Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Pemahaman Saya Setelah Membaca Artikel Guru “Tersadar Kaget”

13 Agu 2024 |   Oleh praktisi Falun Dafa di Tiongkok

(Minghui.org) Pertama kali saya membaca artikel Guru yang baru-baru ini diterbitkan, “Tersadar Kaget,” saya merasa Guru menekankan “belas kasih” dan “rasa sayang.” Setelah saya membacanya beberapa kali lagi, saya sangat tersentuh dan terkejut. Saya merasa Guru sedang memperingatkan saya secara pribadi.

Saya telah berlatih Falun Dafa selama hampir 30 tahun, tetapi apakah saya mampu memperlakukan siapa pun dengan belas kasih, dan memiliki rasa sayang terhadap semua orang? Ketika saya merenungkan diri, saya merasa malu.

Beberapa hari yang lalu, saya pergi ke rumah seorang rekan praktisi untuk memberinya artikel baru Guru. Namun, keluarganya, yang tidak berlatih Dafa, menolak untuk mengizinkan saya masuk. Saya meminta dengan baik kepada mereka, tetapi mereka tetap tidak mengizinkan saya bertemu dengan praktisi tersebut. Saya pergi dengan perasaan marah. Saya memberikan salinan artikel tersebut kepada praktisi lain dan mengeluhkan kejadian tersebut.

Dalam perjalanan pulang, saya masih marah, tetapi tiba-tiba saya menyadari bahwa saya salah dan bertanya-tanya mengapa saya menjadi begitu marah. Apakah ini cara seorang praktisi Falun Dafa seharusnya bersikap? Mengapa saya marah kepada keluarga praktisi tersebut? Mereka hanyalah orang biasa. Jika saya marah kepada mereka, itu berarti saya juga menjadi orang biasa. Dengan perubahan pikiran ini, kemarahan saya hilang dan saya merasa lega.

Kejadian itu masih muncul di pikiran dari waktu ke waktu, membuat saya merasa tidak enak. Saya tahu saya perlu menggali lebih dalam dan mencari kedalam dengan serius.

Mengenali Ego

Guru memberi tahu kita dalam "Tersadar Kaget" untuk "mewujudkan belas kasih dan rasa sayang terhadap siapa pun". Saya menyadari bahwa saya jauh tertinggal dari persyaratan Guru, dan saya masih memiliki begitu banyak keterikatan egois yang belum saya lepaskan. Guru selalu mengajarkan kita untuk mendasarkan apa yang kita katakan dan lakukan demi kebaikan orang lain, tetapi saya sering melakukan sesuatu atas dasar "saya".

Misalnya, ketika anggota keluarga praktisi menolak mengizinkan saya masuk ke rumah mereka, saya merasa marah karena mereka membuat perjalanan saya sia-sia dan membuang-buang waktu saya. Saya juga kecewa karena tidak dapat memberikan salinan artikel Guru yang baru kepada praktisi tersebut. Saya terus berpikir tentang bagaimana hal ini mempengaruhi "saya." Ego saya terluka dan saya merasa tidak senang.

Bukan hal yang sepele jika saya menjadi begitu marah, karena hal itu menyingkapkan banyak keterikatan manusiawi saya, seperti iri hati, kebencian, mentalitas bersaing, kesombongan, keengganan menanggung masalah dan kesulitan.

Semua ini didasarkan pada ego saya yang egois. Tidak heran saya merasa begitu gelisah. Guru memberi saya petunjuk, dan saya harus mencari ke dalam. Tiba-tiba saya merasa berpikiran jernih. Terima kasih Guru!

Saya menyadari bahwa "ego" saya adalah biang keladinya dan saya harus menyingkirkannya. Saya gagal mengikuti ajaran Guru bahwa kita harus "mewujudkan belas kasih dan rasa sayang terhadap siapa pun." Saya bersikap selektif berdasarkan "ego" saya. Saya bisa bersikap baik dan mewujudkan rasa sayang hanya jika "ego" saya utuh. "Ego" saya seperti tembok, menghalangi saya untuk bersikap belas kasih dan menjadi orang baik. Saya bertindak sepenuhnya seperti orang biasa. Dengan kesadaran ini, saya terkejut dan sadar dari kebingungan. Saya merasa sangat bersyukur sekali lagi kepada Guru karena telah menyadarkan saya dari kejadian ini!

Saya juga menyadari keterikatan lain yang saya miliki—saya tidak suka dikritik. Begitu seseorang tidak setuju dengan saya, saya menyela mereka dan menjelaskan diri saya. Bahkan jika saya diam saja, saya merasa tidak nyaman di dalam hati. Keterikatan yang relevan juga mencakup pamer, menyelamatkan muka, dan keras kepala.

"Ego" didasarkan pada keegoisan, karakter alam semesta lama. Kita adalah praktisi Dafa, dan Guru ingin kita mencapai standar dewa melalui kultivasi. Hanya dengan mengubah konsep manusia kita secara mendasar, menerobos cangkang manusia ini, dan melepaskan keegoisan, kita dapat keluar dari cangkang konsep manusia dan melangkah maju di jalur kultivasi untuk menjadi benar-benar tanpa keegoisan.

Artikel baru Guru membantu saya menyadari keterikatan saya yang sudah mengakar dalam. Saya bertekad untuk segera melenyapkannya. Saya akan mengingat ajaran Guru dan mengultivasi Xinxing saya dengan teguh dalam Dafa di waktu berharga yang tersisa.

Mohon dengan baik hati menunjukkan jika ada yang tidak pantas dalam berbagi saya.