(Minghui.org) Saya mulai berkultivasi Falun Dafa empat tahun lalu. Melalui Dafa (Hukum Agung), saya belajar bagaimana menjadi manusia sejati dan orang baik. Guru Li (pencipta Falun Dafa) dan ajarannya membantu saya merasakan belas kasih dan kebahagiaan sejati, dan dengan demikian saya memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang kata-kata seperti belas kasih dan rasa syukur.
Setelah berkultivasi Dafa, jiwa dan raga saya mengalami perubahan yang signifikan. Migrain, takikardia, dan penyakit lainnya sembuh tanpa pengobatan apa pun. Saya penuh energi setiap hari, dan tubuh saya terasa ringan. Saya memahami makna kehidupan, hubungan karma antara satu sama lain, dan hukum langit bahwa kebaikan akan mendapat pahala, dan kejahatan akan mendapat hukuman.
Dengan mengukur diri saya dengan prinsip Sejati, Baik, dan Sabar, saya menyadari bahwa sebelumnya saya sangat egois, angkuh, dan sombong. Saya sering menggunakan pikiran saya yang menyimpang untuk menghakimi orang lain. Saya penuh dengan keluhan dan hanya peduli akan perolehan untuk diri sendiri, bukan untuk memberi. Itulah sikap saya ketika berhadapan dengan orang lain. Oleh karena itu, hubungan keluarga saya kacau balau. Saat itu, saya tidak pernah merasakan cinta atau kebahagiaan. Setelah berkultivasi Dafa, Guru memberi saya berbagai petunjuk yang meluluhkan hati saya yang dingin dan tidak peka.
Melalui kultivasi, tingkat spiritual dan standar moral saya telah meningkat. Guru Li membersihkan saya dari dalam dan luar serta mengubah saya dari seseorang yang dipenuhi karma dan keegoisan, menjadi orang yang sehat dan bahagia yang selalu mengutamakan orang lain.
Saya juga telah melalui kesengsaraan dan ujian, beberapa di antaranya sangat berat, tetapi dengan perlindungan Guru, semuanya berubah menjadi kesempatan bagi saya untuk meningkatkan Xinxing (watak, kualitas moral) dan meningkatkan kekuatan pikiran saya.
Pemahaman saya tentang cinta dulunya sempit dan bias. Teman-teman saya menerima persetujuan dan pujian dari ayah mereka, yang membantu mereka memperoleh keberanian untuk mengatasi kesulitan dalam hidup mereka. Namun, saya ingat ayah saya membesarkan saya sambil berteriak dan memarahi, saya tumbuh di tengah celaannya. Menghadapi omelan dan kritikannya, saya merasakan pemberontakan dalam diri saya dan sering membantah, dengan keras menentang perasaan negatifnya.
Suatu hari, ayah saya memberi tahu saya bahwa temannya menjual sepatu seharga sekitar 300 yuan, yang dapat menyembuhkan tekanan darah tinggi, dan ia berencana untuk membeli sepasang. Saya katakan kepadanya bahwa sepatu itu mungkin palsu. Namun, komentar saya membuatnya marah, dan wajahnya memerah dari leher ke atas. Ia berteriak, “Apa yang kau tahu? Kau tidak ingin saya sembuh. Kau hanya ingin saya mati!”
Merasa sangat dirugikan, saya hampir kehilangan kesabaran, tetapi saya segera ingat bahwa saya sedang berkultivasi Dafa, jadi saya menahan amarah dan tidak berkata apa-apa. Setelah beberapa saat, saya duduk bersama ayah dan berkata, “Saya minta maaf atas apa yang saya katakan. Saya membuat komentar acak tentang sepatu teman Ayah tanpa mengetahui apa pun tentangnya. Sekarang ini, ada banyak produk palsu, jadi saya takut Ayah akan ditipu. Jika Ayah benar-benar menyukai sepatu itu, bahkan jika itu tidak dapat menyembuhkan tekanan darah tinggi, saya akan membelikannya untuk Ayah.” Dia senang mendengarnya.
Saya terkejut betapa tenangnya saya, dan bahwa saya tidak terusik oleh emosinya, juga tidak berdebat dengannya.
Dari sudut pandang kultivasi Dafa, saya menyadari bahwa amarahnya membantu saya menghapus karma saya. Meskipun dia salah memahami niat saya, saya mampu melihat dari sudut pandangnya dan memaafkannya. Sejak saat itu, saya sering membawakannya makanan kesukaannya saat saya mengunjunginya. Saya juga lebih peduli dengan kehidupan dan kesehatannya, dan percakapan kami selalu ceria.
Suami saya, yang tidak senang dengan saya dalam banyak hal untuk waktu yang lama, memiliki hubungan di luar nikah ketika kami hidup terpisah. Ketika saya pertama kali mengetahui perselingkuhannya, saya teringat ajaran Guru dan tetap tenang. Dia akhirnya memutuskan kontak dengan orang itu dan kembali ke rumah.
Selama masa itu, saya merasa diperlakukan tidak adil dan sewenang-wenang. Saya merasa kesal dan bahkan ingin membalas dendam. Namun, ketika pikiran-pikiran buruk itu muncul, saya tahu bahwa pikiran-pikiran itu berasal dari sisi jahat saya, dan saya mampu mengendalikannya. Pikiran saya akhirnya kembali tenang.
Karena otak saya dipenuhi dengan konsep modern yang cacat dan budaya Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang jahat, saya menjadi kompetitif dan penuh keluhan. Saya mencari ke dalam diri saya untuk mencari kesalahan yang telah saya lakukan. Apakah saya telah menolak standar moral modern dan kehilangan pandangan tradisional tentang wanita? Apakah saya telah bersikap tidak hormat kepada suami saya? Apakah saya tidak bersikap lembut, berbudi luhur, dan penuh perhatian sebagai seorang istri?
Sebelum kami menikah, suami saya dan saya berteman baik, dan kami bisa membicarakan apa saja. Dalam masyarakat yang korup ini, bukan sepenuhnya salahnya jika ia memiliki hubungan di luar nikah. Saya benar-benar bisa merasakan kesulitannya, tidak mudah baginya untuk tinggal jauh dari rumah sendirian. Saya tidak membantu suami saya, yang memiliki hubungan karma yang kuat dengan saya, untuk sepenuhnya memahami kebenaran dan mampu membedakan antara yang baik dan yang jahat. Ketika saya akhirnya menyadari bahwa saya ikut bertanggung jawab atas kesalahannya, air mata mengalir di pipi saya, mengetahui bahwa saya telah menanam benih itu, dan bahwa saya sekarang merasakan kepahitannya.
Sejak saat itu, saya mulai benar-benar peduli padanya dan lebih pengertian. Dia bisa merasakan bahwa saya telah berubah dari orang yang tidak masuk akal, lelah secara mental, dan penuh dengan pikiran negatif, menjadi seseorang yang mampu menghadapi berbagai hal dengan tenang dan memperlakukannya dengan tulus dan hormat.
Saya merasa malu karena butuh waktu selama itu untuk akhirnya memahami hakikat belas kasih dan syukur, karena pikiran saya telah terdistorsi oleh konsep cacat PKT tentang kesombongan, pertikaian, kebencian, berlebihan, mendominasi, dan kurangnya kebaikan hati terhadap orang lain.
Meskipun hidup dapat menciptakan berbagai lapisan kesulitan, dan sering kali menghadirkan cobaan yang dapat melelahkan atau membuat kita merasa putus asa, kita tidak boleh menyalahkan orang lain atau mengeluh tentang apa pun. Sebaliknya, kita harus mencari ke dalam diri kita sendiri. Kita akan pergi ke sisi yang berlawanan jika kita menggunakan konsep yang cacat atau keterikatan kita untuk menentang apa pun yang terjadi dalam hidup. Hanya dengan membalas kejahatan dengan kebaikan dan bersyukur atas kehidupan, kita dapat lebih menghargai makna kehidupan. Saya harus selalu mengikuti ajaran Guru untuk membimbing saya agar benar-benar mencintai keluarga dan rekan praktisi saya.
Saya merasa malu karena terlambat menyadari, tetapi sekarang saya dipenuhi dengan kebahagiaan yang luar biasa, dan bersyukur atas kehormatan menjadi pengikut Dafa. Kembali ke jati diri saya yang sejati adalah keinginan saya yang terdalam, dan saya yakin setiap orang yang telah datang ke dunia ini merasakan hal yang sama.
Saya berterima kasih kepada Guru kita yang agung dan baik hati karena telah memberikan Falun Dafa kepada umat manusia. Saya berterima kasih atas penyelamatan Guru yang penuh belas kasih. Saya akan menggunakan kebijaksanaan yang diperoleh melalui kultivasi Dafa untuk membantu orang lain, menunjukkan kebahagiaan dan kualitas terbaik saya untuk menginspirasi semua orang di sekitar saya, dan mewujudkan kekuatan luar biasa Dafa dan keagungan Guru kita.