(Minghui.org) Lima belas kematian praktisi Falun Gong dilaporkan pada Januari 2023, menjadikan total kematian yang dikonfirmasi per 31 Januari 2023, menjadi 4.905 sejak dimulainya penganiayaan pada Juli 1999.
Sepuluh dari kematian yang baru dilaporkan terjadi antara Juli dan Desember 2022, sementara kasus lainnya terjadi pada Januari 2023. Karena sensor informasi yang ketat, kasus penganiayaan tidak selalu dapat dilaporkan tepat waktu, begitu pula informasinya yang tidak selalu tersedia.
Ke-15 praktisi, termasuk enam wanita, berasal dari sepuluh provinsi dan kotamadya. Hebei mencatat tiga kasus, diikuti oleh Heilongjiang, Jilin, dan Shandong dengan masing-masing tiga kasus. Liaoning, Anhui, Hubei, Hunan, Beijing, dan Shanghai masing-masing memiliki satu kasus kematian.
Kecuali satu praktisi yang usianya tidak diketahui, praktisi yang meninggal berusia antara 31 hingga 81 tahun, termasuk tiga praktisi berusia 80-an. Empat tewas dalam tahanan, termasuk seorang pria berusia 31 tahun yang menjalani hukuman 8,5 tahun. Seorang wanita di Hubei meninggal enam hari setelah dia dibebaskan dari enam bulan penahanan di pusat pencucian otak dan seorang pria di Provinsi Anhui meninggal karena injeksi racun, sepuluh bulan setelah dia dibebaskan.
Di antara yang meninggal adalah seorang ibu berusia 51 tahun, yang terkejut mendapati dirinya hamil setelah mogok makan selama lima bulan setelah penangkapannya pada tahun 2017. Dia menyerah pada tekanan mental dan fisik dan meninggal pada Juli 2022, lima bulan sebelum ulang tahun kelima putrinya.
Berikut rincian 15 kasus kematian tersebut. Daftar nama praktisi bisa diunduh di link berbahasa inggris (PDF).
Meninggal dalam Penahanan atau Segera Setelah Dibebaskan
Karena Berlatih Falun Dafa, Pria Berusia 31 Tahun Meninggal Ketika Menjalani Masa Tahanan
Orang tua Jiang Yong diberi tahu tentang kematiannya pada tanggal 23 Januari 2023, di hari kedua Tahun Baru Imlek. Dia berusia 31 tahun.
Jiang, seorang warga Kota Changchun, Provinsi Jilin, menjalani hukuman 8,5 tahun karena berlatih Falun Gong. Meskipun kondisinya kritis karena melakukan mogok makan yang berkepanjangan untuk memprotes penganiayaan, pihak berwenang menolak untuk membebaskannya dengan alasan medis, dengan alasan bahwa dia menolak untuk melepaskan keyakinannya.
Jiang ditangkap pada 28 Juni 2021 dan dijatuhi hukuman 8,5 tahun di Penjara Gongzhuling atas tuduhan palsu “menumbangkan kekuasaan negara.”
Jiang melakukan mogok makan untuk memprotes penganiayaan. Rumah Sakit Tuberkulosis Provinsi Jilin mengeluarkan pemberitahuan kondisi kritis untuknya pada 11 Oktober 2022. Dia kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Polisi Kota Changchun, di mana dia akhirnya meninggal dunia.
Keluarga Jiang sering pergi ke Biro Administrasi Penjara Provinsi Jilin dan penjara tempatnya ditahan untuk menuntut pembebasannya dengan pembebasan bersyarat medis, hanya untuk diabaikan atau dioper kesana-kemari.
Istri Lai Zhiqiang menunggu selama tujuh tahun, sangat ingin bertemu kembali dengannya, hanya untuk mengetahui pada 3 Januari 2023, bahwa dia telah meninggal, dua bulan sebelum jadwal pembebasannya dari hukuman yang tidak berdasar karena keyakinannya pada Falun Gong.
Istri Lai bergegas ke Penjara Jidong No. 2 di Provinsi Hebei setelah mengetahui kematian suaminya, hanya untuk diberi tahu bahwa dia harus membayar 1.000 yuan untuk melihat jenazah. Meskipun tidak jelas apakah dia membayar 1.000 yuan itu atau tidak, dia tidak diizinkan melihat jenazah suaminya sampai hari berikutnya.
Menurut istri Lai, tubuh suaminya meringkuk dan wajahnya terluka. Lima penjaga berusaha menahannya agar dia tidak mendekati atau menyentuh jenazah. Mereka menolak untuk mengembalikan jenazah kepada keluarga dan menipu putrinya untuk menandatangani formulir persetujuan agar jenazah itu dikremasi.
Lai, dari Kota Tangshan, Provinsi Hebei, ditangkap pada 31 Maret 2016, diam-diam dijatuhi hukuman tujuh tahun. Ibunya yang sudah lanjut usia sangat trauma sehingga meninggal tak lama kemudian.
Lai pertama kali dibawa ke Penjara Jidong No.4 pada 17 Oktober 2016, dan kemudian ke Penjara Jidong No.2. Dia menderita stroke pada tahun 2019 karena disiksa dalam tahanan, tetapi penjara menolak permintaan keluarganya untuk mengunjunginya.
Ketika istri Lai akhirnya diizinkan berkunjung pada Januari 2020, istrinya sangat sedih melihat para penjaga yang membawa Lai keluar. Lai hampir tidak bisa bergerak. Dia tampaknya tidak mengenali istrinya dan tidak menanggapi ketika istrinya menangis.
Menurut orang dalam, Lai ditahan di klinik penjara selama hampir enam bulan dan dicekok paksa makan setiap hari. Para penjaga menyimpan selang makanan di perutnya. Bibirnya menjadi sangat kering dan pecah-pecah. Beberapa perawat sesekali menggunakan handuk untuk meneteskan air ke mulutnya. Dia sering meneteskan air mata ketika mereka melakukan itu. Dia juga menggerakkan bibirnya tetapi tidak bisa berbicara.
Keluarga Lai menuntut pembebasan bersyarat medis untuknya. Tetapi penjara mengklaim bahwa mereka harus menunggu atasan mereka untuk membuat keputusan. Sementara itu, mereka menagih keluarga beberapa ribu yuan, menyatakan untuk membayar tagihan medis Lai.
Kondisi Lai semakin memburuk pada tahun 2020, dan dia terjangkit infeksi paru-paru pada Agustus 2020. Dia dalam keadaan vegetatif dan kesulitan bernapas. Ketika penjara membawanya ke rumah sakit, dokter hanya melakukan tindakan trakeotomi padanya. Dokter menyiratkan bahwa tidak banyak harapan baginya untuk pulih.
Terlepas dari kondisi Lai, penjara selalu membelenggunya dengan rantai yang berat. Dia dibawa kembali ke penjara setelah lebih dari sebulan di rumah sakit hanya untuk dibawa kembali ke rumah sakit pada 9 September 2020, bahkan sebelum trakeanya ditutup.
Keluarga Lai terus mengajukan pembebasan bersyarat medis untuknya. Penjara mengklaim bahwa biro kehakiman telah menolak permintaan tersebut. Ketika keluarganya sendiri pergi ke biro kehakiman untuk mengajukan permintaan, mereka dihentikan di depan pintu dan tidak diberi kesempatan untuk berbicara dengan siapa pun.
Wanita Shanghai Meninggal Saat Menjalani Hukuman Empat Tahun Karena Berlatih Falun Gong
Seorang penduduk Shanghai meninggal di pusat penahanan pada 24 Desember 2022, saat menjalani hukuman empat tahun karena keyakinannya pada Falun Gong. Jiang Linying hampir berusia 70 tahun.
Jiang Linying
Suami Jiang menerima telepon dari Pusat Penahanan Distrik Baoshan pada sore hari tanggal 24 Desember dan diberi tahu bahwa Jiang berada dalam kondisi kritis dan telah dibawa ke rumah sakit. Ketika dia menanyakan kondisinya dan dibawa ke rumah sakit mana, penelepon tersebut mengatakan bahwa informasi tersebut bersifat rahasia dan menolak permintaan suaminya agar bisa mengunjungi Jiang.
Beberapa jam kemudian, penjaga lain menelepon dari ponsel (+86-18100051158) dan mengatakan bahwa Jiang mengalami kesulitan bernapas dan dokter telah mengeluarkan pemberitahuan kondisi kritis untuknya. Penjaga masih melarang keluarga untuk mengunjunginya dan mengatakan sudah cukup baik bahwa mereka memberi tahu keluarga tentang kondisinya. Keluarga marah dan menuntut penjara melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan nyawa Jiang.
Pada pukul 22:29, penjaga yang sama menelepon dari nomor ponsel yang sama dan memberi tahu keluarga bahwa Jiang telah meninggal dunia. Tidak jelas apakah keluarga diizinkan untuk melihatnya atau tidak setelah dia meninggal.
Selain hukuman terakhirnya, Jiang, seorang pensiunan pekerja pabrik tekstil, juga menjalani dua hukuman penjara yaitu 3,5 tahun dan 5 tahun, serta hukuman kamp kerja paksa selama satu tahun tiga bulan.
Saat dipenjara, Jiang menjadi sasaran penyiksaan, termasuk disuntik dengan obat-obatan untuk menghancurkan sistem saraf pusatnya, dipukuli secara brutal, dipaksa berdiri dalam waktu lama, dipaksa duduk di bangku kecil dalam satu posisi untuk waktu yang lama, dilarang menggunakan kamar kecil, dilarang makan, atau dipaksa makan berlebihan.
Putri Di Yongchi mendapat telepon dari Penjara No. 1 Shenyang di Provinsi Liaoning pada 17 Desember 2022, memberitahukan bahwa ayahnya telah meninggal setelah rumah sakit gagal menyadarkannya.
Di, seorang pensiunan insinyur pembangkit listrik berusia 69 tahun di Kota Huludao, Provinsi Liaoning, menjalani hukuman tujuh tahun karena berlatih Falun Gong. Kematiannya terjadi hanya satu setengah tahun sebelum masa tahanannya berakhir.
Putri Di melihat jenazahnya di kamar mayat rumah sakit. Dia telah menyewa seorang pengacara untuk mencari keadilan bagi ayahnya. Karena sensor informasi yang ketat oleh rezim Tiongkok, tidak jelas apakah Di mengalami penyiksaan yang menyebabkan kematiannya.
Sejak penganiayaan dimulai pada tahun 1999, Di berulang kali ditangkap dan dilecehkan karena mempertahankan keyakinannya. Dia ditangkap pada awal tahun 2003 dan ditahan di pusat pencucian otak selama beberapa bulan. Dia dipaksa menonton video propaganda yang memfitnah Falun Gong setiap hari. Para penjaga memukuli dan memakinya, memaksanya berdiri berjam-jam dan melarangnya tidur.
Selama ditahan, istrinya hidup di bawah tekanan yang luar biasa dan mengalami gangguan mental. Istrinya sering terbangun di tengah malam dan berteriak, “Polisi datang!” Kesehatannya menurun dari hari ke hari. Istri Di meninggal pada Mei 2007.
Wanita Hubei Meninggal Beberapa Hari Setelah Dibebaskan dari Pusat Pencucian Otak
Zong Ming, penduduk Kota Wuhan, Provinsi Hubei, kurus kering dan sulit berbicara ketika dia dibebaskan setelah delapan bulan ditahan di pusat pencucian otak karena keyakinannya pada Falun Gong. Dia meninggal pada 1 Januari 2023, enam hari setelah dia dibawa pulang oleh keluarganya.
Zong ditangkap pada 18 April 2022, dan dibawa ke Pusat Pencucian Otak Etouwan keesokan harinya. Ketika anggota staf pusat pencucian otak memerintahkan keluarganya untuk menjemputnya pada 26 Desember 2022, dia sudah berada di ambang kematian. Dia hanyalah kulit dan tulang. Rambutnya berubah menjadi abu-abu, dan dia kesulitan berbicara. Keluarganya membawanya ke rumah sakit pada hari pertama di tahun 2023, tetapi dokter menolak merawatnya. Dia meninggal di rumah sakit beberapa jam kemudian.
Sejak rezim komunis Tiongkok mulai menganiaya Falun Gong pada tahun 1999, Kantor 610, sebuah badan di luar hukum yang dibuat khusus untuk mengawasi penganiayaan, telah mendirikan pusat cuci otak di seluruh negeri untuk menargetkan praktisi Falun Gong. Dengan kedok “Pusat Pendidikan Hukum” atau “Pusat Perawatan,” pusat pencucian otak berfungsi sebagai penjara hitam, di mana praktisi Falun Gong dapat ditahan tanpa batas waktu dan menjadi sasaran segala jenis penyiksaan fisik, manipulasi mental, dan pemberian obat-obatan terlarang.
Di Wuhan, ibu kota Hubei, pihak berwenang telah mendirikan sepuluh pusat cuci otak baru sejak 2021 sebagai bagian dari kampanye “Sapu-bersih,” yang menargetkan semua praktisi yang masuk daftar hitam pemerintah untuk memaksa mereka melepaskan keyakinan mereka pada Falun Gong.
Seorang warga Kota Hefei, Provinsi Anhui kehilangan kemampuan untuk berbicara setelah dia diberikan suntikan beracun, satu bulan sebelum dia selesai menjalani hukuman penjara karena berlatih Falun Gong. Peng Yuxin berjuang dengan kesehatan yang menurun sejak pembebasannya dan dia meninggal sepuluh bulan kemudian pada pertengahan Agustus 2022. Dia berusia 55 tahun.
Peng, mantan pegawai Biro Statistik Provinsi Anhui, ditangkap di kawasan tempat tinggalnya pada 24 April 2020. Tanpa menunjukkan identitas atau surat perintah penggeledahan atau mengungkapkan nama mereka, polisi menggeledah rumahnya dan menyita laptop, dua printer, 50 buku Falun Gong, dan uang tunai 500 yuan. Dia dibebaskan sekitar pukul 11 malam.
Peng pergi ke kantor polisi pada Mei 2020 untuk menuntut pengembalian barang-barang pribadinya, hanya untuk ditangkap dan ditahan di Pusat Penahanan Kota Hefei. Dia kemudian diam-diam dijatuhi hukuman 1,5 tahun dan diperintahkan untuk menjalani hukuman di pusat penahanan yang sama.
Satu bulan sebelum dibebaskan, Peng dibawa keluar dari pusat penahanan sebanyak enam kali dan disuntik dengan cairan merah muda setiap kali. Pada saat dia dibebaskan pada 23 Oktober 2021, dia telah kehilangan hampir semua kemampuannya untuk berbicara atau mengatur pidato yang koheren.
Dia hanya bisa sesekali mengucapkan beberapa patah kata. Ketika ditanya apakah dia diberi suntikan beracun, dia mengangguk. Kognisi keseluruhannya juga menurun secara signifikan. Dia tidak bisa menulis alamatnya. Namun ketika orang lain menulis beberapa alamat, dia bisa mengenali alamat rumahnya. Karena situasinya secara keseluruhan, tidak jelas apakah Peng mengalami penyiksaan lain selama dalam tahanan.
Peng berjuang dengan kesehatan yang buruk setelah pembebasannya, terutama karena dia hidup sendiri. Pada pertengahan Agustus 2022, praktisi Falun Gong setempat tiba-tiba mendengar berita kematiannya. Menurut saudara perempuannya, tetangga Peng melaporkan kematiannya ke polisi dan laporan otopsi yang dikeluarkan oleh Departemen Kepolisian Distrik Shushan menyatakan bahwa dia meninggal karena stroke.
Meninggalnya Lansia
Setelah ditangkap 18 kali, diberikan empat hukuman kamp kerja paksa dengan total 5 tahun dan dijatuhi hukuman 3,5 tahun penjara karena berlatih Falun Gong, Liu Erli [Pria], seorang warga Kota Loudi, Provinsi Hunan, menyerah pada penganiayaan secara mental, fisik dan finansial dan meninggal pada 1 Januari 2023. Dia berusia 81 tahun.
Satu bulan sebelum meninggalnya Liu, lebih dari sepuluh petugas masuk ke rumahnya dan berusaha untuk menangkapnya. Mereka mengalah setelah melihat bahwa dia benar-benar tidak berdaya.
Cui Xiuzhen [Wanita], dari Kota Botou, Provinsi Hebei, disiksa secara brutal saat menjalani hukuman kerja paksa selama tiga tahun karena berlatih Falun Gong. Dia dibebaskan pada tahun 2003 dan menderita gangguan ingatan, atrofi serebral, mobilitas, dan kesulitan berbicara selama dekade berikutnya. Dia menjadi lumpuh total dan tidak dapat berbicara pada musim panas 2014 dan meninggal dunia delapan tahun kemudian pada 10 Januari 2023. Dia berusia 80 tahun.
Sejak awal penganiayaan, He Zhenheng [Pria], seorang penduduk Kota Botou, Provinsi Hebei, berulang kali ditangkap dan dilecehkan karena mempertahankan keyakinannya. Ia juga dipaksa melakukan kerja berat tanpa bayaran selama dua kali penahanan. Tekanan fisik dan mental berdampak buruk pada kesehatannya. Dia meninggal pada 23 November 2022 pada usia 80 tahun. Bahkan setelah dia meninggal, polisi masih mengganggu keluarganya dan menuntut untuk melihat akta kematiannya untuk memverifikasi bahwa dia memang telah meninggal.
Kematian Setelah Dua Dekade Penangkapan dan Pelecehan
Zhu Xiumin [Wanita], penduduk Kota Daqing, Provinsi Heilongjiang, melakukan mogok makan selama lima bulan sebagai protes atas penahanan sewenang-wenang, menyusul penangkapan dirinya dan suaminya pada 21 Maret 2017. Saat dia menjadi sangat lemah dan menderita sembelit parah, dia dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Dia terkejut mengetahui bahwa dia hamil. Dia dibebaskan dua hari kemudian.
Bayi perempuan Zhu lahir pada 8 Desember 2017. Enam hari kemudian, suaminya dijatuhi hukuman tiga tahun. Zhu berjuang untuk merawat bayinya sendirian sambil menghindari gangguan polisi. Dia akhirnya bersatu kembali dengan suaminya ketika dia dibebaskan pada Maret 2020. Tetapi keluarga itu tidak menghabiskan banyak waktu bersama, karena Zhu menyerah pada tekanan mental dan fisik dan meninggal pada Juli 2022, lima bulan sebelum ulang tahun kelima putrinya. Dia berusia 51 tahun.
Sebelum penangkapan terakhir Zhu pada tahun 2017, dia telah ditangkap enam kali lagi dan mengalami siksaan biadab selama hukuman penjara tujuh tahun.
Bayi Zhu yang baru lahir
Wanita Jilin Meninggal Setelah Penahanan Selama Tujuh Tahun dan Empat Tahun Penahanan Uang Pensiun
Seorang wanita Kota Songyuan, Provinsi Jilin, meninggal dunia pada 8 Oktober 2022, empat tahun setelah dia selesai menjalani tiga tahun penjara dan pensiunnya ditangguhkan. Meng Yan berusia 74 tahun. Selain hukuman tiga tahun terakhir, dia juga menjalani dua hukuman kamp kerja paksa dengan total empat tahun.
Meng, seorang penjaga gudang, berlatih Falun Gong pada Maret 1999. Pada tahun-tahun awal penganiayaan, dia berulang kali ditangkap dan diberikan dua masa hukuman di Kamp Kerja Paksa Heizuizi.
Karena tekanan mental yang sangat besar, Meng terpaksa melepaskan Falun Gong bertentangan dengan keinginannya selama masa kerja paksa pertamanya. Dia juga mengalami tekanan darah tinggi, menderita pusing terus-menerus, dan kesulitan berjalan. Dia kemudian menyesal melepaskan Falun Gong dan mengumumkan bahwa dia membatalkan pernyataannya. Para penjaga memukuli dan menendangnya sebagai pembalasan.
Setelah memastikan bahwa dia memang menderita kondisi medis, para penjaga memaksanya untuk meminum obat yang tidak diketahui. Masa hukumannya diperpanjang selama sepuluh hari, karena dia menolak menulis laporan pemikiran yang diminta oleh penjaga.
Meng ditangkap lagi pada 11 Juli 2008, di pesta ulang tahun adik iparnya. Dia menderita luka parah di kakinya akibat penangkapan itu. Dia tidak bisa tidur di pusat penahanan. Tanpa memberi tahu keluarganya, polisi membawanya ke Kamp Kerja Paksa Heizuizi untuk kedua kalinya pada 31 Juli di tahun itu.
Beberapa petugas dari Tim Keamanan Domestik Kabupaten Qian'an pergi ke rumah Meng pada 19 Agustus 2015, dengan salinan tuntutan pidana yang dia ajukan terhadap Jiang Zemin. Ketika dia menolak untuk membuka pintu, polisi menghancurkan kuncinya dan mendobrak masuk. Mereka menyita komputer, ponsel, printer, 20 kotak kertas cetak, kotak tinta printer, tape recorder, pemutar MP3, buku Falun Gong, dan berbagai macam barang lainnya. Cucunya, seorang siswa sekolah menengah, ketakutan dan wajahnya menjadi pucat.
Meng mencoba menjelaskan bahwa menuntut Jiang adalah haknya yang sah sebagai warga negara dan berlatih Falun Gong sepenuhnya legal, tetapi petugas mengabaikannya. Mereka membawanya ke Departemen Kepolisian Kabupaten Qian'an dan kemudian ke Pusat Penahanan Kota Songyuan, di mana dia ditahan selama sebelas setengah bulan.
Meng didakwa “menggunakan sekte untuk menyabotase penegakan hukum” dan dijatuhi hukuman tiga tahun penjara. Bandingnya ditolak dan dia dipindahkan ke Penjara Wanita Changchun pada Agustus 2016.
Peragaan Penyiksaan: Duduk di bangku kecil
Semua praktisi Falun Gong di penjara yang menolak melepaskan latihan mereka dipaksa duduk di kursi plastik kecil untuk waktu yang lama setiap hari, yang biasanya berlangsung dari jam 5:30 pagi sampai jam 10 malam. Meng menjadi sangat kurus dan pantatnya mulai bernanah.
Penjaga menyatakan bahwa Meng menderita hipertensi dan memerintahkannya untuk minum obat. Ketika Meng menolak, mereka mencoba mencampurkan pil ke dalam makanan dan minumannya tetapi tidak berhasil. Mereka menyuntiknya dengan obat tak dikenal di rumah sakit penjara. Meng dipaksa membaca buku-buku yang memfitnah Falun Gong dan penciptanya, dan pihak berwenang juga berusaha memaksanya untuk melepaskan latihan Falun Gong.
Setelah dia dibebaskan pada tahun 2018, Biro Jaminan Sosial setempat menangguhkan pensiunnya. Kesehatannya terus menurun hingga akhirnya meninggal dunia pada 8 Oktober 2022.
Kanker usus besar Wang Yufang menghilang setelah dia berlatih Falun Gong pada bulan Desember 1998, jadi dia sangat berterima kasih atas latihan peningkatan diri pikiran-tubuh kuno ini.
Wang, penduduk Kota Jiamusi, Provinsi Heilongjiang, diganggu berkali-kali dan ditangkap enam kali karena mempertahankan keyakinannya. Dia pernah kehilangan ingatannya setelah disuntik dengan obat-obatan beracun di pusat penahanan. Penganiayaan yang terus berlanjut berdampak buruk pada kesehatannya. Dia meninggal pada 28 September 2022. Dia berusia 59 tahun.
Wang mengatakan dalam tuntutan pidana yang dia ajukan pada tahun 2015 terhadap Jiang Zemin, mantan kepala rezim komunis yang memerintahkan penganiayaan, “Karena penganiayaan, semua rambut saya menjadi abu-abu ketika saya baru berusia 40-an. Penganiayaan tidak hanya membawa kerugian mental dan fisik yang luar biasa bagi saya tetapi juga membuat keluarga saya hidup dalam kesusahan yang mendalam. Selama saya dalam tahanan, ibu saya sangat mengkhawatirkan saya sehingga kesehatannya memburuk dan dia dirawat di rumah sakit. Putri saya tumbuh dalam ketakutan dan terus-menerus khawatir bahwa saya akan ditangkap lagi.”
Wang Yufang
Pria Shandong Meninggal Dua Tahun Setelah Dipenjara 13 Tahun Karena Keyakinannya pada Falun Gong
Pada saat Yu Chunqiang selesai menjalani hukuman penjara 13 tahun pada tanggal 20 September 2020, penduduk Kota Laiyang, Provinsi Shandong telah menderita beberapa kondisi medis akibat penyiksaan yang dideritanya di penjara. Pelecehan polisi yang terus berlanjut setelah dia kembali ke rumah menyebabkan dia terus hidup dalam ketakutan dan kesusahan. Tidak dapat pulih, dia meninggal dua tahun kemudian pada tanggal 1 November 2022. Dia berusia 66 tahun.
Yu mempelajari Falun Gong pada tahun 1999, tahun yang sama ketika penganiayaan dimulai. Pada tanggal 4 Juli 2006, sekelompok agen Kantor 610 masuk ke rumahnya dan menangkap istrinya dan Zhao Ruixiang [Wanita], praktisi lain yang kebetulan sedang mengunjungi mereka. Kedua wanita itu dipukuli dengan kejam di kantor polisi. Istri Yu kemudian dihukum 1,5 tahun kerja paksa dan Zhao dijatuhi hukuman 12 tahun.
Untuk menghindari menjadi sasaran penganiayaan, Yu tinggal jauh dari rumah untuk bersembunyi dari polisi. Ketika dia kembali ke rumah pada tanggal 21 September 2007, untuk membantu memanen kacang, enam petugas mendatangi rumahnya, menggeledah rumahnya, dan membawanya ke Pusat Penahanan Kota Laiyang.
Yu diam-diam dijatuhi hukuman 13 tahun pada tahun 2008. Dia mengalami penyiksaan brutal di bangsal 11 di Penjara Provinsi Shandong. Dia juga mengalami stroke dan juga menderita diabetes dan tekanan darah tinggi.
Polisi terus mengganggu Yu setelah dia dibebaskan pada 20 September 2020. Dia akhirnya meninggal dunia pada 1 November 2022.
Tiga hari setelah Qin Jing berlatih Falun Gong, warga Beijing yang menjadi lumpuh karena asam urat itu kembali berdiri. Dia kembali bekerja dan melanjutkan kehidupan normal.
Setelah penganiayaan dimulai, Qin bekerja keras untuk meningkatkan kesadaran tentang penganiayaan. Dia ditangkap pada Oktober 2010 karena memasang poster Falun Gong dan disiksa tanpa henti saat menjalani hukuman kamp kerja paksa selama dua tahun.
Karena mengajukan tuntutan pidana pada tahun 2015 terhadap Jiang Zemin, mantan kepala rezim komunis yang memerintahkan penganiayaan, Qin menghadapi pelecehan terus-menerus, terutama di sekitar hari libur besar atau peringatan yang berkaitan dengan Falun Gong. Dia tidak pernah pulih dari komplikasi akibat penyiksaan yang dideritanya selama masa kamp kerja paksa, dan pelecehan terus-menerus memperburuk kesehatannya. Dia meninggal pada 22 Desember 2022. Dia berusia 64 tahun.
Qin Jing
Pria Shandong Meninggal Setelah Menjalani Dua Hukuman Kamp Kerja Paksa dan Pelecehan Tanpa Henti
Shen Lianghua, seorang warga Kota Liaocheng, Provinsi Shandong, meninggal dunia pada 16 November 2022 setelah menjalani dua masa kerja paksa dan pelecehan tanpa henti karena keyakinannya. Bahkan 28 hari setelah kematiannya, sekretaris desa masih datang mengganggu keluarganya.
Shen pertama kali ditangkap pada Juli 2001 saat bekerja di pertanian. Istrinya, Zhao Yueyun, juga ditangkap beberapa jam kemudian dan keduanya ditahan di pusat cuci otak setempat. Kedua anak mereka dibiarkan tanpa perawatan selama penahanan mereka. Shen dibebaskan setelah 20 hari. Tidak jelas berapa lama Zhao ditahan.
Shen pergi ke Beijing untuk memohon hak berlatih Falun Gong pada akhir tahun 2001. Dia dipukuli oleh polisi di Lapangan Tiananmen. Dia ditahan di Pusat Penahanan Kabupaten Guan selama sepuluh hari setelah dibawa kembali ke Shandong.
Shen dibawa ke Kamp Kerja Paksa Wangcun pada Februari 2002. Penjaga melarangnya tidur, dan menugaskan narapidana untuk mengawasinya 24 jam sehari. Setiap kali Shen menutup matanya, para narapidana menggunakan bulu untuk menusuk kelopak mata atau lubang hidungnya. Ini berlangsung lebih dari sebulan, tetapi Shen tidak menyerah. Para penjaga kemudian memasukkannya ke sel isolasi, melepas sepatunya, menuangkan air ke lantai, dan menyetrumnya dengan tongkat listrik selama seminggu.
Setelah gagal membuatnya menyerah, para penjaga merentangkan tangannya dan memborgol lengannya ke tingkat atas tempat tidur susun, sebuah metode penyiksaan yang dikenal sebagai "Dibelenggu ke Salib." Semua bebannya jatuh ke pergelangan tangannya.
Polisi terus mengganggu Shen setelah dia dibebaskan pada September 2004. Pada malam 25 Februari 2008, tujuh petugas masuk ke rumahnya secara paksa. Mereka menahannya di lantai dan memukulinya. Seorang petugas memukulnya dengan keras menggunakan senter dan dua gigi depannya tanggal. Mereka membawanya ke pusat penahanan dan kemudian ke Kamp Kerja Paksa Wangcun tanpa memberi tahu keluarganya.
Setelah Shen dikirim ke kamp kerja paksa, istrinya harus mengurus sendiri keluarga dan dua anak mereka yang masih kecil. Tapi agen dari Kantor 610 terus mengganggu mereka. Akibatnya, Zhao terpaksa tinggal jauh dari rumah.
Ketika masa kerja paksa Shen berakhir pada 28 Mei 2009, polisi memperpanjang masa hukumannya satu bulan lagi. Ketika putrinya datang untuk meminta pembebasannya, petugas kamp kerja paksa tidak mengizinkannya untuk mengunjunginya. Dia kemudian meminta petugas untuk memberikan beberapa pakaian kepadanya, tetapi mereka menolak untuk melakukannya.
Zhao kembali ke rumah pada 15 Juni 2011. Beberapa jam kemudian, tiga petugas berpakaian preman tiba dengan mobil tanpa plat nomor dan masuk ke rumahnya. Mereka menyita dua komputer, satu printer, dan barang-barang pribadi lainnya. Shen sedang memanen gandum di ladang dan Zhao sendirian di rumah. Agen menangkapnya dan membawanya ke Pusat Penahanan Liaocheng.
Polisi berusaha untuk menangkap Shen dua kali lagi, pada 21 Agustus 2012, dan 3 Agustus 2015, tetapi dia tidak ada di rumah ketika mereka datang.
Polisi datang lagi pada 5 Agustus 2015, dan menangkap Zhao. Setelah dia berhasil menyelamatkan diri dari kantor polisi, dia dan Shen terpaksa tinggal jauh dari rumah selama berbulan-bulan, meninggalkan anak-anak mereka sendiri di rumah.
Tak lama setelah Zhao kembali ke rumah, polisi memanjat pagar tetangga mereka pada 22 April 2016, dan masuk lagi ke rumahnya, memaksa Zhao bersembunyi. Dia kemudian ditangkap dan dihukum di Penjara Wanita Provinsi Shandong.
Laporan terkait dalam Bahasa Inggris:
Reported in 2022: 172 Falun Gong Practitioners Die in the Persecution of Their Faith