” Mereka mencari di lantai atas dan bawah selama sekitar setengah jam dan membuka paksa lemari arsipnya. Para agen mencuri dua laptop tetapi meninggalkan barang-barang berharga lainnya. Tetangga Dr. Li menelepon polisi setelah para penyusup pergi. Dr. Li dibawa ke rumah sakit dengan ambulans dan membutuhkan 15 jahitan di wajahnya.216

Pada 10 Maret di tahun yang sama, pencuri masuk ke rumah praktisi lain di Osaka, Jepang, dan mencuri dua komputer desktop, laptop, dan kamera digital tetapi tidak menyentuh uang tunai atau barang berharga lainnya. Penyelidikan polisi di tempat kejadian menyimpulkan bahwa perampokan itu bertujuan mencuri informasi. Rumah tersebut berfungsi sebagai kantor administrasi untuk media The Epoch Times, dan pembobolan terjadi sehari setelah surat kabar itu menerbitkan sebuah artikel yang mengekspos pembunuhan rezim Tiongkok terhadap praktisi Falun Gong untuk mengambil organ tubuhnya.

Sehari sebelum pembobolan, seorang jurnalis Tiongkok yang dikirim ke Jepang memperingatkan staf The Epoch Times selama wawancara, “Baru-baru ini, praktisi Falun Gong dipukuli di Hong Kong, dan kantor percetakan The Epoch Times di Hong Kong dihancurkan. Saya ingin mengingatkan praktisi dan kelompok Falun Gong di Jepang untuk sangat berhati-hati dengan keselamatan mereka.” Pemilik rumah, Cai (pria), mengatakan bahwa ia telah mendapat gangguan dari panggilan telepon tak dikenal.217

§§8.1.3 Konsulat Tiongkok Memicu Serangan dan Kejahatan Kebencian Lainnya di Amerika Serikat

Tiga belas praktisi di Flushing, New York, mengajukan gugatan pada tahun 2015 yang menjelaskan hampir 40 insiden di mana praktisi Falun Gong dipukuli, dilecehkan, atau diancam akan dibunuh dalam kampanye kekerasan dan intimidasi yang terkoordinasi dengan baik. Ancaman-ancaman ini disertai dengan poster-poster berbahasa Mandarin yang dipajang secara mencolok di Flushing yang menghasut warga dan pengunjung untuk “memukul penganut Falun Gong seperti memukuli tikus.”

Dalam satu insiden, praktisi Li Xiurong dan Cao Lijun sedang berjalan di Flushing ketika mereka diserang oleh Li Huahong, yang memanggil gerombolan hampir 30 orang. Sementara Cao berhasil melarikan diri dan mencari bantuan, preman bayaran tersebut menahan Li dan berteriak, “Bunuh dia!”, “Pukul dia sampai mati!”

Gugatan tersebut menggambarkan insiden serupa di mana tiga praktisi Falun Gong sedang berjalan di Flushing pada 14 Juli 2014, ketika salah satu terdakwa mengatakan kepada mereka, “Kamu bahkan lebih parah dari pada anjing. Saya akan mengumpulkan kalian semua dan memusnahkan kalian semua dalam waktu tiga bulan. Saya akan mencekik kalian semua sampai mati... Saya akan menghabisi kalian. Saya akan mengorek jantung, hati, dan paru-parumu. Seseorang akan membunuhmu.”

Pada 2008, konsulat Tiongkok di New York terlibat dalam serangan massa terhadap praktisi Falun Gong di Flushing, New York. Konsul Jenderal Peng Keyu mengakui dalam rekaman audio bahwa ia telah “diam-diam mendorong” massa, berterima kasih kepada anggota massa secara pribadi, dan “menjalankan hal-hal lain di lokasi kejadian.” Beberapa sumber melaporkan kepada Epoch Times bahwa Peng membayar anggota mafia antara $50 dan $100 per hari untuk berpartisipasi dalam serangan itu.218

Kejahatan kebencian yang serupa telah terjadi di kota-kota lain, baik yang secara langsung dihasut oleh organisasi-organisasi yang terkait dengan PKT atau sebagai akibat dari propaganda anti-Falun Gong yang disebarkan melalui media dan asosiasi yang dikendalikan oleh PKT. Setelah serangkaian serangan fisik terhadap praktisi di San Francisco, anggota Kongres AS, Ed Royce menulis kepada Departemen Luar Negeri untuk mengungkapkan keprihatinannya atas prospek “sangat meresahkan” dari perwakilan resmi Tiongkok yang memperluas penganiayaan Falun Gong ke tanah Amerika.219 Dalam salah satu serangan, pelaku meninju seorang pria lansia di wajah sebelum mengeluarkan serangkaian cacian kotor pada Falun Gong dan menambahkan, “Jika [kita] berada di Tiongkok, saya akan mematahkan kakimu.”

§§8.1.4 Diplomat Tiongkok Bertanggung Jawab atas Kekerasan dan Gangguan Selama Kunjungan Kenegaraan

Ketika pejabat Tiongkok mengunjungi negara lain, konsulat Tiongkok setempat menyewa “kelompok penyambutan” untuk mengibarkan bendera Tiongkok dan mencegah delegasi Tiongkok melihat spanduk praktisi Falun Gong yang melakukan aksi damai untuk menyerukan diakhirinya penganiayaan di Tiongkok.

Pada 2014, ketika kelompok penyambutan yang disewa oleh PKT di Australia mencoba untuk memblokir dan bahkan menyerang praktisi di Brisbane dan Canberra selama kunjungan Presiden Tiongkok Xi Jinping ke pertemuan G20 tahun 2014, polisi setempat mengalokasi mereka, membuang bendera-bendera mereka, dan melarang mereka mendekati para pengunjuk rasa Falun Gong. Petugas polisi juga membantu praktisi untuk menggantungkan spanduk mereka tinggi-tinggi sehingga iring-iringan mobil Xi dapat melihatnya.

Dua diplomat Tiongkok ditangkap di Argentina dan Republik Ceko karena menggunakan kekerasan untuk mengganggu aksi damai yang diadakan oleh praktisi Falun Gong setempat selama kunjungan delegasi Tiongkok pada musim panas 2014.

Di Auckland dan Wellington, Selandia Baru, polisi membantu praktisi menemukan tempat terbaik untuk membentang spanduk-spanduk mereka. Ketika kelompok penyambutan datang, polisi mengarahkan mereka untuk tetap berada di sisi lain jalan. Tujuh petugas ditempatkan untuk melindungi para praktisi.

§§8.1.5 Intimidasi dan Serangan terhadap Praktisi dan Turis di Hong Kong

Sejak 2012, Hong Kong Youth Care Association (Asosiasi Peduli Pemuda Hong Kong), yang bertindak sebagai kaki tangan dari Kantor 610 Tiongkok, telah secara rutin mengganggu praktisi Falun Gong dan mengganggu kegiatan mereka di Hong Kong.220 Anggota Asosiasi Pemuda ini memakai kaos hijau dan secara rutin mengepung praktisi di lokasi kegiatan, menggunakan megafon dari jarak dekat untuk meneriakkan penghinaan dan ancaman, meludahi praktisi, dan bahkan menyerang praktisi secara fisik. Dalam satu insiden, seorang individu yang berafiliasi dengan Asosiasi Peduli Pemuda Hong Kong mengacungkan pisau besar untuk mengancam praktisi Falun Gong. Selain menutupi spanduk praktisi, anggota Asosiasi Peduli Pemuda Hong Kong memasang spanduk mereka sendiri yang memfitnah Falun Gong.

Seorang pengunjung Hong Kong mengingat sebuah insiden pada Januari 2019:221

Begitu praktisi mulai berbicara tentang penganiayaan PKT, anggota Asosiasi Peduli Pemuda Hong Kong langsung menyela. Pakaian anggota Asosiasi Peduli Pemuda Hong Kong dipenuhi dengan kata-kata yang memfitnah Falun Gong. Mereka juga membawa pengeras suara dan menyiarkan pesan serupa.

Mereka tidak membiarkan turis membaca poster praktisi dan mengintimidasi mereka dengan merekamnya serta mengancam akan memposting video secara daring. Semua anggota Asosiasi Peduli Pemuda Hong Kong memiliki camcorder tergantung di leher mereka sehingga mereka dapat dengan mudah merekam siapa saja yang berinteraksi dengan praktisi. Mereka sangat agresif. Sebaliknya, para praktisi memegang spanduk dan papan poster dengan damai.

Pada 24 September 2019, praktisi Falun Gong - Liao Qiulan (wanita) diserang oleh dua anggota mafia di lingkungan Lai Chi Kok, Hong Kong. Setelah dipukul berkali-kali dengan tongkat yang dapat diperpanjang, kepalanya mengeluarkan banyak darah. Serangan itu terjadi saat Liao meninggalkan Kantor Polisi Cheung Sha Wan setelah mengurus izin kegiatan Falun Gong pada 1 Oktober, Hari Nasional PKT.222

§8.2 Penganiayaan di Negara Lain dan Pemulangan Praktisi ke Tiongkok

Beberapa pemerintahan yang memiliki ikatan ideologis dengan rezim Tiongkok atau di bawah tekanan langsung dari Beijing telah memilih untuk bekerja sama dengan kebijakan penganiayaan PKT, pada waktu tertentu menangkap para praktisi Falun Gong di wilayah mereka dan/atau memulangkan praktisi ke Tiongkok, di mana praktisi menghadapi ancaman penyiksaan atau bahkan kematian.

Kasus 1: Pasangan Kamboja Dideportasi, Dibawa ke Kamp Kerja Paksa di Tiongkok233

Sepasang suami istri lansia asal Tiongkok bekerja di Kamboja. Setelah majikan mereka tahu bahwa mereka berlatih Falun Gong (dengan memeriksa surat mereka secara ilegal), majikannya langsung melaporkan mereka ke Kedutaan Besar Tiongkok. Tidak lama kemudian pejabat dari kedutaan Tiongkok dan polisi Kamboja menangkap pasangan itu dan mendeportasi mereka ke Tiongkok pada Agustus 2002, meskipun status mereka adalah pengungsi di bawah perlindungan PBB. Pasangan itu kemudian dibawa ke kamp kerja paksa di Tiongkok.

Pejabat kedutaan besar Tiongkok di Kamboja juga berusaha menangkap dua praktisi lanjut usia lainnya, yang berhasil menghindari penangkapan dengan bersembunyi. Seorang pejabat tinggi dari kantor urusan pengungsi PBB turun tangan, dan kedua praktisi ini akhirnya memperoleh perlindungan di negara lain.

Kasus 2: Rusia Mendeportasi Praktisi Falun Gong Meskipun Berstatus Pengungsi PBB

Meskipun telah diberikan status pengungsi PBB, Ma Hui (wanita) dan putrinya yang berusia delapan tahun, Ma Jingjing dibawa pergi dari rumah mereka oleh enam petugas dari Bagian Deportasi Kantor Imigrasi di St. Petersburg pada 28 Maret 2007. Malam itu, seorang polisi wanita Rusia dan beberapa pejabat pemerintah Tiongkok memaksa ibu dan anak perempuan itu untuk naik pesawat ke Beijing. Namun, keluarganya tidak melihat Ma atau putrinya di bandara di Beijing. Mereka kemudian menerima telepon dari seorang pria yang memberi tahu mereka bahwa Ma Jingjing telah tiba di rumah saudara perempuannya, tetapi tidak jelas apakah Ma Hui bisa pulang. Keluarganya curiga dia ditahan oleh aparat keamanan negara.224

Pada 12 Mei di tahun yang sama, beberapa petugas imigrasi Rusia membawa Gao Chunman (pria), 73 tahun, dari rumahnya tanpa penjelasan atau menunjukkan dokumen apa pun. Malam itu, polisi memberi tahu istrinya yang berkebangsaan Rusia, Mira, bahwa pihak berwenang telah menerbangkan Gao ke Moskow untuk menunggu penerbangan paling awal ke Beijing. Gao, mantan profesor di Universitas Tsinghua, meninggalkan Tiongkok karena penganiayaan terhadap Falun Gong. Dia diberikan status pengungsi PBB pada 2003.225

Kasus 3: Vietnam Menghukum Dua Praktisi karena Menyiarkan Berita Tanpa Sensor ke Tiongkok melalui Radio226

Pada November 2011 di Hanoi, Vu Duc Trung (pria), CEO perusahaan teknologi tinggi berusia tiga puluh satu tahun, dan saudara iparnya yang berusia tiga puluh enam tahun, Le Van Thanh (pria), dijatuhi hukuman penjara masing-masing selama tiga dan dua tahun. Mereka didakwa “mengirimkan informasi secara ilegal ke jaringan telekomunikasi” karena telah menyiarkan program berita radio Sound of Hope melalui radio gelombang pendek ke Tiongkok. Program Sound of Hope kerap melaporkan pelanggaran hak asasi manusia, korupsi, dan penindasan terhadap praktisi Falun Gong dan kelompok teraniaya lainnya. Trung memulai siaran itu pada April 2009, dan kedua pria itu ditangkap pada 11 Juni 2010.

Hukuman mereka terjadi di tengah meningkatnya gangguan pihak berwenang Vietnam terhadap komunitas Falun Gong setempat karena tekanan langsung dari Partai Komunis Tiongkok. Menurut dakwaan, pemerintah Vietnam menangkap kedua orang itu setelah mendapatkan nota diplomatik yang dikirim pada 30 Mei 2010 oleh Kedutaan Besar Tiongkok ke Biro Investigasi dan Keamanan Vietnam. “Memo tersebut menyatakan bahwa Departemen Kepolisian di Tiongkok menemukan sinyal radio yang berasal dari wilayah Vietnam yang berisi konten yang sama tentang Falun Gong seperti yang terdengar di stasiun radio Sound of Hope,” lanjut dakwaan tersebut berbunyi. "Direkomendasikan bahwa semua ... aktivitas individu Falun Gong di wilayah Vietnam harus diserang dan dihentikan."

Sidang awalnya dijadwalkan pada Oktober. Pada tanggal persidangan yang telah ditentukan, setidaknya 30 praktisi Falun Gong yang melakukan aksi duduk diam di depan Konsulat Tiongkok ditahan oleh pihak berwenang Vietnam. Menurut saksi mata, orang-orang itu dipaksa naik bus, beberapa dengan kekerasan, kemudian mereka dipisahkan menjadi kelompok-kelompok kecil dan dibawa ke lokasi terpisah. Beberapa praktisi yang bermeditasi di Taman Le Van Tam juga ditahan.227

Kasus 4: Korea Selatan Mendeportasi Praktisi, Menolak Suaka di Bawah Tekanan PKT

Antara 2009 hingga 2011, pemerintah Korea Selatan telah mendeportasi setidaknya 10 praktisi Falun Gong kembali ke Tiongkok dan menolak suaka bagi 56 praktisi lainnya. Seorang pejabat di pemerintah Korea Selatan mengatakan kepada wartawan bahwa Li Changchun, anggota Komite Tetap Politbiro PKT, menekan pemerintah Korea Selatan untuk “mengusir praktisi Falun Gong keluar dari Korea Selatan.” Ini terjadi sesaat sebelum Kementerian Kehakiman Korea Selatan mulai menolak permohonan suaka dari praktisi Falun Gong. Pemulangan dimulai segera setelah itu.228

Yin Xiangzi (wanita), seorang praktisi yang dideportasi dari Korea Selatan kembali ke Tiongkok pada 30 Januari 2010, kemudian berhasil melarikan diri dari Tiongkok. Di bawah ini adalah kutipan dari apa yang dia alami setelah dibawa kembali ke Tiongkok:229

Agen Keamanan Negara secara ilegal menggeledah rumah saya, menempatkan saya di bawah pengawasan, dan mengganggu saya.

Polisi membawa seorang mantan praktisi yang telah dicuci otak oleh PKT untuk mencuci otak saya. Orang ini dingin dan penuh perhitungan. Dia terus menyisipkan interpretasi liciknya tentang Falun Gong ke dalam pikiran saya. Saat itu, saya hampir tidak tidur selama 72 jam dan tidak bisa berpikir jernih. Saya menandatangani pernyataan jaminan yang menjanjikan bahwa saya tidak akan lagi berlatih Falun Gong. Kemudian saya dibebaskan. Mereka menuntut agar saya melapor kepada mereka sebelum saya pergi ke mana pun. Mereka juga mulai memantau ponsel saya.

Selama interogasi, saya menemukan bahwa sistem kepolisian PKT memiliki sangat banyakinformasi tentang praktisi Falun Gong di Korea Selatan. Mereka menyebutkan dalam berbagai kesempatan nama banyak koordinator di Korea Selatan serta nama beberapa praktisi yang pergi ke Korea Selatan dari Kota Yanji. Mereka bertanya apakah saya mengenal mereka. Mereka menunjukkan foto Tian Guo Marching Band Korea Selatan yang diambil dalam sebuah parade. Saya sadar bahwa saya ada di dalam gambar. Mereka meminta saya untuk mengidentifikasi praktisi Falun Gong di dalam foto. Mereka juga menunjukkan kepada saya daftar praktisi Falun Gong yang telah membantu praktisi lain mengajukan status pengungsi. Agen khusus PKT bahkan mengunjungi tempat latihan Falun Gong saya di Korea Selatan.

Setelah dibebaskan, meskipun saya tidak dipenjara, saya sangat menderita. Falun Gong tidak hanya telah memulihkan kesehatan saya tetapi juga memberi saya pikiran yang sehat. Namun saya mengkhianati Falun Gong melawan hati nurani saya sendiri. Saya merasa putus asa, terhina, dan menyesal.

Yin memutuskan untuk mulai berlatih Falun Gong lagi sebulan kemudian. Namun dia tidak menonjolkan diri, karena dia berada di bawah pengawasan dan sering dibuntuti oleh orang-orang yang mencurigakan. Seperti yang dia ingat:

Pada pertengahan Maret 2011, anggota Kantor 610 Yanji menelepon dan meminta untuk bertemu dengan saya di kedai teh. Pertemuan itu berlangsung sekitar 30 menit. Mereka mengatakan kepada saya bahwa saya bisa pergi ke Korea Selatan lagi, dengan satu syarat: saya membantu mereka mengumpulkan informasi tentang praktisi Falun Gong di Korea Selatan.

Mereka ingin merekrut saya sebagai agen khusus PKT dan berencana untuk mengajari saya keterampilan komputer sehingga saya dapat mengirim kembali data informasi tentang Falun Gong kepada mereka melalui Internet. Saya langsung menolak tawaran mereka. Mereka kemudian mengatakan bahwa jika saya menolak untuk bekerja sama, tidak ada kemungkinan lagi bagi saya untuk dapat meninggalkan Tiongkok. Nama saya ada di daftar hitam imigrasi, dan siapa pun yang berada dalam daftar itu dilarang meninggalkan Tiongkok.

Dalam beberapa bulan berikutnya, saya tidak mendengar kabar dari mereka. Saya terus-menerus hidup dalam ketakutan. Saya berpindah dari satu tempat ke tempat lain beberapa kali, namun ketakutan saya mengikuti saya. Saya memutuskan untuk melarikan diri dari Tiongkok.

§8.3 Intimidasi Terhadap Pejabat Asing dan Organisasi Sipil

Konsulat Tiongkok di seluruh dunia secara rutin menghubungi organisasi dan pejabat negara bersangkutan, mulai dari politisi nasional hingga anggota dewan kota, dengan tujuan mencemarkan nama baik Falun Gong dan mengganggu kegiatan praktisi. Strategi konsulat mencakup kampanye disinformasi dan ancaman langsung.

§§8.3.1 Gangguan terhadap Aksi Damai Praktisi

Selain memblokir, mengancam, dan menyerang praktisi Falun Gong yang tengah mengadakan aksi damai untuk meningkatkan kesadaran publik akan penganiayaan di Tiongkok, PKT juga telah menekan pemerintah asing untuk mencabut hak warganya (yang menjadi praktisi) untuk berkumpul dan kebebasan berbicara mereka selama kunjungan pejabat Tiongkok. Beberapa pemerintah telah melanggar hukum mereka sendiri dengan menyetujui tuntutan rezim Tiongkok.

Kasus 1: Islandia Tunduk pada Tekanan PKT dan Melarang Masuk Praktisi

Ketika pemimpin PKT Jiang Zemin mengunjungi Islandia pada Juni 2002, pemerintah Islandia melarang praktisi Falun Gong memasuki negara itu setelah ditekan oleh pejabat Tiongkok. Hal ini memicu reaksi keras dari warga Islandia, yang berunjuk rasa untuk mendukung praktisi Falun Gong.230 “Ini menjadi topik pembicaraan di kota…seluruh negara berada di belakang Falun Gong,” kata Joel Chipkar, praktisi Falun Gong dari Kanada yang berada di Islandia selama beberapa hari. “Semua media, semua stasiun TV, semua stasiun radio, semua surat kabar… telah menjadikannya berita utama.”

Pada 9 Juni 2002, sekelompok besar warga Islandia bergabung dengan praktisi Falun Gong di taman untuk mempelajari latihan Falun Gong dan mengungkapkan keprihatinan mereka atas kejadian memalukan tersebut. “Saya mendukung anda,” kata seorang pria, yang menambahkan, “Jika delegasi Tiongkok mencoba menembak anda, mereka harus menembak saya terlebih dahulu.”

“Kami mengalami gelombang kiriman email dan panggilan telepon dukungan dari orang-orang Islandia,” kata juru bicara Pusat Informasi Falun Dafa Peter Jauhal. “Kami semua tersentuh dan merasakan dorongan dari curahan dukungan itu.”

Sebagian besar surat menyatakan kemarahan atas pelarangan pemerintah Islandia terhadap praktisi Falun Gong selama kunjungan Jiang Zemin. Banyak yang menawarkan untuk mengadakan aksi damai menentang penganiayaan terhadap Falun Gong - menggantikan para praktisi yang telah ditolak masuk.

Kasus 2: Serbia Menolak Masuknya Praktisi Falun Gong Selama KTT Tiongkok

Sebelas praktisi Falun Gong Eropa diusir secara paksa dari Beograd, Serbia, sebelum KTT CEE-Tiongkok (CEE = Eropa Tengah dan Timur) pada 16-17 Desember 2014. Mereka ditahan di luar Kota Beograd selama acara dan dideportasi ke Bulgaria, Slovakia, dan Finlandia setelah KTT usai. Pihak berwenang setempat menolak permohonan izin aksi damai yang diajukan praktisi Serbia tanpa memberikan alasan.231

Kasus 3: Praktisi Ditolak Masuk ke Hong Kong untuk Menghadiri Aksi Damai232

Sekitar 70 praktisi Falun Gong dari Taiwan dideportasi dari Hong Kong pada 26 dan 27 April 2019 dalam perjalanan mereka untuk berpartisipasi dalam “Pawai Peringatan 20 Tahun Permohonan Damai 25 April.” Semua praktisi ini memiliki dokumen perjalanan yang sah untuk memasuki Hong Kong.

Ding (wanita), salah satu praktisi Taiwan yang dideportasi dari Hong Kong, mengenang:

Petugas imigrasi di Hong Kong memiliki ekspresi tegang ketika dia melihat nama saya. Dia meminta saya untuk mengisi formulir dan membawa saya ke sebuah ruangan kecil. Dia mengatakan meskipun saya memiliki visa yang valid, kebijakannya adalah tidak mengizinkan saya memasuki Hong Kong.

Dewan Taiwan Urusan Daratan (MAC) mengeluarkan pernyataan yang mengutuk perlakuan buruk pemerintah Hong Kong terhadap warga negara Taiwan. “Kami memandang kebebasan berbicara dan kebebasan berkeyakinan sebagai hak asasi manusia. Kami berharap pemerintah Hong Kong dapat bereaksi secara rasional dan menghormati hak serta ekspresi damai dari warga Taiwan,” kata Chiu Chui-cheng (pria), Wakil Menteri dan juru bicara MAC. Dia melanjutkan dengan mempertanyakan bagaimana pemerintah Hong Kong memperoleh informasi tentang rencana perjalanan warga Taiwan dan secara selektif memblokir pintu masuk semua praktisi Falun Gong dalam penerbangan itu, menambahkan bahwa langkah selanjutnya adalah menyelidiki pelanggaran privasi warga Taiwan.

§§8.3.2 Intervensi terhadap Acara Komunitas

Ketika praktisi mendaftar untuk berpartisipasi dalam pawai atau acara komunitas lainnya, konsulat Tiongkok sering menghubungi panitia penyelenggara, menuntut agar panitia tidak mengikutsertakan praktisi Falun Gong dan membatalkan kepesertaan Falun Gong dalam kegiatan mereka.

Di San Francisco, praktisi berulang kali dilarang berpartisipasi dalam Parade Tahun Baru Imlek oleh Kamar Dagang Tiongkok atas arahan Rose Pak, seorang teman pribadi Jiang Zemin yang memiliki hubungan dekat dengan Konsulat Tiongkok dan secara aktif mendukung penganiayaan terhadap Falun Gong di Wilayah Teluk San Francisco.233

Di Denmark, undangan kepada praktisi Falun Gong untuk berpartisipasi dalam festival budaya Asia pada tahun 2002 tiba-tiba dibatalkan setelah organisasi Tiongkok lainnya mengancam akan menarik diri dari acara tersebut setelah ditekan oleh pemerintah Tiongkok. Menurut surat kabar Denmark Politiken, “Kedutaan Besar Tiongkok di Kopenhagen tidak senang bahwa [Falun Gong] sejak awal berada dalam festival, meskipun mereka hanya berencana untuk menampilkan tarian [tradisional] Tiongkok.” Penyelenggara festival kemudian memberikan izin kepada praktisi untuk tampil pada hari terakhir dari rangkaian acara tiga hari tersebut.234

Untuk Parade Natal Perth 2018 di Australia, praktisi Falun Gong diberi tahu pada pagi hari pawai bahwa mereka tidak diperkenankan menampilkan spanduk Falun Gong atau memakai T-shirt bertulisan nama itu, juga stasiun TV yang meliput acara tersebut tidak boleh menyebutkan Falun Gong. Tidak ada komunitas lain dalam pawai tersebut, yang diberi batasan semacam itu. Surat kabar nasional The Australian melaporkan bahwa seseorang yang mengaku dari Konsulat Jenderal Tiongkok di Perth telah menelepon panitia pawai sehari sebelumnya dan menekan mereka agar melarang partisipasi dari praktisi Falun Gong.235

Di Skotlandia, Konsulat Tiongkok menulis surat kepada penyelenggara Edinburgh One World Festival pada 2003, menuntut agar festival tersebut membatalkan lokakarya praktisi Falun Gong dalam programnya. Pihak penyelenggara mengabaikan permintaan tidak lazim tersebut dan menegaskan, “Kami bisa mengundang siapa saja yang kami mau!”236

§§8.3.3 Gangguan pada Pertunjukan Shen Yun

Shen Yun Performing Arts adalah perusahaan tari dan musik klasik Tiongkok yang didirikan oleh praktisi Falun Gong. Misinya adalah untuk menghidupkan kembali esensi budaya Tiongkok tradisional melalui seni pertunjukan. Karena beberapa program Shen Yun di atas panggung menggambarkan penganiayaan terhadap Falun Gong di Tiongkok, PKT secara sistematis berusaha untuk menggagalkan pertunjukan tersebut sejak dimulai pada tahun 2006.

Salah satu strategi PKT adalah memerintahkan kedutaan dan konsulatnya di seluruh dunia untuk menekan teater agar tidak menandatangani kontrak dengan Shen Yun atau membatalkan perjanjian yang ada, mengancam manajer teater bahwa hubungan politik dan ekonomi negara mereka dengan Tiongkok akan dirugikan jika mereka tidak mematuhinya.237 Namun, strategi ini hanya mencapai sedikit keberhasilan, karena sangat sedikit teater yang membatalkan kontrak mereka dengan Shen Yun. Misalnya, dua perusahaan Jerman yang bermitra dengan Shen Yun menerima panggilan telepon dari konsulat Tiongkok di Frankfurt, tetapi mereka menolak untuk membatalkan kemitraan. Salah satu perusahaan menanggapi dengan mengatakan, “Kami memiliki kebebasan berbicara di Jerman. Kami dapat memutuskan apa yang ingin kami lakukan.”238

Namun demikian, sejumlah kecil teater telah tunduk pada tekanan PKT. Misalnya, Royal Danish Theater tiba-tiba menarik diri dari kesepakatan yang hampir selesai setelah Kedutaan Besar Tiongkok mengangkat tema Shen Yun dalam pertemuan dengan Kementerian Luar Negeri Denmark pada 2007. Setelah lebih banyak penolakan di tahun-tahun berikutnya, terungkap pada 2018 bahwa Kedutaan Besar Tiongkok telah meminta Royal Danish Theater untuk menolak akses Shen Yun ke panggung nasional.239

Di Korea Selatan, rezim Tiongkok mengancam Korean Broadcasting Service (KBS) dengan kehilangan pendapatan sebesar $8 miliar dari kesepakatan bisnisnya dengan Tiongkok jika mengizinkan Shen Yun tampil di KBS Hall. KBS kemudian membatalkan kontraknya dengan Shen Yun. Pembatalan itu dinyatakan tidak sah oleh Pengadilan Distrik Selatan Seoul, tetapi pengadilan yang sama kemudian mengumumkan pembatalan keputusannya setengah jam sebelum semua kantor administrasi, pengadilan, kedutaan besar, dan teater tutup karena hari libur nasional, sehingga tidak ada waktu untuk mengajukan banding atas keputusan tersebut sampai setelah pertunjukan yang dijadwalkan selesai.240

Selain ancaman, PKT telah mengadopsi taktik yang lebih licik, seperti merusak kendaraan wisata Shen Yun. Dalam satu kasus, memotong ban depan sebuah bus sehingga tidak akan langsung mengempis tetapi akan meledak karena tekanan tinggi di jalan bebas hambatan. Kerusakan ditemukan selama inspeksi dan tidak menimbulkan korban jiwa.241

Pada 2010, tujuh pertunjukan Shen Yun yang tiketnya terjual habis di Hong Kong harus dibatalkan setelah enam staf utama bagian produksi ditolak visanya. Meskipun presenter acara telah mengajukan permohonan visa pada Oktober 2009, penolakan hanya datang seminggu sebelum pertunjukan pembukaan pada 27 Januari. Mengingat keputusan yang amat terlambat, tidak ada waktu bagi presenter untuk menanggapi dengan tindakan hukum.242

Konsulat Tiongkok juga berusaha mengintimidasi penonton untuk mencegah mereka menghadiri pertunjukan. Di beberapa kota di Amerika Utara, ancaman ini difasilitasi oleh asosiasi bisnis dan asosiasi mahasiswa Tiongkok. Beberapa konsulat juga mengatakan kepada mahasiswa Tiongkok bahwa mereka tidak akan diizinkan kembali ke Tiongkok jika mereka ditemukan dalam rekaman foto atau video pertunjukan.243

Terlepas dari niatnya, upaya PKT untuk mencegah politisi dan penonton lainnya menyaksikan Shen Yun malah berfungsi mempromosikan pertunjukan. Menanggapi penerimaan informasi yang memfitnah dari kedutaan besar Tiongkok, seorang anggota legislatif Jerman segera memutuskan untuk pergi menonton pertunjukan, dan presiden beserta wakil presiden Parlemen Eropa bersama-sama mengirim surat ucapan selamat untuk menyampaikan harapan terbaik mereka bagi kesuksesan Shen Yun di Jerman.244

§§8.3.4 Gangguan terhadap Perundang-undangan

Sebuah resolusi yang mengecam penganiayaan terhadap Falun Gong di Tiongkok (SJR-10) disahkan oleh komite peradilan dari Senat Negara Bagian California pada 31 Agustus 2017. Namun, senat tiba-tiba memutuskan untuk merujuk RUU itu kembali ke komite, yang pada dasarnya menghalangi pemungutan suara di senat pada 1 September seperti yang telah direncanakan semula.

Alasan dari keputusan yang mengejutkan tersebut adalah karena para senator telah menerima email dari Konsulat Tiongkok di San Francisco yang menegaskan bahwa resolusi tersebut dapat “merusak persahabatan dan pengembangan hubungan yang berkelanjutan antara California dan Tiongkok.”245

Keputusan tersebut mendorong praktisi Falun Gong untuk mengadakan rapat umum di San Francisco, Sacramento, Los Angeles, dan San Diego. Senator Joel Anderson, penggagas RUU tersebut menyatakan kemarahannya atas perpanjangan penindasan kebebasan berbicara rezim Tiongkok ke senat negara bagian California dan campur tangan kekuatan asing dalam prosedur legislatif negara bagian.

Perlu dicatat bahwa anggota Majelis Randy Voepel, salah satu penandatangan resolusi tersebut, sebelumnya telah menerima surat ancaman dari Konsulat Tiongkok di Los Angeles ketika ia menjadi wali kota Santee, California. Surat itu memfitnah Falun Gong dan mencantumkan sejumlah tuntutan: “Dari perspektif hubungan Tiongkok dan AS, dan demi kepentingan warga kota, kami berharap pemerintah kota akan mempertimbangkan permintaan kami secara saksama dan tidak memberikan [organisasi] Falun Gong penghargaan atau dukungan, termasuk memberikan nama pada hari atau minggu tertentu bagi Falun Gong, Falun Dafa, atau penciptanya. Kami juga meminta agar pemerintah kota tidak mengizinkan Falun Gong mendaftarkan…” dan seterusnya.246

Di Minnesota, tak lama setelah dua RUU (SF2090, HF2166) yang mengecam pengambilan organ paksa dari praktisi Falun Gong oleh rezim Tiongkok diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat pada tahun 2015, Konsulat Tiongkok di Chicago menekan para anggota legislatif negara bagian, mencoba untuk memblokir RUU tersebut sebelum mereka melewati subkomite. Konsulat Tiongkok mengirim surat yang memfitnah Falun Gong kepada para anggota legislatif, dan wakil konsul jenderal bertemu dengan senator negara bagian Dan D. Hall, yang menulis SF2090. Senator Hall kemudian membuat postingan di situsnya tentang pertemuan tersebut dan menegaskan kembali pentingnya kebebasan beragama dan kebebasan berbicara.247

§§8.3.5 Kampanye Email Penipuan yang Bertujuan Mendiskreditkan Praktisi Falun Gong

Rezim Tiongkok telah melakukan beberapa kampanye email penipuan dalam upayanya untuk mencemarkan nama baik Falun Gong di mata pejabat asing. Email-email ini dikirim atas nama praktisi Falun Gong di luar negeri, tetapi diisi dengan bahasa yang vulgar, mengancam dan menghina dan biasanya dapat ditelusuri berasal dari Tiongkok.

Mendekati Hari Falun Dafa Sedunia, pada 13 Mei 2015, beberapa anggota Parlemen Kanada mulai menerima email dari dua sumber berbeda. Seorang pengirim bernama “Andrew Tang” menyebut penerimanya “tolol” karena tidak menghadiri perayaan Hari Falun Dafa dan kehilangan “kesempatan terakhir anda untuk diselamatkan.” Pengirim lain memberi tahu penerima, “Yang menunggu anda adalah “PEMUSNAHAN TOTAL!” Wakil ketua Partai Hijau, Bruce Hyer mengatakan kepada praktisi, “Tidak masuk akal bagi saya, dan saya segera berasumsi bahwa kemungkinan besar email-email itu datang dari tempat lain.”248

Email serupa telah diterima oleh pejabat di AS, Prancis, Norwegia, Australia, dan Selandia Baru. Setelah gempa Christchurch pada 2011, agen PKT mengirim email ke anggota dewan kota Auckland, menyamar sebagai praktisi Falun Gong dan mengklaim bahwa gempa tersebut terjadi karena orang-orang di sana tidak percaya pada Falun Gong. Anggota Dewan Dr. Cathy Casey mengatakan ia yakin email tersebut berasal dari rezim Tiongkok karena semua anggota dewan Auckland sebelumnya telah menerima email resmi dari Konsul Jenderal Tiongkok yang mencemarkan nama baik Falun Gong dan mendesak orang-orang agar tidak menghadiri pertunjukan Shen Yun yang dijadwalkan di Auckland pada Februari itu.249

§§8.3.6 Membeli Pengaruh Politik dengan Kemewahan dan Pemerasan

Rezim Tiongkok secara rutin mengundang politisi asing, profesor, profesional, dan tokoh berpengaruh lainnya untuk mengunjungi Tiongkok, di mana mereka diberikan perlakuan mewah sebagai imbalan agar mendukung posisi PKT dan memuji rezim setelah mereka kembali. Banyak yang telah menikmati manfaat ini kemudian menutup mata terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh PKT atau secara aktif membantu rezim menutupi kejahatan kemanusiaannya.

Kasus 1: Wali Kota Vancouver Membongkar Lokasi Aksi Damai Falun Gong Setelah Kembali dari Tiongkok

Praktisi di Vancouver, Kanada memulai aksi damai sepanjang waktu di depan Konsulat Tiongkok pada Agustus 2001, yang telah membantu banyak warga setempat mengetahui fakta penganiayaan Falun Gong di Tiongkok. Konsul Jenderal Yang Qiang meminta wali kota Li Jianbao untuk membongkar lokasi aksi damai praktisi, tetapi Li menolak, dengan alasan nilai-nilai Kanada tentang kebebasan berbicara dan kebebasan berkeyakinan. Yang kemudian mengakui secara terbuka bahwa ia telah meminta Kota Vancouver berkali-kali untuk menghentikan aksi damai praktisi Falun Gong tetapi tidak berhasil.

Setelah Sam Sullivan terpilih sebagai wali kota Vancouver di tahun 2005 dan melakukan kunjungan ke Tiongkok, ia mengajukan penetapan dari Mahkamah Agung British Columbia pada 2006 untuk membongkar papan protes praktisi Falun Gong dan gubuk biru kecil yang telah berdiri di depan konsulat selama lebih dari lima tahun. Keputusan itu diberikan pada 2009, tetapi praktisi kemudian memenangkan kasus banding di Pengadilan Tinggi British Columbia pada tahun berikutnya.

Sullivan awalnya membantah memiliki kontak dengan Konsulat Tiongkok sebelum ia membuat keputusan untuk membongkar lokasi aksi damai. Ketika ditanya lagi kemudian, ia mengatakan bahwa ia diundang makan malam oleh Yang Qiang yang diadakan di kediaman mantan konsul jenderal, di mana Sullivan memberi tahu Yang bahwa ia telah mengajukan permohonan ke Mahkamah Agung B.C. dan akan ada keputusan.

Surat kabar yang dikendalikan PKT menerbitkan beberapa artikel yang memuji Sullivan. The Vancouver Sun menerbitkan sebuah wawancara dengan Sullivan di mana ia berkata, “Selama kunjungan saya di Tiongkok, mereka menyambut saya dengan karpet merah dan memperlakukan saya seperti seorang kaisar. Sayang sekali Vancouver tidak memiliki anggaran yang besar sehingga saya bisa membalasnya kembali.”250

Kasus 2: Mantan Anggota Parlemen Kanada Mengingat Perjalanannya ke Tiongkok

Mantan anggota parlemen Kanada Rob Anders mengingat bagaimana rezim Tiongkok secara sistematis mencoba memenangkan dukungannya dan politisi Kanada lainnya: “Umpan pertama yang mereka berikan adalah kesepakatan bisnis. Jika anda tidak menerimanya, mereka akan pindah ke taktik kedua: gadis-gadis muda yang cantik. Jika anda masih tidak jatuh ke dalam perangkap, mereka akan mencoba alkohol atau hal-hal lain.”

Ia mencatat bahwa PKT memperlakukan staf pejabat asing dan anggota keluarga dengan cara yang sama: “Saya tahu ketika staf menteri pergi ke Tiongkok, tanpa kecuali, seorang gadis akan datang dan bertanya apakah mereka ingin bersenang-senang, pergi makan malam bersama, atau pergi karaoke. Jadi, mereka akan minum dan bersenang-senang. Dan kemudian itu seperti reaksi berantai ... Mereka akan menunjukkan kepada anda rekaman video anda di Tiongkok. [Mereka akan berkata], 'Anda tahu, kita berteman, bukan? Kami tidak ingin video semacam ini memengaruhi karier anda, jadi kami akan mengembalikan video tersebut kepada anda, tetapi kami tidak dapat menjamin bahwa tidak ada copy-nya. Anda mengerti kita adalah teman, jadi sekarang kami telah memberi anda begitu banyak bantuan, mohon tunjukkan  apresiasi anda?'”

Anders menggambarkan kasus lain di mana ia pergi ke Tiongkok dengan anggota parlemen lain, yang membawa serta putranya yang berusia empat belas tahun. Lima menit setelah mereka pindah ke hotel, seorang gadis Tionghoa mengetuk pintu kamar putranya, melontarkan komentar yang menyanjung, dan mengundangnya makan, bernyanyi karaoke, dan menari. Putranya pergi bersama gadis itu dan tidak bisa ditemukan selama seminggu penuh selama mereka berada di sana.251

Contoh Membeli Pengaruh Lainnya Melalui Kenikmatan dan Pemerasan

Wali kota Ottawa Larry O'Brien biasanya setiap tahun mengeluarkan proklamasi untuk Hari Falun Dafa Sedunia. Namun, setelah melakukan perjalanan bisnis ke Tiongkok, ia menolak melakukannya pada Mei 2010, menjelaskan bahwa ia telah “membuat komitmen” di Tiongkok.252

Mantan diplomat Tiongkok Chen Yonglin menggambarkan kasus anggota Parlemen Australia yang berhubungan seks dengan seorang gadis di bawah umur (16 tahun) di Tiongkok. Ia ditahan, direkam dan dibebaskan tanpa publisitas apa pun. Kemudian, ia berbicara di TV mendukung pemerintah Tiongkok. Chen menjelaskan, “Ketika delegasi penting pergi ke Tiongkok, mereka berada di bawah pengawasan ketat, dan jika perlu, PKT akan memasang beberapa jebakan. Tak peduli delegasinya dari Australia atau Kanada.”253

§8.4 Penyensoran Media Internasional

PKT juga telah menggunakan kedutaan dan konsulat Tiongkok untuk menyensor media berbahasa Mandarin di luar negeri. Misalnya, konsul jenderal Tiongkok di Melbourne, Australia, menginstruksikan pimpinan surat kabar berbahasa Mandarin setempat untuk tidak menerbitkan artikel apa pun yang terkait dengan Falun Gong sebelum mengirimkannya melalui faks ke Konsulat Tiongkok untuk mendapatkan persetujuan. Akibatnya, sejak saat itu surat kabar berbahasa Mandarin di Melbourne telah menolak untuk menerbitkan artikel Falun Gong, beberapa media mengatakan kepada praktisi bahwa mereka mendapat tekanan yang terlalu besar.

Pada 2008, Reporters Without Borders di Paris menerbitkan file audio yang menunjukkan bahwa EutelSat, operator satelit Prancis, berhenti menyiarkan program NTDTV ke Tiongkok, stasiun televisi independen yang didirikan oleh praktisi Falun Gong, karena PKT memberikan tekanan pada EutelSat. Sun Yuxi, duta besar Tiongkok untuk Italia, mengatakan dalam sebuah wawancara telepon, “Saya telah menghubungi presiden dan wakil presiden EutelSat. Saya bertanya kepada mereka mengapa mereka membantu Falun Gong untuk menyiarkan siaran ke Tiongkok. Mereka menjelaskan kepada saya bahwa mereka tidak bermaksud demikian, dan mereka telah ditipu oleh pihak lain, bla bla bla. Bagaimanapun, itu adalah penjelasan mereka.”

EutelSat memberi tahu Sun tepat setelah mereka menghentikan siaran. Sun menambahkan, “Mereka juga berjanji kepada kami bahwa mereka tidak akan terlibat dalam bisnis Falun Gong… Saya memuji mereka karena menghentikan siaran. Saya juga mengatakan kepada mereka untuk tidak terlibat lagi. Saya mengatakan kepada mereka bahwa mereka perlu berkolaborasi dengan kami dan mempromosikan citra positif Tiongkok. Mereka terus meminta maaf dan berjanji hal itu tidak akan terjadi lagi.”

Ketika ditanya apa yang akan EutelSat dapatkan sebagai imbalan, Sun menjelaskan, “Mereka ingin berkolaborasi dengan Chinese Central TV. Selain itu, EutelSat memiliki satelit komunikasi dan meteorologi, sehingga mereka ingin berkolaborasi dengan industri kedirgantaraan Tiongkok. Mereka ingin menyewa peralatan kami untuk meluncurkan satelit mereka.”254

Namun, tidak semua perusahaan media mematuhi tuntutan PKT. Pada awal Maret 2001, konsul jenderal Tiongkok di San Francisco menulis kepada World Journal, memberi tahu publikasi tersebut untuk berhenti mencetak iklan Falun Gong, menambahkan bahwa menjalankan iklan semacam itu akan merusak reputasi Jurnal. Seorang eksekutif surat kabar mengatakan bahwa Falun Gong bebas untuk memiliki pandangannya sendiri.

(Bersambung)

https://www.tiantibooks.org/collections/minghui-publications-featured/products/minghui-report-the-20-year-persecution-of-falun-gong-in-china-print?variant=40824205508713