Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Saint-Paul, Réunion: Kegiatan untuk Meningkatkan Kesadaran terhadap Penganiayaan Falun Gong yang Berkelanjutan

9 Agu 2024 |   Oleh praktisi Falun Dafa di Prancis

(Minghui.org) Saint-Paul adalah sebuah kotapraja di Pulau Réunion, sebuah pulau milik Prancis di Samudera Hindia yang terkenal dengan gunung berapi, interior hutan hujan, terumbu karang, dan pantainya. Praktisi Falun Gong telah menyebarkan Falun Dafa ke seluruh pulau.

Praktisi setempat mengadakan serangkaian kegiatan di Saint-Paul pada 20 Juli 2024 untuk memprotes penganiayaan yang dilakukan Partai Komunis Tiongkok (PKT) terhadap Falun Gong dan memberitahu orang-orang tentang latihan spiritual ini.

Praktisi setempat mengadakan serangkaian kegiatan di Saint-Paul pada 20 Juli 2024 untuk mengecam penganiayaan PKT terhadap Falun Gong.

Praktisi memasang beberapa papan informasi untuk memberi tahu orang-orang tentang penganiayaan yang dialami praktisi Falun Gong di Tiongkok sejak 1999. Praktisi berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong dan meminta orang-orang untuk menandatangani dua petisi, petisi pertama menyerukan diakhirinya penganiayaan terhadap Falun Gong di Tiongkok. Yang kedua adalah aksi baru yang diluncurkan oleh Doctors Against Forced Organ Harvesting (DAFOH) bekerja sama dengan ETAC, yang akan disampaikan kepada para pemimpin kelompok tujuh dan tujuh negara sekutu lainnya (G7+7).

Banyak orang mampir ke stan praktisi Falun Gong dan berbicara dengan praktisi untuk mengetahui tentang penganiayaan. Dua praktisi Falun Gong menceritakan kepada publik tentang penganiayaan yang mereka alami secara pribadi di Tiongkok.

Setelah orang-orang mengetahui fakta kebenaran tentang penganiayaan, mereka menandatangani petisi, dan banyak orang mendorong praktisi Falun Gong untuk terus memberikan informasi kepada orang-orang tentang penganiayaan yang sedang berlangsung di Tiongkok.

Beberapa orang sangat tersentuh setelah melihat foto di sebelah stan. Mereka diberitahu tentang penganiayaan yang dilakukan oleh PKT dan pengambilan organ paksa dari praktisi ketika mereka masih hidup. Seorang wanita Tionghoa-Prancis merasa sedih atas penganiayaan tersebut dan menangis.