Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Wanita Jilin Menjalani Hukuman Kamp Kerja Paksa Satu Tahun pada Tahun 2000-2001 Karena Berlatih Falun Gong

29 Juni 2024 |   Oleh koresponden Minghui di Provinsi Jilin, Tiongkok

(Minghui.org) Zhang Lichun (wanita), dari Kota Yushu, Provinsi Jilin, berlatih Falun Gong pada bulan Mei 1999 atas rekomendasi seorang kerabat. Suaminya dan anggota keluarga lainnya kagum karena disiplin spiritual kuno ini telah mengubah wanita pemarah ini dengan cepat menjadi orang yang tenang dan penuh perhatian.

Hanya dua bulan setelah Zhang mulai berlatih Falun Gong, rezim komunis Tiongkok memerintahkan kampanye berskala nasional dan menyebar siaran dengan propaganda kebencian yang memfitnah Falun Gong sepanjang waktu.

Untuk membela Falun Gong, Zhang pergi ke Beijing pada musim panas tahun 2000 dan membentangkan spanduk di Lapangan Tiananmen. Segera setelah meneriakkan “Falun Dafa Baik,” sekelompok petugas mengepungnya, memukuli dan menendangnya. Ia terus berteriak. Dua petugas memegang lengannya sementara satu petugas lainnya meninju wajahnya. Mulutnya langsung membengkak. Polisi menyeretnya ke dalam mobil polisi dan membawanya ke Kantor Polisi Lapangan Tiananmen. Mereka memerintahkannya untuk berlutut dan bertanya dari mana asalnya. Ia menolak untuk mematuhi atau menjawab pertanyaan.

Zhang kemudian dibawa ke fasilitas penahanan yang tidak diketahui, dimana banyak praktisi Falun Gong lainnya ditahan. Ia dan tiga praktisi lainnya, termasuk dua wanita dan seorang pria, dipindahkan ke Pusat Penahanan Distrik Dongcheng malam itu.

Para penjaga menginterogasi Zhang setiap hari. Seorang penjaga menyalahkan Zhang karena menelantarkan keluarga dan anaknya. Mereka mengatakan begitu ia mengungkapkan namanya, mereka akan melepaskannya. Zhang berargumen karena pihak berwenang menahannya di sana, ia tidak bisa kembali ke rumah untuk merawat keluarganya. “Meskipun jika memberitahu dari mana saya datang, maukah anda membuka pintu dan melepaskan saya?” Mereka berkata, “Kami sama sekali tidak bisa melakukan hal itu.” “Kalau begitu berhentilah menanyai saya,” kata Zhang.

Selama penahanan, Zhang menyaksikan penganiayaan terhadap banyak praktisi lainnya. Ia ingat seorang praktisi dari Provinsi Hunan ditahan di ruangan gelap dan disetrum dengan tongkat listrik sepanjang malam. Praktisi itu tidak dapat menahan rasa sakit dan membenturkan kepalanya ke dinding. Baru pada saat itulah para penjaga berhenti.

Praktisi lain bernama Chen Jianli (jenis kelamin tidak diketahui) ditangkap pada malam Tahun Baru Imlek 2000 dan ditahan di sana selama lebih dari enam bulan.

Zhang Xiaojie dari Beijing juga ditahan di sana. Karena mencoba menghentikan penjaga untuk memukuli praktisi lain, penjaga Cheng Mei membawanya ke ruang interogasi dan memasukkan jarum listrik ke tubuhnya, menggunakan tegangan tertinggi untuk menyetrumnya. Setelah sesi penyiksaan, ia tidak bisa mengangkat kakinya atau berjalan sendiri. Bahkan ketika dijatuhi hukuman kamp kerja paksa sebulan kemudian, gaya berjalannya masih tidak stabil. Penjaga Cheng berpura-pura merawatnya dan bertanya mengapa ia belum pulih.

Setelah tiga bulan ditahan, Zhang Lichun mengungkapkan nama dan alamatnya kepada penjaga. Keesokan paginya, ia dan seorang praktisi pria dari Kota Dehui, juga di Provinsi Jilin, dikirim ke Kantor Penghubung Provinsi Jilin di Beijing. Mereka hanya diberi makan paling banyak dua kali setiap hari. Praktisi pria tersebut dijemput oleh polisi setempat tiga hari kemudian. Seorang praktisi wanita dikirim ke tempat Zhang ditahan dan kulit tubuhnya telah melepuh akibat sengatan listrik.

Sepuluh hari kemudian Zhang dijemput oleh petugas Zhou Xianguo dan dua agen Divisi Keamanan Domestik. Polisi memborgolnya. Setelah naik kereta semalaman, mereka tiba di Yushu dan membawa Zhang ke pusat penahanan setempat.

Beberapa hari kemudian, polisi membawa suami Zhang, putrinya yang berusia sembilan tahun, ibu dan ibu mertuanya yang berusia 70-an tahun ke pusat penahanan untuk menemuinya. Putrinya menatapnya dengan air mata berlinang. Suaminya juga mencoba membujuknya untuk melepaskan Falun Gong. Ia tetap teguh pada keyakinannya dan menolak menyerah pada tirani rezim komunis. Dua minggu kemudian, ia dipindahkan ke Kamp Kerja Paksa Heizuizi untuk menjalani hukuman satu tahun.

Penjaga Sun Jia dan Jin Lihua memerintahkan Zhang untuk melepaskan Falun Gong dan mereka memukulinya sebagai upaya untuk membuatnya menyerah. Suatu hari setelah sesi pemukulan, mereka mengancam akan menyetrumnya dengan tongkat listrik. Beberapa hari kemudian, penjaga mengatur sekelompok mantan praktisi untuk menangani Zhang. Dari jam 6 pagi sampai jam 10 malam, mereka membaca buku-buku yang memfitnah Falun Gong kepadanya, tanpa henti. Bahkan narapidana biasa di sel menjadi kesal dan mereka bertepuk tangan ketika Zhang mengambil buku-buku itu dan merobeknya. Karena Zhang masih menolak melepaskan Falun Gong setelah lebih dari 20 hari pencucian otak, penjaga mengancam akan memperpanjang masa hukumannya.

Selain pencucian otak, penjaga juga mengatur dua narapidana untuk mengawasi Zhang sepanjang waktu. Mereka mengikutinya kemanapun ia pergi, termasuk saat menggunakan kamar kecil, makan atau tidur. Ia tidak diperbolehkan berbicara dengan siapa pun atau memandang orang-orang.

Merasa tertekan dan merindukan putrinya, Zhang mulai menderita sakit gigi yang parah, yang menyebabkan ia kesulitan luar biasa ketika mencoba makan. Lebih buruk lagi, penjaga hanya memberinya waktu beberapa menit untuk makan dan ia tidak pernah bisa menghabiskan makanan tepat waktu.

Para penjaga kemudian memaksa Zhang melakukan pekerjaan kasar tanpa bayaran, dari jam 6 pagi sampai jam 10 malam tanpa istirahat.

Penganiayaan Zhang membuat keluarganya sangat menderita. Ibu mertuanya menangis setiap hari. Suaminya juga menjadi tidak bersemangat.

Pada hari jadwal pembebasan Zhang, keluarganya tiba di kamp kerja paksa pagi-pagi sekali untuk menjemputnya. Namun kamp kerja paksa menolak untuk segera melepaskannya dan bersikeras agar ia dijemput oleh agen Kantor 610 setempat. Suami dan ayah mertua Zhang memohon kepada polisi dan kamp kerja paksa dan akhirnya membebaskannya pada sore hari.

Zhang kembali bekerja beberapa hari kemudian. Namun polisi dan anggota staf komite perumahan terus datang kembali untuk mengganggunya, yang selalu membuat takut keluarganya, terutama ibu mertuanya yang tinggal bersama mereka.

Bahkan setelah dibebaskan, sakit gigi Zhang masih terus berlanjut dan menyebabkan sangat kesakitan ketika memakan. Selama tujuh tahun berikutnya, ia harus mencabut giginya satu per satu. Pada tahun 2011, ketika usianya masih relatif muda, giginya sudah tidak tersisa lagi.