Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Apakah Saya Orang yang Selalu Benar?

7 Nov. 2024 |   Oleh praktisi Falun Dafa di Tiongkok

(Minghui.org)  Saya baru-baru ini merasa kesal ketika rekan praktisi tidak membalas pesan yang saya kirimkan kepada mereka.

Saya pikir itu tidak benar karena berbagai alasan. Suara hati kecil saya berkata bahwa mereka bersikap tidak sopan dan kasar dengan mengabaikan pertanyaan saya, bahkan jika mereka tidak tahu jawabannya atau setuju dengan saya, mereka tetap dapat menjawab dan mengatakannya. Kita semua adalah praktisi lama dan seharusnya dapat berbicara satu sama lain, bahkan jika kita tidak setuju. 

Sebagai seorang kultivator, saya tahu bahwa saya harus mencari ke dalam diri saya sendiri terlebih dahulu, tetapi saya begitu gelisah sehingga saya tidak dapat menenangkan pikiran saya. Dan bahkan setelah mencari ke dalam diri saya selama beberapa hari, saya tidak menemukan keterikatan apa pun. Sebaliknya, semakin saya memikirkannya, semakin saya merasa kesal. 

Guru memberi tahu kita:

“Selalu berpikir secara demikian, pikiran pertama adalah berpikir pada diri sendiri, berpikir pada masalah yang terjadi, barang siapa yang tidak mematut diri secara demikian maka dia bukanlah seorang praktisi Xiulian Dafa yang sejati. Ini adalah pusaka di dalam Xiulian, ini adalah sebuah karakteristik dari Xiulian kita pengikut Dafa. Hal apapun yang dijumpai, pikiran pertama adalah terlebih dahulu berpikir pada diri sendiri, inilah yang disebut “mencari ke dalam”.” (“Apa yang Disebut Sebagai Pengikut Dafa,” Ceramah Fa di Berbagai Tempat - 11)

Apakah saya pertama kali berpikir untuk mencari ke dalam diri sendiri? Jika saya tidak mencari ke dalam diri sendiri, saya bukanlah pengikut Dafa. Ini adalah masalah yang sangat serius. Jika ini terus berlanjut, akan tercipta jurang pemisah antara sesama praktisi. Kekuatan lama akan senang, tetapi apakah Guru akan senang?

Baru pada saat itulah saya menyadari bahwa sifat iri hati yang membuat saya tidak toleran ketika saya pikir orang lain tidak menghormati saya dan saya merasa dendam. Saya juga menemukan bahwa saya sangat egois, tidak pemaaf, dan agresif. Ketika saya berbicara, saya penuh dengan argumen yang masuk akal di permukaan, membuat rekan praktisi terdiam. Saya membuat mereka sulit untuk menanggapi saya, dan kemudian saya menyalahkan mereka karena tidak membalas pesan saya. Dengan menggali lebih dalam, saya juga menemukan ketidakmampuan saya untuk melepaskan ego saya dan keinginan untuk pamer atau memberi tahu orang lain apa yang harus dilakukan. Ketika saya menemukan keterikatan ini, saya tidak lagi berpikir bahwa rekan praktisi saya melakukan kesalahan.

Guru membantu saya menyingkirkan sifat iri hati, mentalitas pamer, dan keterikatan lainnya. Hati saya tersentuh dan air mata mengalir di mata saya. Di mana di dunia ini ada metode kultivasi yang mengarah langsung ke hati manusia dan meningkatkannya dengan begitu cepat? Guru, betapa beruntungnya saya menjadi murid Guru!