(Minghui.org) Salam, Guru! Halo, rekan-rekan praktisi!
Nama saya Amelia, dan saya mulai berlatih Falun Dafa sekitar tujuh bulan yang lalu. Jika ada yang saya katakan tidak sesuai dengan Fa (ajaran), mohon dikoreksi dengan penuh belas kasih.
Saya berusia awal dua puluhan. Setelah mulai berlatih, saya merenungkan hidup saya, dan saya kagum dengan kebijaksanaan dan belas kasih Guru. Saya menyadari bahwa sejak lahir, Guru telah melindungi saya dengan penuh perhatian, dan saya benar-benar bersyukur.
Dulu, saya selalu mengeluh tentang betapa sulitnya hidup. Setiap kali saya bercermin, saya melihat orang yang marah dan kesal menatap saya. Meskipun saya berpakaian rapi dan berusaha tampil sebaik mungkin, ekspresi penuh kebencian itu selalu ada. Saya tidak tahu bagaimana cara mengubahnya. Sekarang setelah saya berlatih Dafa, ketika saya bercermin, saya tidak melihat orang yang tidak menyenangkan itu menatap saya. Mata saya terlihat jernih dan cerah, bahkan terkadang terlihat berbinar.
Saya ingin menceritakan kisah saya.
Jalan Saya untuk Memperoleh Fa
Saya lahir di sebuah daerah kecil di Tiongkok. Ayah saya adalah seorang guru seni yang mendambakan kebenaran dan kebebasan. Ia selalu mengatakan kepada saya bahwa Partai Komunis Tiongkok (PKT) itu jahat dan saya tidak boleh mempercayai apa yang dikatakannya. Ia mengatakan seseorang dapat menjalani hidup sederhana tetapi harus memahami kebenaran. Ia selalu mencari kebenaran dan kemudian memberi tahu saya apa yang ditemukannya. Jadi, sejak usia muda, saya memahami jenis rezim di mana saya tinggal dan perbedaan antara baik atau jahat.
Ketika saya di kelas dua, guru membagikan brosur yang memfitnah Falun Dafa, dan dia menghabiskan waktu berjam-jam memfitnah Dafa. Para siswa ketakutan.
Saya ketakutan dan ketika sampai di rumah, saya menceritakan kejadian itu kepada ayah saya. Ayah saya tampak marah dan serius, lalu berkata, “Jangan dengarkan omong kosong gurumu. Guru macam apa itu? Falun Dafa hanyalah latihan orang-orang, sejenis qigong yang tidak dapat membahayakan siapa pun. Pemerintah AS melindunginya.” Ibu saya mendengar hal ini dan berkata, “Ya, dulu banyak orang berlatih di taman!”
Saya kemudian masuk sekolah menengah seni pertunjukan dan belajar tari. Saya ingin menemukan kebenaran tentang mengapa manusia hidup dan makna hidup.
Saya mulai membaca banyak buku filsafat Barat di waktu luang, tetapi saya tidak mendapatkan jawaban yang saya cari. Sekolah menengah seni saya penuh dengan berbagai macam orang dengan pola pikir yang menyimpang. Namun, rasanya seperti ada jangkar di hati saya yang menghentikan saya dari menempuh jalan yang salah. Saya selalu ingat apa yang dikatakan orang tua saya.
Ketika saya merasa cemas, saya merasa bahwa para Dewa dan Buddha akan melindungi saya. Namun, saya tidak tahu seperti apa rupa para Dewa, jadi saya mencetak beberapa gambar tokoh agama, memajangnya di dinding, dan meletakkan patung Buddha kecil di meja saya. Saya sangat yakin bahwa patung-patung itu akan melindungi saya. Saya ingin menjadi orang yang baik dan jujur.
Saya senang karena saya tidak terpengaruh oleh lingkungan sekolah yang rumit. Saya memperoleh nilai yang sangat baik pada ujian masuk perguruan tinggi dan diterima di universitas idaman saya. Orang tua saya sangat senang, dan semua orang memberi selamat kepada saya. Namun saya masih merasa kesepian dan bingung, karena saya belum menemukan makna hidup yang sebenarnya.
Sesampainya di kampus, saya semakin bingung dan tidak ingin keluar dari asrama. Karena adanya pembatasan sosial akibat pandemi, saya menghabiskan banyak waktu untuk mencari pengetahuan yang terkait dengan kebenaran alam semesta. Saya terus mencari tetapi tidak pernah menemukan jawaban yang memuaskan.
Suatu hari, saya tiba-tiba teringat keinginan masa kecil saya untuk pergi ke luar negeri. Saya sudah dewasa sekarang dan bisa membuat keputusan sendiri. Orang tua saya tidak tahu cara mendaftar, jadi saya melakukannya sendiri. Saya menghubungi sebuah lembaga dan memutuskan untuk memilih sekolah. Ketika saya melihat alamatnya, ternyata di Ottawa, yang sangat sesuai dengan keinginan saya. Setelah mengajukan permohonan visa ke Kanada, saya berhenti sekolah dan pulang ke rumah.
Pikiran saya kacau setiap hari, karena saya belum mendengar kabar apa pun tentang visa saya selama berbulan-bulan. Saya mendengar ada sebuah kuil di pinggiran kota tempat tinggal kami. Saya pikir mungkin tinggal di kuil akan membantu saya menemukan makna hidup atau kebenaran universal.
Kuil itu utamanya diperuntukkan bagi biarawati dan berfokus pada ajaran Buddha Zen. Setelah saya masuk, mereka mengatakan sedang mengadakan pertapaan dan menutup gerbangnya. Saya tetap tinggal, tetapi saya tidak bisa berbuat apa-apa selain bermeditasi. Saya menahan rasa sakit setiap hari, basah kuyup oleh keringat, dan tidak berani bergerak karena seseorang akan datang membawa tongkat, dan saya takut akan dipukuli. Setelah sebulan saya tidak bisa duduk diam dan pikiran saya tidak tenang. Tongkat itu tidak berfungsi lagi, jadi saya memutuskan untuk pulang.
Sehari setelah saya pulang, ibu saya dengan gembira masuk ke kamar saya dan memberi tahu saya bahwa visa Kanada saya telah disetujui.
Saya dan saudara laki-laki saya menyelesaikan serangkaian prosedur dan berangkat. Kami akhirnya mendarat di Ottawa. Dalam waktu tiga bulan, saya memasukkan saudara laki-laki saya ke sekolah, dan saat itu sudah bulan Desember. Saya pikir saya harus membeli jaket tebal untuk kami masing-masing, jadi saya pergi ke mal. Saya segera membeli dua jaket dan hendak pergi. Saya merasakan sesuatu menarik saya kembali, jadi saya berbalik.
Saya melihat iklan Shen Yun. Karena iklan itu terkait dengan minat saya pada tari, saya lalu menonton videonya sambil berpikir, “Wah, ada pertunjukan tari Tiongkok di luar Tiongkok. Jarang sekali!” Seorang wanita Korea memperkenalkan Shen Yun kepada saya dalam bahasa Inggris, dan saya mendengarkan ketika seorang wanita lain datang dan bertanya dalam bahasa Mandarin, “Apakah anda orang Tiongkok?” Saya menjawab ya. Dia berkata saya terlihat sangat baik dan mengingatkannya pada keponakannya. Kami mengobrol sekitar dua jam, dan dia menceritakan banyak hal yang tidak saya ketahui.
Dia kemudian mengantar saya pulang, dan kami mengobrol sepanjang jalan. Melihat bahwa saya menerima apa yang dikatakannya, dia bercerita tentang penganiayaan terhadap Falun Dafa dan kisah naga merah yang mencelakai dunia. Saya tercengang dan mendengarkan dengan saksama. Dia bertanya apakah kami bisa bertemu lagi. Dia membimbing saya dan keluarga untuk melakukan “Tiga Pemunduran” (mengundurkan diri dari PKT dan organisasi afiliasinya).
Dia meminjamkan saya buku Zhuan Falun miliknya. Ketika saya membuka buku itu, saya langsung mengerti segalanya, dan berpikir, wow, buku ini luar biasa, buku ini menjawab semua pertanyaan saya. Inilah yang selama ini saya cari! Saya belajar bahwa saya dapat berkultivasi tanpa menjadi biarawati, bahwa hidup bukan untuk menikmati hidup tetapi untuk kembali ke jati diri sejati dan kembali ke rumah asal! Saya belajar bahwa Buddhisme Zen tidak dapat menjelaskan segalanya. Inilah Fa agung yang selama ini saya cari! Buku ini sangat berharga!
Saya memutuskan untuk berkultivasi dengan tekun. Saya memahami bahwa mungkin saya tidak hanya mencari selama sepuluh atau dua puluh tahun, tetapi selama ribuan tahun, saya bereinkarnasi dalam banyak kehidupan, dan mengalami banyak penderitaan. Sekarang setelah saya menemukan Fa, saya harus berkultivasi dengan teguh.
Menerobos Gangguan dan Guru Melindungi Saya
Saat saya memulai jalur kultivasi, praktisi setempat sibuk dengan proyek-proyek yang berhubungan dengan Shen Yun. Cuaca sedang dingin, jadi saya belum menghadiri belajar kelompok. Saya menonton rekaman video ceramah Guru dan membaca Zhuan Falun.
Suatu hari, saya sedang mengerjakan pekerjaan rumah sambil mendengarkan rekaman ceramah Guru yang diputar di ponsel saya. Saat saya meraih piring di atas meja, piring itu tergelincir dan hampir jatuh ke lantai. Saat saya mencoba menangkapnya, piring itu jatuh dan pecah. Satu pecahan tajam memantul ke atas, mengarah langsung ke pergelangan tangan saya. Tiba-tiba, taplak meja dengan cepat melilit pergelangan tangan saya, menahannya. Saat saya memeriksa pecahan itu, saya menyadari betapa tajamnya pecahan itu, dan saya menyadari Guru telah melindungi saya. Diliputi rasa syukur dan penyesalan karena merasa tidak hormat kepada Guru, air mata mengalir di mata saya. Sejak saat itu, saya menjalani kultivasi dan segala hal yang berhubungan dengan Dafa dengan lebih serius.
Suatu hari, saat saya mengendarai sepeda pulang, tiba-tiba sepeda saya kehilangan kendali dan mengarah ke kaca halte bus. Dalam sepersekian detik sebelum tabrakan, sepeda saya berbelok, nyaris menabrak kaca. Saya gemetar karena hampir menabraknya. Sungguh, perlindungan Guru yang penuh belas kasih telah mencegah terjadinya bencana.
Saya mengalami kesulitan tidur setelah mulai berlatih, saya dicekam oleh rasa takut yang tidak dapat dijelaskan. Tidak yakin akan sumbernya dan apakah itu berasal dari diri saya yang sebenarnya, saya sering terbangun kaget tepat saat hendak tidur. Hal ini berlangsung selama hampir seminggu, membuat saya kelelahan karena kurang tidur saat bersekolah dan menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga. Suatu malam, setelah membaca Zhuan Falun, saya meletakkannya di atas meja, berharap dapat tertidur.
Saat saya mulai mengantuk, tiba-tiba saya mendengar halaman-halaman buku bergemerisik keras. Saya duduk, buku Zhuan Falun masih ada di sana. Saya menyadari bahwa itu adalah gangguan yang mencoba mengganggu saya. Saya berkata dengan tegas, “Saya menolak untuk mengakui anda! Saya milik Guru Li, dan tidak ada yang akan menghentikan saya untuk berkultivasi.” Saya berbaring kembali dan tidur dengan tenang malam itu.
Cobaan seperti itu terus menguji saya, terutama di malam hari ketika pikiran saya diliputi rasa takut dan ketidakpastian. Saya berharap ada seseorang yang bisa saya ajak bicara, tetapi sering kali sudah lewat tengah malam. Duduk di tempat tidur, air mata telah penuh, tetapi tidak mau jatuh. Lelah dan frustrasi, saya mempertanyakan kesulitan kultivasi, bertanya-tanya apakah saya bisa bertahan dan seberapa jauh jalan yang terbentang di depan.
Saya menyadari bahwa semua itu hanyalah pikiran manusia biasa dan campur tangan dari kekuatan lama. Saya bertanya kepada diri sendiri, "Siapakah saya sebenarnya?" Jawabannya adalah: “Saya adalah murid Guru, seorang kultivator Sejati, Baik, dan Sabar.” Gelombang kehangatan mengalir melalui diri saya dan saya merasa segar kembali. Mengingatkan diri sendiri untuk menghilangkan rasa takut dan mempercayakan segalanya kepada Guru, saya memutuskan untuk terus teguh di jalur kultivasi. Dengan tekad itu, saya tertidur lelap.
Manfaat Bagi Keluarga Saya
Saya ingin berbicara tentang perubahan besar yang terjadi dalam keluarga saya setelah saya memperoleh Fa. Adik laki-laki saya lima tahun lebih muda dari saya. Saya membencinya, dan kami sering bertengkar.
Suatu malam, saat ibu saya menangis dan mengungkapkan kekhawatirannya tentang perilaku saudara laki-laki saya, saya menyarankan agar dia ikut dengan saya. Saya meyakinkannya bahwa perubahan lingkungan dapat memengaruhinya secara positif. Dia senang dan saya tahu bahwa sudah menjadi tugas saya untuk membimbing saudara laki-laki saya.
Setelah kami tiba di Kanada, saudara laki-laki saya merasa terbebas dari pengawasan orang tua dan terlibat dalam perilaku sembrono seperti bermain game, begadang, dan merokok. Karena frustrasi dan khawatir, saya awalnya memarahi dan mengancam, yang memperburuk ketegangan. Namun, dengan mengikuti prinsip-prinsip Sejati, Baik, dan Sabar, saya perlahan-lahan melunakkan pendekatan saya. Saya meminta maaf dan menyarankan bagaimana kami berdua dapat memperbaiki diri. Ia terkejut dengan perubahan saya.
Dia pun meminta maaf dan berjanji untuk menjadi lebih baik. Kami pun memulai perjalanan perbaikan diri, dan suasana di rumah pun menjadi harmonis.
Beberapa bulan setelah saya memperoleh Fa, saudara laki-laki saya secara ajaib menghentikan kebiasaan merokoknya yang sudah berlangsung lama. Ia juga memutuskan untuk berhenti meminjam uang dan mulai merencanakan hidupnya. Alih-alih terpaku pada ponselnya, ia mulai berolahraga secara teratur, menggambar, dan belajar bahasa Inggris dan Italia. Suasana di rumah benar-benar berbeda, bagaikan siang dan malam.
Saya bercerita kepada ibu saya tentang perubahan yang saya dan saudara laki-laki saya alami. Ia berkata perubahan itu luar biasa. Ia dengan gembira berkata bahwa ia dan ayah saya juga menjadi jauh lebih akur. Mereka tidak lagi bertengkar dan lebih pengertian serta toleran terhadap satu sama lain.
Sebagai penutup, saat saya memahami kultivasi lebih dalam dan berusaha memenuhi persyaratan Guru untuk berlatih dengan tekun, belajar Fa, dan mengklarifikasi fakta, saya menyadari misi saya dan makna mendalam dari penyelamatan makhluk hidup. Meskipun sesekali mengalami kesulitan dan keterikatan yang masih ada, saya tetap teguh dalam komitmen saya untuk berkultivasi.
Kesulitan apa pun menjadi peluang yang tak ternilai untuk maju, jauh melampaui kesenangan dan tekanan sementara dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bimbingan Guru yang penuh kasih, saya percaya pada jalan yang tak tergoyahkan yang telah ditetapkan untuk saya. Bersyukur atas belas kasih Guru yang tak terbatas dan perlindungan yang cermat, saya tetap teguh dalam tekad saya untuk maju dengan tekun dan menjadi seorang kultivator sejati.
(Disampaikan pada Konferensi Fa Kanada 2024)