Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Belanda: Rapat Umum dan Pawai sebagai Pengakuan terhadap Praktisi yang Memprotes Penganiayaan selama 25 Tahun

3 Agu 2024 |   Oleh praktisi Falun Dafa di Belanda

(Minghui.org) Menandai 25 tahun upaya mengakhiri penganiayaan yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT), praktisi Falun Gong (Falun Dafa) mengadakan protes damai di Dam Square di Amsterdam, ibu kota Belanda, pada 20 Juli 2024. Mereka juga mengadakan pawai untuk menyerukan diakhirinya kebrutalan PKT.

Praktisi memasang papan informasi dan spanduk besar di Dam Square sebelum rapat umum dimulai pada siang hari.

Protes damai di Dam Square menyerukan diakhirinya penganiayaan yang dilakukan oleh PKT

Orang-orang menandatangani petisi yang menyerukan agar penganiayaan diakhiri.

Silvio Verbeek, Wakil Ketua Himpunan Falun Dafa Belanda, berbicara di rapat umum. Dia berkata, “Ketika PKT mulai menganiaya Falun Gong pada 20 Juli 1999, terdapat hampir 100 juta orang di Tiongkok berlatih Falun Gong, yang merupakan kelompok terbesar yang ingin dibasmi oleh PKT. Penganiayaan menyebar ke setiap kota dan provinsi di Tiongkok, tidak hanya menargetkan praktisi Falun Gong tetapi juga keluarga dan pendukung mereka. Sudah 25 tahun berlalu, namun penganiayaan masih berlangsung.

“Selama 25 tahun, praktisi di Tiongkok telah mempertaruhkan nyawa mereka dan menanggung penganiayaan kejam sambil terus memberi tahu dunia fakta kebenaran tentang Falun Gong dan mengungkap watak PKT melalui berbagai cara. Belas kasih tanpa pamrih ini adalah teladan bagi dunia dan patut kita kagumi secara mendalam. Hari ini kami menyerukan kepada PKT untuk segera berhenti menganiaya Falun Gong, dan mengingatkan mereka yang terkait dengan PKT dan sekutunya untuk segera menjauh dari rezim paling jahat ini.”

Seorang praktisi Falun Gong membaca surat yang dikirim oleh mantan anggota parlemen Belanda Harry van Bommel, mengutuk penindasan terhadap Falun Gong dan mendesak pemerintah Belanda dan Uni Eropa (UE) untuk mengambil tindakan guna membantu menghentikan penganiayaan. Dia menulis, “Saya mengutuk keras penganiayaan yang terus dilakukan oleh PKT terhadap etnis minoritas, termasuk praktisi Falun Gong, yang jelas merupakan pelanggaran terhadap Konstitusi Republik Rakyat Tiongkok dan konvensi internasional; Saya mengutuk kampanye PKT untuk melenyapkan Falun Gong di negara ini sejak 1999.

“1. Saya menyerukan pembebasan segera semua praktisi Falun Gong yang dipenjara; mengungkapkan keprihatinan serius terhadap pencurian organ praktisi Falun Gong dan etnis minoritas lainnya;

“2. Saya menyerukan kepada kedutaan besar negara-negara anggota dan Delegasi Uni Eropa untuk Tiongkok agar memantau persidangan praktisi Falun Gong oleh PKT, memberikan bantuan kepada praktisi Falun Gong, mengunjungi kondisi mereka di penjara, dan secara terbuka mengutuk penyiksaan dan taktik pemaksaan lainnya untuk memaksa praktisi Falun Gong melepaskan keyakinan mereka;

“3. Saya mendesak UE dan negara-negara anggotanya untuk mengungkap penganiayaan terhadap agama minoritas, khususnya umat Uighur dan praktisi Falun Gong, dalam setiap dialog politik dan hak asasi manusia dengan pihak berwenang Tiongkok;

“4. Saya menyerukan kepada negara-negara anggota untuk mempertimbangkan penerapan sanksi UE yang ditargetkan terhadap individu dan perusahaan yang terlibat dalam penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong, termasuk penolakan visa, pembekuan aset, tuntutan pidana atau tuntutan pidana internasional.”

Van Bommel juga menulis: “Anda di sini untuk menunjukkan solidaritas kepada semua praktisi Falun Gong yang telah dianiaya di Tiongkok selama 25 tahun terakhir, dan penganiayaan ini berlanjut hingga hari ini. Saya ikut mengutuk penganiayaan ini dan saya menyerukan kepada pemerintah Belanda dan Uni Eropa mengambil tindakan efektif untuk menghentikannya. Hanya dengan bersatu, pemerintah dapat mengambil tindakan efektif terhadap Tiongkok.”

Praktisi lain membaca pernyataan dari Hans Noot, direktur organisasi non-pemerintah Yayasan Gerard Noot untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan dan direktur asosiasi Human Rights Without Borders, yang mendukung protes praktisi terhadap penganiayaan dan pengambilan organ oleh PKT.

Pernyataan tersebut berbunyi: “Pada 1980an, Tiongkok menghadapi kekurangan donasi organ sukarela. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah [Tiongkok] mulai menggunakan organ dari tahanan yang dieksekusi. Pada 2005, wakil menteri kesehatan Tiongkok mengakui bahwa 95% organ tersebut berasal dari tahanan yang dieksekusi. Pada awal tahun 2000-an, terdapat pernyataan bahwa pemerintah Tiongkok mengambil secara paksa organ praktisi Falun Gong yang masih hidup.

“Selanjutnya, investigasi oleh David Matas dan David Kilgour menarik perhatian luas dari komunitas internasional. Buku mereka Bloody Harvest, yang diterbitkan pada 2006, mengungkapkan bahwa banyak praktisi Falun Gong dibunuh untuk diambil organnya dan dijual untuk transplantasi.

“Pada 2019, investigasi independen seperti Pengadilan Tiongkok yang dipimpin oleh Sir Geoffrey Nice menyimpulkan bahwa pengambilan organ secara paksa terjadi dalam skala besar, tidak hanya terhadap tahanan yang dieksekusi, tetapi juga terhadap praktisi Falun Gong yang masih hidup dan sehat, Muslim Uyghur, Tibet, dan Kristen. Pengambilan organ telah menjadi bisnis besar bagi pejabat pemerintah Tiongkok dan penerima organ yang kaya, yang semuanya mengorbankan korban yang masih hidup.

“Kami para aktivis hak asasi manusia menegaskan kembali pesan kami kepada pemerintah, masyarakat, profesi medis dan terutama pelaku utamanya, Partai Komunis Tiongkok: ini harus dihentikan. Para dokter yang melakukan operasi ini dan organisasi-organisasi yang memperdagangkan organ di Barat dan di tempat lain perlu diadili. Pengambilan organ adalah bentuk kebobrokan manusia yang murni. Kami menjunjung tinggi pernyataan Mahatma Gandhi bahwa 'ukuran sebenarnya dari suatu masyarakat dapat dilihat dari cara mereka memperlakukan anggotanya yang paling rentan.'”

Berbaris Melalui Pusat Kota

Pada pukul 14.00 praktisi membawa spanduk bertuliskan “Falun Dafa,” “Sejati, Baik, Sabar,” dan “Tolong Bantu Hentikan Penganiayaan Falun Gong yang telah berlangsung selama 25 tahun oleh Partai Komunis Tiongkok” berangkat dari Dam Square. Mereka melanjutkan perjalanan menyusuri Oude Doelenstraat, jalan terkenal di pusat kota Amsterdam, kanal Kloveniersburgwal di sisi timur pusat kota Amsterdam, dan kemudian memasuki Pecinan di sepanjang Nieuwmarkt. Banyak orang di sepanjang rute berhenti untuk menonton dan mengambil brosur yang dibagikan oleh praktisi.

Berbaris di pusat kota Amsterdam

Banyak orang Tiongkok membaca spanduk praktisi dan mengetahui tentang penganiayaan yang dilakukan oleh PKT. Dari Pecinan, praktisi menuju Jalan Damrak, jalur utama dari Stasiun Kereta Pusat Amsterdam ke Dam Square. Banyak turis di kedua sisi jalan berhenti untuk menonton.

Praktisi mengklarifikasi fakta kepada orang-orang di sepanjang rute dan membagikan brosur. Banyak orang menandatangani petisi untuk menghentikan pengambilan organ oleh PKT.

Robin dan temannya Alana

Robin dan temannya Alana memperhatikan rapat umum Falun Gong di Dam Square. Robin berkata, “Sejati, Baik, Sabar sangat penting. Jika kita menemukan kedamaian di hati setiap orang dan berbagi kedamaian satu sama lain, umat manusia akan menjadi lebih baik.” Dia berkata bahwa dia menentang penganiayaan terhadap Falun Gong dan segala bentuk penganiayaan, pembunuhan, dan perang.

Alana berkata bahwa Sejati, Baik, Sabar mengajarkan orang untuk melakukan sesuatu dengan cara yang benar, dengan kebaikan dan belas kasih, yang mana hal ini sangat mengagumkan. Dia berkata bahwa penganiayaan terhadap Falun Gong sangat buruk dan gila dan merupakan hal yang benar jika praktisi memprotes penganiayaan tersebut. Dia berkata, “Jangan menyerah!”

Setelah mengetahui tentang pengambilan organ hidup-hidup yang dilakukan oleh PKT, Raymond meneteskan air mata dan berkata, “Orang-orang itu mencuri organ orang lain untuk menghasilkan banyak uang, yang menyakiti hati saya. Melihat foto-foto para korban ini, saya seolah melihat keluarga mereka yang hancur. Apakah mereka iblis atau manusia? Saya pikir mereka yang melakukan ini pada manusia bukanlah manusia, tapi iblis. Segera hentikan penganiayaan terhadap Falun Gong. Setiap orang harus berdiri untuk mengakhiri ini.”

Radu Cezar dari Rumania

Setelah Radu Cezar dari Rumania menandatangani petisi yang mengutuk pengambilan organ, dia mengeluarkan 20 Euro untuk menunjukkan dukungannya. Praktisi berterima kasih padanya namun mengatakan mereka tidak menerima uang apa pun. Mereka berkata jika dia ingin membantu, dia harus memberitahu teman-teman dan keluarganya tentang penganiayaan terhadap Falun Gong, sehingga orang-orang di seluruh dunia dapat bersatu untuk melawan PKT. Dia mengatakan pasti akan melakukannya, karena dia sekarang tinggal di Inggris dan telah berbicara dengan praktisi di sana serta mengetahui tentang Falun Gong. Dia sangat tertarik dengan latihan ini dan sudah mulai berlatih.

Venkata Shiva menentang kebrutalan PKT.

Venkata Shiva, yang baru saja lulus kuliah, sedang bepergian ke Eropa selama liburan musim panasnya. Dia berbicara dengan praktisi setelah rapat umum di Dam Square. Ketika dia mendengar tentang kejahatan PKT yang mengambil organ praktisi ketika mereka masih hidup, dia mengungkapkan kemarahan dan keterkejutannya, mengatakan bahwa ini adalah kejahatan yang tidak dapat ditoleransi oleh umat manusia. Dia mendorong upaya praktisi untuk menentang penganiayaan dan mengungkap kekejaman PKT.

Seorang turis dari Inggris mendoakan kesuksesan praktisi dalam upaya mereka.

Seorang wanita dari London, Inggris, berhenti di stan informasi dan menyemangati praktisi untuk gigih dan terus mengungkap kekejaman PKT. Dia mengatakan ini mungkin sulit, tetapi mereka harus bertahan: “Rezim ini [PKT] menggunakan penyiksaan, perbudakan, dan bahkan memotong tubuh orang-orang untuk diambil organnya. Ini jahat! Saya berharap anda sukses dalam perjuangan anda melawan penganiayaan!” Dia juga mengatakan betapa dia menyukai Sejati, Baik, Sabar.