Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Bagaimana Tiongkok Menjadi Masyarakat yang Setiap Orang Sebagai Musuh

24 Agu 2024 |   Oleh He Jing

(Minghui.org) Budaya tradisional Tiongkok mengajarkan keharmonisan antara langit, bumi, dan manusia. Orang bijak kuno Laozi pernah menulis, "Manusia mengikuti Bumi, Bumi mengikuti Langit, Langit mengikuti Tao, dan Tao mengikuti alam."

Namun, keharmonisan ini diganggu oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) setelah rezim tersebut merebut kekuasaan beberapa dekade lalu. Melalui kekacauan yang belum pernah terjadi sebelumnya selama Revolusi Kebudayaan dan pencucian otak menyeluruh dengan doktrin komunis, masyarakat Tiongkok terputus dari tradisi mereka. Nilai-nilai inti PKT berupa perjuangan kelas, kebencian, dan kebohongan secara bertahap mengubah masyarakat Tiongkok menjadi seperti sekarang ini.

Setiap Orang sebagai Musuh

Selama ini, Konstitusi PKT menetapkan bahwa perjuangan kelas adalah ideologi utama. Konsisten dengan itu, Partai meluncurkan kampanye politik satu demi satu, termasuk kampanye Tiga Anti, Lima Anti, dan Anti-Kanan, Lompatan Jauh ke Depan, dan Revolusi Kebudayaan.

Media yang dikendalikan PKT memuji perjuangan ini secara terbuka, bahkan perjuangan antara anggota keluarga. Misalnya, People’s Daily menerbitkan banyak artikel pada 1952 tentang Kampanye Lima Anti. Judul beberapa artikel adalah, “Wang Shihuan, anggota Liga Pemuda dari Sekolah Menengah No. 5 Beijing, melaporkan korupsi ayahnya,” “Xu Dongcai membela rakyat dan melaporkan ayahnya yang kapitalis,” dan “Anggota keluarga karyawan Pabrik Mekanik dan Listrik Mentougou dengan berani melaporkan dan membujuk suaminya untuk mengaku.”

PKT ingin memobilisasi masyarakat umum dengan "kampanye politik kecil-kecilan setiap tiga tahun dan kampanye besar-besaran setiap lima tahun." Mereka menghasut orang untuk saling menyerang melalui poster-poster politik: siswa melawan guru, pejabat rendahan melawan pejabat lebih tinggi, teman melawan teman, dan anggota keluarga saling menyerang.

Salah satu contohnya adalah Bian Zhongyun, seorang guru dan pejabat di Sekolah Menengah Atas yang berafiliasi dengan Universitas Normal Beijing. Pada 5 Agustus 1966, para siswa mempermalukannya dengan memaksanya mengenakan topi tinggi, memegang papan tulis yang mencantumkan "kejahatannya", dan berlutut. Pengawal Merah memukulinya dengan tongkat yang ditancapkan paku dan menyiramnya dengan air mendidih hingga dia meninggal.

Ketika Fang Zhongmou dari Kabupaten Guzhen, Provinsi Anhui, sedang berbicara dengan keluarganya pada 13 Februari 1970, dia mengkritik Mao Zedong dan pendukungnya Liu Shaoqi. Putra tertuanya, Zhang Hongbing yang berusia 16 tahun, menulis surat yang melaporkannya dan menyerahkannya dengan lencana Garda Merahnya kepada seorang perwakilan militer. Dua bulan kemudian, Fang ditangkap dan dieksekusi sebagai "kontra revolusioner."

Ketika Revolusi Kebudayaan berakhir pada 1976, meninggalkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki—secara sosial, psikologis, dan moral. Meskipun ekonomi membaik pada 1980-an dan 1990-an, kemungkinan besar orang tidak akan pernah mempercayai orang lain seperti dulu.

Drama Intrik Istana Memutarbalikkan Sejarah

Selain mempromosikan nilai-nilai yang merosot, PKT juga mempromosikan materialisme dan berlomba-lomba mendapatkan uang dengan cara apa pun. Karena kedua tren ini, hampir tidak ada orang yang mengingat nilai-nilai tradisional.

Dalam beberapa tahun terakhir, PKT telah berhenti menganjurkan perjuangan kelas sebagai ideologi utama, tetapi tema untuk mempromosikan perjuangan tidak pernah berubah. Banyak drama ditulis untuk menggambarkan—sering kali melalui cerita yang dibuat-buat—konflik yang terjadi di istana kerajaan pada zaman dahulu. Salah satu contohnya adalah The Legend of Zhen Huan, yang populer di Tiongkok pada 2012. Menampilkan tokoh-tokoh sejarah dalam pakaian tradisional, temanya adalah "orang baik harus lebih buruk daripada orang jahat untuk bertahan hidup." Seorang sepupu Puyi, kaisar terakhir di Dinasti Qing, mengatakan drama itu merupakan distorsi yang mengerikan dari fakta-fakta sejarah.

Di permukaan, warga Tiongkok tampaknya dapat memilih apa yang mereka tonton di televisi. Namun, apa yang tersedia untuk ditonton sepenuhnya dikontrol oleh Departemen Propaganda PKT dan hanya cerita yang sesuai dengan teori perjuangan dan Marxisme yang dapat disiarkan. Karena alasan ini, banyak generasi muda di Tiongkok percaya bahwa apa yang digambarkan dalam drama-drama ini benar, dan beberapa bahkan telah belajar bagaimana menjadi lebih kompetitif selama konflik.

Seperti yang tertulis dalam Sembilan Komentar Partai Komunis: “Yang lebih tercela daripada penghancuran budaya tradisional oleh PKT adalah penyalahgunaan dan modifikasi budaya tradisional. PKT telah berfokus pada peristiwa paling keji dalam sejarah Tiongkok, hal-hal yang terjadi setiap kali orang menyimpang dari nilai-nilai tradisional, seperti bersaing untuk mendapatkan kekuasaan dalam keluarga kerajaan, penggunaan taktik dan konspirasi, serta kediktatoran dan despotisme. PKT telah menggunakan contoh-contoh sejarah ini untuk membantu menciptakan seperangkat standar moral, cara berpikir, dan sistem wacana PKT sendiri. Dengan melakukan hal itu, PKT telah menciptakan kesan palsu bahwa ‘budaya Partai Komunis’ ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari budaya tradisional Tiongkok.”

Memicu Gelombang Kebencian

PKT baru-baru ini gencar mempromosikan apa yang disebut Pengalaman Fengqiao yang mengingatkan kita pada era Maoisme. Dimulai dengan Kota Fengqiao di Provinsi Zhejiang pada awal tahun 1960-an, PKT menghasut penduduk setempat untuk saling melaporkan satu sama lain kepada pihak berwenang. Tak perlu dikatakan lagi, ini adalah taktik lain untuk mengalihkan kemarahan publik dari pihak berwenang dengan memicu kebencian di antara warga negara.

Hal ini terjadi dalam skala besar. Menurut laporan November 2021, sekitar 140.000 penduduk (atau 5% dari populasi) Distrik Chaoyang di Beijing telah direkrut untuk memantau masyarakat umum. Para rekrutan tersebut meliputi petugas keamanan, pensiunan, relawan, kurir, dan karyawan kerah putih. Mereka bertugas di jalan raya dan jalan tol, di tempat umum, dan di luar stasiun kereta bawah tanah untuk menyasar para oposisi dan kelompok minoritas.

Biayanya sangat tinggi. Sebuah artikel dari Fazhi Wanbao (Legal Evening News) pada 2017 melaporkan bahwa Distrik Chaoyang membayar setiap orang yang direkrut sebesar 300 hingga 500 yuan per bulan untuk pemantauan ini. Untuk merekrut 140.000 orang, dibutuhkan biaya hingga 670 juta yuan (atau US$92 juta) per tahun untuk Distrik Chaoyang saja. Biaya untuk seluruh kota Beijing atau daratan Tiongkok akan sangat besar.

Pemantauan ini memiliki konsekuensi yang mengerikan. Beijing News melaporkan pada Oktober 2023 bahwa, karena siswa didorong untuk melaporkan guru mereka secara sembrono, para guru menjadi sangat berhati-hati dan tidak berani mengajarkan apa pun yang dapat menimbulkan masalah. Pada akhirnya, orang tua siswa juga akan menderita, karena anak-anak mereka tidak akan mendapatkan pendidikan berkualitas tinggi di lingkungan yang keras seperti itu.

Tragedi Generasi demi Generasi

Dalam semua kampanye politiknya, PKT memilih 5% dari populasi sebagai target dan memobilisasi 95% sisanya untuk menyerang mereka. Kebanyakan orang bergabung dengan kerumunan karena mereka tidak menjadi target dan tidak ingin dikritik karena tertinggal. Yang tidak diduga orang adalah, dengan begitu banyak kampanye politik ini, hampir semua orang akhirnya akan menjadi korban.

Situasi ini menjadi lebih buruk setelah mantan pemimpin PKT Jiang Zemin berkuasa pada 1989. Dia mengabaikan nilai-nilai dan prinsip moral serta membutakan publik dengan uang, seks, dan pertikaian yang terus-menerus di antara mereka sendiri. Latihan meditasi tradisional Tiongkok Falun Gong, dengan prinsip-prinsip inti Sejati-Baik-Sabar, diperkenalkan di Tiongkok pada 1992. Namun Jiang Zemin dan PKT mulai menindasnya pada 1999 dan penganiayaan terhadap para praktisinya telah berlanjut selama 25 tahun. Praktisi Falun Gong, yang percaya bahwa mereka adalah orang baik, telah ditahan, disiksa, dan menjadi sasaran kerja paksa, penyiksaan kejiwaan, dan bahkan pengambilan organ secara paksa.

Singkatnya, PKT telah mengubah Tiongkok menjadi negara di mana orang-orang memperlakukan satu sama lain sebagai musuh dan tidak ada yang peduli dengan orang lain. Hanya dengan menolak PKT, kita dapat melindungi prinsip-prinsip kita dan memulihkan nilai-nilai tradisional.