(Minghui.org) Karena orang tua membesarkan saya dengan baik, saya adalah orang yang jujur, tidak pernah menghina orang lain, tidak pernah memanfaatkan orang lain, dan memiliki rasa simpati terhadap mereka yang lemah. Orang-orang mengatakan bahwa saya adalah orang yang baik, yang juga saya anggap benar.
Namun setelah mulai berlatih Falun Dafa, saya menyadari bahwa saya jauh dari prinsip-prinsip Dafa yaitu Sejati, Baik, Sabar. Saya telah belajar untuk mengikuti tuntutan Dafa untuk selalu memikirkan orang lain terlebih dahulu, bersikap baik dan memahami semua orang, dan benar-benar menjadi orang yang lebih baik.
Saya adalah menantu perempuan tertua dalam keluarga suami dan putri tertua dalam keluarga saya sendiri. Selama bertahun-tahun, saya telah bertanggung jawab terhadap generasi yang lebih tua di kedua sisi keluarga dan berusaha sebaik mungkin untuk membantu adik-adik saya dan anggota keluarga suami menyelesaikan masalah mereka. Karena itu, kedua keluarga menghormati saya.
Ayah mertua meninggal 12 tahun setelah saya menikah. Ibu mertua saat itu berusia 60-an dan tinggal sendirian di daerah pedesaan. Saya dan suami bekerja di kota. Pendapatan kami cukup rendah dan kami memiliki anak yang harus dibesarkan, jadi keuangan kami relatif ketat. Namun, ketika harus mendukung orang tua dan mertua, baik itu dalam bentuk makanan, pakaian, atau uang, kami tidak pernah bertengkar. Setiap tahun, kami selalu memberikan lebih banyak kepada ibu mertua daripada yang diharapkan oleh siapa pun di keluarga kami.
Saya selalu memberikan ibu mertua lebih banyak makanan dan barang-barang lainnya dibandingkan dengan ibu saya sendiri. Selama bertahun-tahun, ipar perempuan, serta istri dari ipar laki-laki, semua memperlakukan saya seperti saudara perempuan mereka. Kami tidak pernah bertengkar maupun berselisih. Penduduk desa lainnya memuji kami sebagai keluarga yang baik.
Selama lima tahun terakhir kehidupan ibu mertua, saya memperlakukannya dengan sangat baik, seolah-olah dia adalah ibu saya sendiri. Dia meninggal pada usia 87 tahun. Dokternya pernah berkata kepada orang-orang di desa beberapa kali, “Saya telah praktek kedokteran selama lebih dari 30 tahun, dan hanya sedikit keluarga yang memperlakukan orang tua seperti keluarga ini; bukan hanya anak-anaknya yang berbakti, tetapi juga menantu perempuannya.”
Pada dua tahun pertama penganiayaan terhadap Falun Gong (juga disebut Falun Dafa), saya pergi ke Beijing untuk mengajukan banding tiga kali, dan ditangkap dua kali. Kedua kalinya, saya menghabiskan Tahun Baru Tionghoa di pusat penahanan. Dua ipar perempuan saya juga praktisi Dafa, dan pada tahun pertama itu mereka juga ditahan di pusat penahanan. Ibu mertua saya tertipu oleh propaganda dan kebohongan di televisi tentang Dafa. Ketika kami bertiga berada di pusat penahanan, sikapnya terhadap saya berubah. Dia meminta suami untuk menyampaikan pesan kepada saya dua kali, mengatakan bahwa jika saya terus berlatih Dafa, dia tidak akan pernah lagi membiarkan saya masuk ke rumahnya.
Saya sangat kesal ketika mendengar ini. Saya berpikir, “Saya selalu memperlakukan keluarga anda dengan baik. Sekarang, ketika saya sedang dianiaya secara tidak adil, Anda berdiri di pihak yang jahat. Saya tidak akan melepaskan keyakinan saya terhadap Dafa. Jika anda tidak membiarkan saya berkunjung, maka saya tidak akan mengunjungi anda.”
Setelah dibebaskan, saya tidak mengunjungi ibu mertua selama tiga bulan pertama. Kemudian, saya menyadari bahwa saya salah. Kesalahpahaman ibu mertua disebabkan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT). Dia harus menanggung begitu banyak penderitaan ketika kami bertiga ditangkap dan ditahan sekaligus! Dia adalah orang yang baik hati. Sebagai praktisi Dafa, bagaimana saya bisa marah padanya? Saya harus peduli dan memahami dia. Sejak saat itu, saya memperlakukannya bahkan lebih baik daripada sebelumnya.
Saya ditangkap lagi dan dipecat dari pekerjaan karena tidak melepaskan keyakinan saya. Putra saya sedang kuliah, dan tempat kerja suami mengalami masa sulit dan tidak membayar gaji karyawan selama beberapa bulan. Kami tidak memiliki tabungan, dan hidup menjadi sangat sulit. Berkat bantuan ibu dan saudara-saudara saya, kami dapat melewati masa-masa sulit tersebut.
Ipar perempuan memberi tahu ibu mertua tentang situasi keluarga kami. Ketika saya pergi mengunjungi ibu mertua, dia mengeluarkan semua sertifikat depositnya dan meminta saya memeriksa satu per satu untuk melihat apakah ada yang jatuh tempo agar dia bisa menarik uang untuk membantu kami. Saya sangat terharu dan tidak bisa menahan tangis. Saya berkata kepadanya dengan tulus, “Ibu, bagaimana mungkin saya menggunakan uang ibu? Saya menghargai kebaikan ibu. Saya memiliki uang. Ibu tidak perlu khawatir tentang kami.” Saya juga melihat air mata di matanya.
Karena saya selalu memperlakukannya dengan baik, dia memperlakukan saya seperti putrinya sendiri dan selalu bersedia menceritakan segala hal kepada saya. Salah satu tetangganya berkata kepada saya, “Ibu mertua anda selalu memuji anda karena hati baik dan mengatakan bahwa dia memiliki menantu perempuan yang luar biasa.”
Saya berkata kepada mereka, “Saya melakukan ini karena saya berlatih Falun Dafa. Guru Dafa mengajarkan kami untuk bersikap baik kepada semua orang. Dia adalah ibu mertua saya, jadi sudah tentu saya harus memperlakukannya dengan baik.”
Kami tinggal di gedung staf tempat saya bekerja, dan keluarga-keluarga selalu keluar masuk. Dari mana pun mereka berasal, apakah dari tempat kerja saya atau tidak, saya selalu mengingat ajaran Guru dan memperlakukan semua orang dengan baik.
Setiap kali bertemu dengan tetangga, saya selalu menyapa mereka dengan hangat. Setelah beberapa waktu, tetangga baru yang awalnya bahkan enggan menoleh, mulai menyapa saya dengan hangat. Beberapa orang meminta anak-anak mereka untuk memanggil saya "Nenek," dan beberapa anak muda memanggil saya "Bibi." Karena mereka semua menghormati saya, ketika menjelaskan kebenaran kepada mereka, mereka biasanya dapat menerimanya.
Sepasang suami istri yang berusia 80-an tinggal di bawah saya. Mereka sangat suka menguasai ruang publik. Mereka mengambil alih setiap ruang yang bisa digunakan di lantai bawah dan atas untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka telah bertengkar dengan banyak tetangga karena hal ini, dan hampir tidak ada orang di gedung yang mau berbicara dengan mereka. Namun, saya menghormati mereka dan telah hidup berdampingan dengan mereka dalam keharmonisan selama bertahun-tahun.
Ketika putra saya akan menikah beberapa tahun yang lalu, ada tumpukan barang yang diletakkan pasangan itu di koridor yang sudah lama tidak dipindahkan. Saya pergi menemui mereka dan berkata kepada sang istri, “Bibi, saya ingin membicarakan sesuatu dengan anda. Putra saya akan pulang untuk menikah dalam beberapa hari. Apakah barang-barang yang ada di koridor lantai atas itu milik anda? Bisakah anda memindahkannya agar saya bisa membersihkan ruangan tersebut?”
Dia berkata bahwa saya harus bertanya kepada suaminya. Saya kemudian bertanya kepada suaminya apakah dia bisa memindahkan barang-barang tersebut untuk sementara waktu, karena terlihat tidak nyaman untuk pernikahan putra saya. Wajahnya tampak muram dan berkata, “Saya membutuhkannya di sana! Tidak ada tempat untuk memindahkannya.” Setelah itu dia mengabaikan saya, jadi saya harus pergi.
Dua hari kemudian, sapu, papan, dan barang-barang lainnya di koridor sudah dipindahkan, tetapi sebuah tas besar masih tersisa di sana. Saya membuka tas tersebut dan melihat bahwa itu adalah tas kapur yang sudah mengeras dan beberapa sampah lainnya. Sehari sebelum pernikahan putra saya, seorang kerabat membantu saya membersihkan area tersebut.
Suatu hari, istri mereka melihat saya dan berkata dengan dingin, “Saya tidak tahu siapa yang membuang barang-barang kami.” Saat itulah saya menyadari bahwa tumpukan sampah mereka sudah hilang. Saya memberitahunya bahwa mungkin itu adalah orang yang datang untuk membantu persiapan pernikahan putra saya, dan jika itu adalah barang yang masih mereka butuhkan, saya akan mengganti kerugian mereka. Dia menjawab, “Itu tidak terlalu berguna. Saya hanya bertanya saja.”
Beberapa hari kemudian, saya mendengar bahwa sang istri sakit. Saya membeli susu, buah-buahan, dan barang-barang lainnya untuknya. Dia sangat terharu. Dia memuji saya di depan orang lain berkali-kali, mengatakan bahwa praktisi Dafa memiliki hati yang baik.
Suatu kali, beberapa petugas polisi muncul di bawah, dan dia mendengar bahwa mereka datang untuk menangkap saya. Dia dengan cepat mengetuk pintu saya dan berkata, “Polisi datang untuk menangkap anda. Jangan keluar. Saya akan membeli apa pun yang anda butuhkan.” Saya sangat terharu dan mengucapkan terima kasih padanya. Saya bisa menghindari penganiayaan berkat bantuannya.
Setiap kali menemui orang yang mencemarkan nama Dafa, saya selalu berusaha menghentikannya. Merupakan tanggung jawab seorang praktisi untuk melindungi Dafa, dan benar-benar baik bagi orang-orang tersebut untuk berhenti melakukan kejahatan terhadap Dafa.
Saya bertemu dengan seorang teman dekat di sekolah menengah yang telah lama kehilangan kontak. Dia tinggal di kota yang berbeda dan sedang berkunjung ke sini. Dia sangat senang dan memegang tangan saya, berkata, “Saya belum melihatmu selama bertahun-tahun. Saya sangat merindukanmu.” Saya berkata bahwa saya juga sangat merindukannya! Kami mengobrol sebentar, lalu saya mulai menjelaskan fakta kebenaran kepadanya. Saya memberitahunya bahwa saya mengkhawatirkannya dan bertanya-tanya apakah dia tahu kebenaran tentang Falun Dafa.
Dia langsung berubah ketika mendengar hal ini dan berkata dengan keras dan marah, “Jangan bicarakan hal itu pada saya. Saya tidak mau mendengarnya.” Kemudian dia mulai mengutuk Dafa, dan beberapa orang yang lewat berhenti dan menonton. Saya berpikir bahwa saya tidak bisa membiarkannya mengatakan kebohongan ini lagi, jadi saya memberitahunya dengan suara rendah namun tegas untuk menenangkan diri. Saya meminta dia menjawab dua pertanyaan sebelum mengomentari Dafa. Dia berhenti berbicara.
Saya bertanya, “Apakah anda pernah berlatih Falun Dafa?” Tanpa ragu, dia menjawab tidak, dan dia tidak mau! Kemudian saya bertanya, “Apa kerugian yang telah Dafa sebabkan kepada anda dan keluarga anda? Berapa banyak kerugian yang telah ditimbulkan?”
Dia tertegun dan tidak segera menjawab. Setelah beberapa saat, dia berkata dengan lembut, “Tidak ada bahaya yang ditimbulkan, dan sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kami.”
Saya berkata, “Anda belum pernah berlatih Falun Dafa, dan itu tidak membahayakan anda, jadi mengapa anda begitu membencinya?” Dia mengatakan mendengarnya semua dari televisi. Dia juga mendengar di televisi bahwa praktisi Falun Dafa pergi ke Lapangan Tiananmen untuk membakar diri hingga mati.
Saya berkata, “Anda orang yang pintar. Bagaimana anda bisa percaya segala sesuatu yang anda lihat di televisi? Mengapa anda tidak memikirkannya? Pakaian dan wajah orang yang ‘membakar diri’ tampaknya terbakar, tetapi rambutnya dan botol plastik Sprite yang berisi bensin tidak terbakar. Bagaimana mungkin? Gadis kecil yang trakeanya dipotong bisa berbicara dan bernyanyi saat wawancara dengan wartawan dua hari kemudian. Bagaimana bisa? Polisi tidak pernah melakukan patroli di Lapangan Tiananmen dengan alat pemadam kebakaran, tetapi dalam dua menit setelah ‘bakar diri,’ lebih dari belasan alat pemadam kebakaran muncul. Bagaimana itu mungkin jika semuanya tidak dipersiapkan sebelumnya?”
“Masih banyak hal yang lebih jelas. Bakar diri di Lapangan Tiananmen direkayasa oleh PKT untuk mendiskreditkan dan membangkitkan kebencian terhadap Falun Dafa.” Saya memberitahu dia beberapa fakta lain tentang Dafa dan penganiayaan.
Dia mengerti dan berkata dengan malu, “Saya sangat menyesal, saya seharusnya tidak mengatakan hal-hal tersebut barusan. Falun Dafa baik, dan saya tidak akan tertipu lagi. Tolong bantu saya mundur dari PKT. Dan, mohon perhatikan keselamatan anda.” Saya mengucapkan terima kasih atas perhatiannya.
Suatu hari, seseorang memberitahu saya bahwa seseorang yang dulu berada dalam kelompok belajar Fa dengan saya telah berhenti berlatih dan mengatakan hal-hal buruk tentang Dafa. Keesokan harinya, saya pergi ke tempat kerjanya untuk menemuinya. Dia bersikap sopan, memberi saya tempat duduk, dan bertanya apa tujuan kedatangan saya.
Saya tetap tenang namun berkata dengan serius, “Saya memiliki sesuatu yang penting untuk dibicarakan dengan anda. Saya mendengar bahwa anda tidak lagi berlatih Falun Dafa.” Dia mengakui bahwa dia tidak melakukannya. Saya melanjutkan, “Apakah anda berlatih atau tidak adalah pilihan pribadi anda, dan tidak ada yang akan memaksa anda. Namun, saya juga mendengar bahwa anda mengatakan beberapa hal buruk dan tidak hormat tentang Dafa dan Guru. Apakah itu benar?” Wajahnya memerah, dan dia gugup serta tidak bisa mengatakan apa-apa.
Saya melanjutkan, “Tampaknya itu benar. Kita belajar Fa dalam kelompok yang sama selama lebih dari tiga tahun. Saya tahu anda adalah orang yang baik. Bagaimana mungkin anda bertindak melawan hati nurani anda seperti itu? Saya ingat anda pernah mengatakan kepada semua orang bahwa anda melihat berlapis-lapis swastika muncul tanpa henti di depan mata anda. Anda juga berkata, ‘Falun Dafa sangat baik!’ Tapi ketika Dafa dianiaya secara ilegal, sebagai seseorang yang telah mendapatkan manfaat dari Dafa, Anda tidak berdiri untuk mengatakan kata-kata yang adil untuk Dafa. Sebaliknya, anda malah menghina Dafa dan Guru. Apakah ini benar? Tidakkah anda merasa bersalah? Anda tidak bisa seperti itu! Bahkan jika anda tidak merasa bersyukur, anda tidak bisa membalas kebaikan dengan kebencian!”
Dia menundukkan kepalanya dan berkata dengan hati yang berat, “Saya salah! Saya benar-benar tidak seharusnya mengatakan hal-hal tersebut. Saya tidak akan melakukannya lagi. Tolong percayalah pada saya.”
Saya tidak pernah mendengar lagi dia mengatakan hal-hal buruk tentang Dafa.