Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Kebencian Hilang Saat Saya Menyelaraskan Diri dengan Prinsip Dafa

16 Agu 2024 |   Oleh pengikut Dafa di Tiongkok

(Minghui.org) Saya adalah seorang praktisi lanjut usia yang mulai berlatih Dafa pada tahun 1998. Mengingat kembali pada lebih dari 20 tahun kultivasi, saya tahu masih banyak keterikatan dan konsep manusia dalam diri saya. Hari ini, menjelang berakhirnya Pelurusan Fa, Guru kita yang belas kasih sekali lagi dengan tegas mengingatkan kita untuk berkultivasi dengan teguh, segera menghilangkan konsep dan keterikatan manusia, dan menemukan jalan kembali ke jati diri kita yang sebenarnya.

Guru berkata:

“Mengapa kekuatan lama begitu keras terhadap pengikut Dafa? Di satu sisi karena iri hati pada kalian, di sisi lain karena memandang rendah pada sejumlah pengikut Dafa yang terlalu banyak dan terlalu berat hati manusianya, mengalami masalah tidak berada di atas Fa, memandang masalah dengan hati manusia. Jadi kesulitan akan besar bagi yang tidak melakukannya dengan baik, jika dalam waktu lama terus demikian akan sangat berbahaya!” (Xiulian Dafa adalah Serius)

Membandingkan diri saya dengan ajaran Guru, saya menyadari bahwa saya masih jauh dari memenuhi standar Fa dan persyaratan Guru. Di sisa waktu, saya harus memurnikan diri saya dan membantu Guru dalam Pelurusan Fa, menyelamatkan makhluk hidup dengan lebih baik, dan memenuhi sumpah janji saya. Untuk menghindari penyimpangan dari Fa dengan berpikir atau melakukan hal-hal yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip Dafa, saya bertekad untuk mempertahankan pikiran lurus setiap saat dan mencapai pemahaman Fa yang lebih dalam melalui belajar Fa.

Saya sering diganggu oleh karma pikiran. Pikiran negatif yang tidak terduga sering muncul, dan saya sering kali secara tidak sadar menurutinya karena keterikatan saya. Jadi saya mencari ke dalam setiap hari, bertanya pada diri sendiri di bagian mana yang tidak sejalan dengan prinsip Dafa. Saya bekerja keras untuk mengoreksi pemikiran atau gagasan yang salah. Ketika pikiran negatif muncul, saya akan segera menyadari bahwa itu bukan pikiran saya. Begitu mereka muncul, Saya akan menyangkal dan memadamkannya, tidak memberikan ruang bagi mereka untuk berkembang.

Dengan memprioritaskan kultivasi Sejati, Baik, dan Sabar dalam pikiran saya, saya mengendalikan ucapan dan perilaku saya. Suatu hari, saya terkejut ketika menyadari bahwa kebencian yang  saya miliki terhadap adik perempuan saya selama lebih dari satu dekade telah hilang tanpa saya sadari. Sekarang, tidak peduli bagaimana saya memandangnya, segalanya tampak menyenangkan, sesuatu yang tidak pernah berani  saya harapkan sebelumnya!

Saya empat tahun lebih tua dari adik perempuan saya dan satu tahun lebih tua dari saudara laki-laki saya. Adik perempuan saya tumbuh di lingkungan yang penuh dengan pujian, menumbuhkan kepribadiannya yang arogan dan mendominasi. Orang tua saya berasal dari provinsi lain, dan kerabat dari berbagai penjuru sering datang mengunjungi mereka. Adik perempuan saya sangat tidak senang dengan hal ini dan sering menunjukkan ketidaksenangan kepada para tamu, mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan di depan mereka, atau bahkan terlibat konflik. Beberapa kerabat kami tidak menyukainya dan akan menjelek-jelekkan dia di depan ibu saya, sehingga mempermalukan orang tua saya.

Lebih dari satu dekade yang lalu, paman saya meninggal dunia, namun harta bendanya masih terdaftar atas namanya. Bibi membutuhkan ayah saya untuk secara resmi melepaskan haknya atas properti paman saya agar dapat mewarisinya. Ayah saya dengan cepat menyelesaikan prosedur untuk bibi saya. Namun, adik perempuan saya terus menimbulkan masalah, dengan mengatakan bahwa, menurut hukum, ayah kami berhak atas sebagian dari properti tersebut, dan dia tidak mengerti mengapa ayah akan memberikannya kepada adiknya.

Dia menolak untuk menyetujui apa yang diminta bibi dan mengkritiknya. Bibi saya tidak punya anak, berkelakuan baik, menghormati nenek, dan memperlakukan orang tua saya dengan baik, jadi saya menghormatinya. Karena kejadian itu, perasaan saya terhadap kelakuan adik saya berubah dari kebingungan menjadi dendam.

Tiga puluh tahun yang lalu, kesehatan orang tua saya buruk, dan saya sering kali harus merawat mereka. Melihat mereka semakin tua, saya ingin mereka mendekat kepada saya. Saya mendiskusikannya dengan adik peremuan dan adik laki-laki saya dan menyarankan agar kami masing-masing menyumbang 20.000 yuan untuk membeli rumah bagi orang tua kami, namun mereka tidak setuju dan bahkan mengkritik saya.

Agar lebih mudah mengurus orang tua, saya dan suami menabung uang untuk membelikan mereka rumah baru di dekat kami. Saat itu belum ada lift. Seiring bertambahnya usia orang tua saya sulit naik dan turun tangga, kami memindahkan mereka ke gedung baru yang dilengkapi lift. Sepanjang perpindahan, kerabat dan teman mengetahui bahwa suami sayalah yang membeli rumah tersebut, dan orang tua saya sering menyebutkannya.

Saya tidak pernah menyangka, begitu ayah saya meninggal, adik perempuan saya mengumumkan bahwa ibu dan ayah saya telah membayar setengah dari rumah itu. Ibu saya, yang selalu menyayangi adik saya, menjadi sangat marah. Dia bahkan menulis pernyataan yang menyatakan bahwa dia tidak pernah mengatakan hal seperti itu dan bahwa rumah tersebut, termasuk renovasinya, adalah hadiah dari menantu laki-lakinya (suami saya). Setiap kali memikirkan tentang pengorbanan yang telah saya lakukan untuk keluarga ini selama lebih dari 40 tahun terakhir, perasaan putus asa yang mendalam muncul di hati saya, mengubah kebencian saya terhadap adik perempuan saya menjadi kebencian yang mendalam.

Sehari setelah ayah meninggal, adik perempuan dan saudara ipar perempuan saya, yang sedang menerima tamu di rumah duka, berselisih mengenai jumlah uang yang disumbangkan oleh orang-orang (walaupun tidak ada kesalahan). Setelah pemakaman, adik perempuan saya terus mengeluh tentang adik laki-laki saya dan istrinya, dan dia ingin putri saya memeriksa jumlah uang sumbangan di rumah saya. Saya tahu akan ada masalah, tapi karena saya takut pada adik, saya tidak berani menolak. Benar saja, begitu dia memasuki rumah, dia mulai bertengkar dan menimbulkan keributan. Ibu adalah orang yang bermartabat, dan dia kesal. Kebencian terhadap adik saya telah mencapai titik puncaknya!

Sebelumnya, untuk melepaskan kebencian, saya telah mencari ke dalam dan membaca artikel berbagi pengalaman praktisi lain tentang cara melepaskan kebencian. Saya juga menyaksikan praktisi di sekitar saya diseret oleh kekuatan lama karena kebencian mereka, menyebabkan dampak negatif pada Dafa dan kerugian besar dalam penyelamatan makhluk hidup.

Selama proses ini, saya sering bertukar pandangan dengan praktisi lain. Dengan bantuan mereka, saya merasa sudah melepaskannya dan tidak akan membenci adik lagi. Namun setiap kali terjadi sesuatu, kepahitan dan kesedihan akan tetap melonjak seperti sungai yang mengamuk. Saya akan kehilangan nafsu makan, sulit tidur, dan menjadi kecil hati. Setiap kali melihat adik, hati saya terasa sakit. Sampai pada titik di mana hanya dengan melihat nomornya muncul di ponsel saja sudah membuat saya gugup.

Melihat ke belakang, semua ini bukanlah apa-apa. Lalu mengapa kebencian yang berkepanjangan itu menemani saya selama bertahun-tahun? Melihat ke dalam, saya menemukan kapasitas belas kasih dan kesabaran saya masih kurang. Saya tidak bisa mengakomodasi adik saya, saya tidak menangani hal-hal berdasarkan Fa, dan perlahan-lahan saya mulai membencinya. Kebencian ini kemudian berkembang menjadi dendam dan akhirnya menjadi tidak terkendali.

Semua emosi ini berkisar pada diri saya yang “palsu”, dan emosi itu berjuang keras. Apa yang saya perjuangkan? saya berjuang demi reputasi, takut mendapat aib di antara kerabat dan teman-teman; Saya berjuang demi keuntungan, takut kehilangan kepentingan pribadi; Saya berjuang untuk emosi, takut akan kekacauan dan bahaya. Singkatnya, ketika menyangkut hubungan saya dengan adik perempuan saya, saya belum memenuhi standar Sejati-Baik-Sabar.

Sebagai seorang kultivator, jika seseorang tidak mengikuti Sejati-Baik-Sabar, bukankah itu menyimpang dari Fa? Bukankah itu berbahaya? Untungnya, ketika saya benar-benar membenamkan diri ke dalam Fa, secara halus dan tanpa kesadaran apa pun, saya dapat dengan mudah mengurai simpul kebencian. Sungguh ajaib! Hal ini terjadi ketika seorang kultivator berasimilasi dengan Fa dan kekuatan Dafa ditunjukkan.

Jika ditelusuri lebih jauh, bukankah “kebencian” ini berasal dari “sentimentalitas?” Untungnya, saya sekarang dapat mengultivasi diri saya sesuai dengan prinsip Dafa.

Jika saya mendalami lebih dalam lagi, lalu apa sebenarnya “sentimentalitas” itu? Bukankah itu hanya keegoisan? Diri “palsu” ini justru merupakan perwujudan keegoisan, itulah prinsip alam semesta lama. Guru meminta kita untuk “… mengultivasi diri hingga mencapai kesadaran lurus yang tanpa ego dan tanpa mementingkan diri sendiri, dahulukan orang lain kemudian baru diri sendiri,.” (“Sifat Kebuddhaan Tanpa Kebocoran” dalam Petunjuk Penting untuk Gigih Maju I)

Saya sangat berterima kasih kepada Guru! Bimbingan belas kasih Gurulah yang membuat saya memahami makna lebih dalam dari “kesadaran.” Dengan menghilangkan kebencian terhadap adik, saya melihat cahaya di tengah kegelapan!

Jika ada kekurangan dalam pemahaman di atas, mohon dikoreksi.

Saya memberi hormat pada Guru! Terima kasih, rekan-rekan praktisi!