Oleh Grup Minghui
Pertama kali dipublikasikan di tahun 2019
Hak Cipta © 2019 Minghui.org & Minghui Publishing Center Corporation
(Bagian 19)
(Lanjutan dari Bagian 18)
Bab 12: Lebih dari 200.000 Tuntutan Hukum Diajukan Terhadap Jiang Zemin
Sementara beberapa praktisi di Tiongkok mencoba mengajukan gugatan pertama terhadap Jiang Zemin pada Agustus 2000, pihak berwenang menolak untuk mendaftarkan tuntutan mereka. 287 Meskipun beberapa tuntutan hukum diajukan secara independen di luar Tiongkok pada tahun-tahun berikutnya, praktisi di Tiongkok selalu menghadapi hambatan untuk dapat mengajukan tuntutan mereka ke sistem pengadilan.
Pada 1 Mei 2015, Mahkamah Agung Rakyat menerapkan “Reformasi Sistem Pendaftaran” baru, yang menetapkan bahwa semua tuntutan pidana harus didaftarkan ke pengadilan setelah diterima. Banyak praktisi Falun Gong mulai menggunakan hak hukum mereka untuk menuntut Jiang Zemin karena melancarkan penganiayaan terhadap Falun Gong dan menyebabkan kerugian besar serta penderitaan yang luar biasa bagi mereka.
Sorotan Utama
Dengan mengarahkan penganiayaan terhadap Falun Gong, Jiang Zemin telah melanggar Konstitusi Tiongkok, hukum pidana Tiongkok, dan hukum internasional tentang penyiksaan, genosida, dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Jiang juga memerintahkan berbagai kementerian untuk melakukan tindakan yang bukan menjadi kewenangan mereka.
209.908 tuntutan hukum terhadap Jiang telah diajukan ke Mahkamah Agung Rakyat dan Kejaksaan Agung Rakyat. Antara akhir Mei hingga 31 Desember 2015, 201.803 orang telah mengajukan tuntutan pidana terhadap Jiang, 171.059 dari mereka menyerahkan salinannya ke Minghui.org, dan 134.176 (78,4%) tuntutan yang dikirim melalui pos, dikonfirmasi telah berhasil disampaikan. Otoritas lokal di banyak wilayah telah melakukan pembalasan terhadap penuntut karena mengajukan tuntutan hukum terhadap Jiang. Kasus pembalasan termasuk pelecehan, interogasi, penangkapan, atau bahkan hukuman penjara. Pada akhir 2017, PKT meluncurkan apa yang disebut kampanye “mengetuk pintu” untuk melacak praktisi yang telah menuntut Jiang Zemin dan/atau masih berlatih Falun Gong.
§12.1 Contoh Tuntutan Pidana Terhadap Jiang Zemin
Tuntutan hukum terhadap Jiang Zemin dikirim ke Mahkamah Agung Rakyat dan Kejaksaan Agung Rakyat. Minghui.org juga telah menerima salinan tuntutan pidana terhadap Jiang dari banyak praktisi Falun Gong.
Kisah-kisah berikut, diambil dari kasus-kasus hukum ini, menggambarkan penganiayaan yang berulang dan brutal hanya karena berlatih Falun Gong dan mengajukan petisi kepada pemerintah untuk hak mereka bebas berkeyakinan. Ketiga penuntut bisa saja tewas dengan mudah karena disiksa, dan salah satu dari mereka, Yang Zhiqiang, kehilangan istrinya akibat penganiayaan tanpa henti dalam tahanan polisi. 288
Kasus 1: Luo Zhihui
Kota Asal: Kota Shijiazhuang, Provinsi Hebei
Tanggal mengajukan tuntutan hukum: 8 Juni 2015
Luo Zhihui (wanita) berusia 64 tahun, pernah bekerja di Pusat Pasokan Gandum Qiaoxi di Kota Shijiazhuang. Ia mulai berlatih Falun Gong pada 1997, membantunya sembuh total dari anemia berat. Bersyukur atas peningkatan kesehatannya dan atas bimbingan spiritual yang diperolehnya dari Falun Gong, Luo berulang kali memohon pemerintah untuk menghentikan penganiayaan. Ia ditangkap lebih dari 20 kali. Ia disiksa dan diracuni saat ditahan di kamp kerja paksa, rumah sakit jiwa, dan pusat pencucian otak.
Luo pertama kali ditahan pada Oktober 1999, ketika ia datang ke Beijing untuk memohon keadilan bagi Falun Gong. Ia ditahan di beberapa kantor polisi dan pusat penahanan setidaknya 55 hari. Polisi menyiksanya dengan metode “Pesawat Terbang” dan “Membawa Pedang di Punggung” (Tangan diborgol ke belakang dengan satu tangan melalui bahu). Ia diikat di kursi selama delapan hari berturut-turut dan harus membawa kursi bersamanya bahkan ketika ia harus ke kamar mandi.
Pada Maret 2000, Luo dibawa dari rumahnya dan ditahan di rumah sakit jiwa selama lebih dari 10 hari. Ia disiksa dengan “Ranjang Kematian” dan dicekok makan paksa.
Luo mengunjungi Beijing lagi pada Mei 2000 dan Juli 2001 untuk mengajukan petisi kepada pemerintah atas nama Falun Gong. Ia ditangkap dua kali. Dijatuhi hukuman kerja paksa satu tahun untuk pengajuan petisi yang pertama dan tiga tahun untuk yang kedua. Di kamp kerja paksa, penjaga menamparnya berulang kali, membenturkan kepalanya ke dinding, dan menjambak rambutnya. Mereka merantainya ke pemanas untuk mencegahnya tidur. Kekurangan tidur jangka panjang menyebabkan dirinya menderita hipertensi.
Para penjaga juga menginstruksikan tahanan lain untuk memasukkan obat-obatan tak dikenal ke dalam makanan Luo, yang membuatnya pusing dan menjadi pelupa.
Luo dipaksa melakukan kerja berat. Ia pernah dipaksa bekerja selama 48 jam tanpa diizinkan tidur.
Akibatnya, kesehatannya sangat buruk sehingga ia dibebaskan sementara selama beberapa bulan untuk perawatan medis. Polisi menjebloskannya kembali ke kamp kerja paksa ketika ia pergi ke Beijing untuk memohon keadilan bagi Falun Gong lagi saat dalam pembebasan bersyarat.
Sebelum Olimpiade Beijing 2008, polisi menerobos ke rumah Luo, menangkapnya, dan menjatuhkan hukuman tiga setengah tahun penjara. Namun, kesehatan Luo sangat buruk sehingga tidak ada penjara yang mau menerimanya. Polisi harus melepaskannya.
Kasus 2: Dong Ming
Kota Asal: Kota Changchun, Provinsi Jilin
Tanggal mengajukan tuntutan hukum: 17 Juli 2015
Dong Ming (pria) berusia 45 tahun, pernah bekerja di Institut Teknologi dan Informasi di Provinsi Jilin. Karena berlatih Falun Gong, ia dipecat oleh majikannya, ditangkap enam kali, dan dihukum di kamp kerja paksa tiga kali - selama total tiga tahun sembilan bulan.
Dong pergi ke Beijing pada 23 Desember 1999, untuk memohon hak berlatih Falun Gong. Ia ditahan selama 15 hari. Setelah dibebaskan, ia dipecat dari pekerjaannya karena menolak melepaskan Falun Gong. Namun, ini tidak menghentikan Dong untuk berbicara. Ia pergi ke Beijing lagi pada 31 Desember 2000 untuk memohon bagi Falun Gong. Kali ini ia ditahan selama delapan hari. Polisi memukul tulang rusuk dan wajahnya, menggunakan sumpit untuk meremas jari tangannya sampai kulitnya terkelupas, dan ia dicekok makan paksa, menyebabkan luka pada mulut dan gusinya.
Dong ditangkap untuk ketiga kalinya pada Maret 2001 saat ia menghadiri konferensi berbagi pengalaman Falun Gong di Provinsi Guangxi. Ia ditahan selama lebih dari satu bulan di kantor polisi dan pusat pencucian otak. Ia dicekok makan paksa setelah melakukan mogok makan. Kemudian ditahan di ruang isolasi dan dipaksa menonton video-video yang memfitnah Falun Gong. Ia tidak diizinkan untuk bertemu dengan keluarganya.
Pada 13 Maret 2002, Dong ditangkap dan dibawa ke kamp kerja paksa selama 16 bulan. Penjaga memukulnya dengan papan sampai papan pecah menjadi tiga bagian. Ia dipaksa untuk duduk di “bangku kecil” untuk waktu yang lama dan dibatasi penggunaan kamar kecil. Ia ditendang di punggung bawah, menyebabkan rasa sakit parah yang berlangsung selama sebulan. Ia dilarang menerima kunjungan keluarga. Setelah masa hukumannya berakhir, ia dibawa ke pusat pencucian otak.
Pada 27 Mei 2004, Dong ditangkap ketika ia mengunjungi rumah praktisi Falun Gong lainnya. Ia ditahan lagi di kamp kerja paksa selama 16 bulan. Ia disiksa dengan “Bangku Harimau.” Penjaga menuangkan air sedingin es padanya berulang kali sampai ia pingsan. Mereka juga memasukkan minyak wasabi ke hidungnya. Setelah masa kamp kerja paksa berakhir, ia dibawa ke pusat pencucian otak lagi, tetapi dibebaskan segera setelah ia melakukan mogok makan untuk memprotes.
Pada Juli 2007, polisi menangkap Dong di tokonya dan menyita barang-barangnya. Beberapa dari barang sitaan tidak pernah dikembalikan. Polisi meninju dan memukul kepalanya dengan botol air yang belum dibuka. Dong ditahan di kamp kerja paksa selama satu tahun 28 hari.
Kasus 3: Yang Zhiqiang
Kota Asal: Tianjin
Tanggal mengajukan tuntutan hukum: 15 Agustus 2015
Yang Zhiqiang (pria) berusia 61 tahun, mengajukan tuntutan untuk istri dan dirinya sendiri. Istrinya Dong Yuying meninggal setelah menghabiskan tiga tahun sepuluh bulan di Kamp Kerja paksa Wanita Tianjin karena keyakinannya pada Falun Gong. Di kamp tersebut, polisi menyiksa dan melakukan pelecehan seksual dengan memasukkan empat sikat gigi ke dalam vaginanya. Ia dipukuli dan dicekok makan paksa, menyebabkan ia kehilangan tiga gigi. Berat badannya turun dari 80kg menjadi 40kg. Dong meninggal pada 17 Maret 2005, empat bulan setelah ia dibebaskan dari kamp kerja paksa.
Yang ditangkap tiga kali dan ditahan selama total 19 bulan 15 hari. Ia pertama kali ditangkap dan ditahan selama 15 hari pada 20 Juli 1999, ketika ia dan istrinya pergi ke Beijing untuk memohon keadilan bagi Falun Gong.
Pasangan itu pergi ke Beijing lagi pada Oktober 1999. Istrinya ditahan selama lebih dari sebulan dan dipaksa membayar 10.000 yuan sebelum dibebaskan. Yang dikirim ke kamp kerja paksa selama 18 bulan. Ia dikenakan kerja paksa dan dipukuli dengan tongkat karet. Penjaga menyetrum kepala dan tubuhnya dengan tongkat listrik untuk waktu yang lama. Yang masih memiliki bekas luka di sekujur tubuhnya 15 tahun kemudian.
Saat istrinya berada di kamp kerja paksa antara tahun 2000 hingga 2004, Yang dibawa ke pusat pencucian otak selama sebulan, meninggalkan anak-anak mereka tanpa pengawasan.
Kasus 4: Mantan Hakim Tiongkok Mengajukan Tuntutan Pidana Terhadap Jiang Zemin289
Sun Linghua (wanita), mantan hakim dari Kota Jinzhou, Provinsi Liaoning, mengajukan tuntutan terhadap Jiang Zemin pada 8 Juni ke Kejaksaan Agung Rakyat Tiongkok. Sun dipecat dari pekerjaannya dan disiksa di kamp kerja paksa dan penjara karena keyakinannya pada Falun Gong.
Sun diangkat sebagai hakim ketua divisi ekonomi dan hakim ketua divisi administrasi Pengadilan Kabupaten Yi di Kota Jinzhou. Pada tahun 1995 dan 1996, ia diberi penghargaan sebagai pegawai teladan dalam sistem hukum Kota Jinzhou.
Sun dipenjara di Kamp Kerja Paksa Masanjia yang terkenal kejam di Provinsi Liaoning tiga kali. Pada Juni 2003, ia dijatuhi hukuman tujuh setengah tahun dan dikirim ke Penjara Dabei, di mana ia dipaksa melakukan pekerjaan berat, sambil ditekan untuk melepaskan keyakinannya. Ketika Sun dihukum, ia dipecat dari pekerjaannya dan sejak saat itu ia menganggur.
Dalam tuntutannya, Sun mengingat seorang wanita yang kasusnya pernah ia tangani, mengunjunginya ketika ia ditahan di sebuah pusat penahanan. Sun menulis, “Wanita ini memberi tahu polisi di pusat penahanan, 'Ada sekitar 100 hakim dan pejabat pengadilan di daerah ini. Sun Linghua mungkin satu-satunya yang menolak menerima suap. Orang jujur seperti itu seharusnya tidak dipenjara.’”
Banyak orang telah mendukungnya dan mengutuk penganiayaan, kenang Sun. “Seorang petugas polisi pusat penahanan pernah mengatakan kepada saya bahwa ia menghormati saya karena standar moral saya. Seorang atasan tempat saya bekerja menangis ketika ia mengunjungi saya di pusat penahanan. Ia berjanji akan berupaya yang terbaik untuk membebaskan saya.”
Sebelum berlatih Falun Gong, Sun memiliki banyak masalah kesehatan, termasuk lumbar spondylosis, neurasthenia, penyakit jantung rematik, mastitis, dan kolitis. Tahun itu, seorang dokter memperkenalkannya pada Falun Gong. Setelah satu tahun berlatih, semua penyakitnya sembuh. Ia tidak pernah perlu ke rumah sakit lagi sejak 1996.
Dalam tuntutan hukumnya, Sun juga menuntut Jiang Zemin karena telah membuat propaganda fitnah untuk menipu public dan membangkitkan kebencian publik terhadap Falun Gong, serta memaksa dan membujuk pejabat pemerintah untuk terlibat dalam penganiayaan.
Kasus 5: Pensiunan Laksamana Pertama Angkatan Laut Menuntut Mantan Diktator Tiongkok290
Seorang pensiunan Laksamana Pertama Angkatan Laut PLA (Tentara Pembebasan Rakyat) mengirimkan tuntutan pidana ke Kejaksaan Agung Rakyat, menuntut mantan diktator Tiongkok Jiang Zemin karena telah melancarkan penindasan brutal terhadap Falun Gong yang menyebabkan penderitaannya yang luar biasa.
Laksamana Pertama Zhou Yi, 79 tahun, pensiun sebagai profesor di Universitas Penerbangan dan Astronautika Angkatan Laut. Dalam berkasnya, dia menyampaikan bahwa Jiang melanggar hak konstitusionalnya atas kebebasan berkeyakinan dan membuka pintu bagi penangkapan serta pemenjaraan ilegal terhadapnya, orang yang tidak melakukan kesalahan. Mengenai penganiayaan Falun Gong secara umum, Zhou mengatakan Jiang telah melakukan genosida, penyiksaan, dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Zhou meminta Mahkamah Agung Rakyat untuk memerintahkan Jiang Zemin mengeluarkan permintaan maaf terbuka karena telah memfitnah Falun Gong untuk menghasut kebencian publik, dan menebus penderitaan yang dialami oleh pendiri dan praktisi Falun Gong, termasuk Zhou dan keluarganya.
§12.2 Ringkasan Statistik
Antara akhir Mei hingga 31 Desember 2015:
1) 201.803 praktisi Falun Gong dan anggota keluarga mereka mengajukan tuntutan pidana terhadap Jiang Zemin ke pengadilan tertinggi Tiongkok.
2) 171.059 dari mereka mengirimkan salinan tuntutan ke Minghui.org.
3) 134.176 kasus dikonfirmasi telah diserahkan ke Kejaksaan Agung Rakyat dan Mahkamah Agung Rakyat, atau sekitar 78,4% dari semua tuntutan yang dikirimkan.
Di antara para penuntut, 2.189 berasal dari Taiwan dan 28 negara lainnya, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, Korea Selatan, Selania Baru, Thailand, Jepang, Inggris, Malaysia, Jerman, Belanda, Swedia, Singapura, Prancis, Spanyol, Indonesia, Irlandia, Denmark, Finlandia, Norwegia, Italia, Portugal, Swiss, Polandia, Rumania, Belgia, Peru, dan Hungaria.
Penuntut di Tiongkok berasal dari 33 administrasi setingkat provinsi, termasuk 22 provinsi, 4 kota madya (Beijing, Tianjin, Shanghai, Chongqing), 5 daerah otonom (Guangxi, Mongolia Dalam, Tibet, Ningxia, Xinjiang), dan 2 wilayah administrasi khusus (Hongkong, Makau).
Per tanggal 25 Oktober 2016, total 209.908 tuntutan hukum telah diajukan terhadap Jiang Zemin.
§12.3 Pembalasan Terhadap Praktisi
Banyak praktisi telah dilecehkan, diinterogasi, ditangkap, atau bahkan dihukum karena mengajukan tuntutan pidana terhadap Jiang Zemin. Pada akhir tahun 2017, PKT juga meluncurkan kampanye “mengetuk pintu” untuk melacak praktisi yang telah menuntut Jiang dan/atau masih terus berlatih Falun Gong.
Di antara 19.095 kasus pelecehan dan penangkapan terhadap praktisi Falun Gong, 7.056 merupakan aksi balas dendam aparat karena mengajukan tuntutan hukum terhadap Jiang Zemin. 291
§§12.3.1 Contoh Pembalasan
›12.3.1(a) 36 Dihukum di Chaoyang, Provinsi Liaoning 292
Lebih dari 300 penduduk setempat dari Kota Chaoyang dan sub wilayahnya ditangkap pada November 2015. Para praktisi telah mengajukan tuntutan pidana terhadap Jiang Zemin, menuduh mantan diktator Tiongkok itu melancarkan penganiayaan terhadap Falun Gong, yang mengakibatkan penangkapan dan penahanan berulang kali. Pemerintah setempat bergerak cepat mengadili para praktisi Falun Gong yang ditangkap dalam beberapa bulan berikutnya. Hingga saat ini, 36 praktisi yang ditangkap dipastikan telah dijatuhi hukuman penjara, dengan jangka waktu mulai dari 6 bulan hingga 12 tahun.
Di bawah ini adalah daftar praktisi dan hukumannya:
1. Jiang Wei, 12 tahun
2. Liu Dianyuan, 11,5 tahun
3. Li Guojun, 11 tahun
4. Lin Mengfen, 10 tahun
5. Chen Suying, 9 tahun
6. Ma Yanhua, 7 tahun
7. Lin Jiangmei, 7 tahun dan denda 20.000 yuan
8. Wu Jinping, 7 tahun
9. Xie Jianping, 7 tahun
10. Xu Jinfeng, 7 tahun
11. Yin Xiuzhi, 7 tahun dan denda 20.000 yuan
12. Zhou Ruixue, 6,5 tahun
13. Song Zhifu, 6 tahun
14. Liu Shuhua, 5 tahun
15. Wang Guojun, 5 tahun
16. Wang Qing, 5 tahun
17. Wang Yuhua, 5 tahun
18. Chi Shuhua, 4 tahun
19. Wang Zhiguo, 4 tahun
20. Zhao Hongjun, 4 tahun
21. Zhang Yongkui, 3 tahun
22. Zhang Haifeng, 3 tahun
23. Li Zhihong, 3 tahun dengan masa percobaan 4 tahun
24. Liu Yaping, 3 tahun dengan masa percobaan 4 tahun
25. Sun Liancheng, 3 tahun dengan masa percobaan 4 tahun
26. Xu Xiuhua, 3 tahun dengan masa percobaan 4 tahun
27. Yang Zemei, 3 tahun dengan masa percobaan 4 tahun
28. Zhang Weimin, 3 tahun dengan masa percobaan 4 tahun
29. Zhao Hongxue, 3 tahun dengan masa percobaan 4 tahun
30. Yang Qinghua, 3 tahun dengan masa percobaan 4 tahun
31. Lv Xin, 2 tahun dengan masa percobaan 3 tahun
32. Jing Fei, 1 tahun dan denda 2.000 yuan
33. Ren Man, 1 tahun
34. Huo Huixian, enam bulan
35. Sha Jintang, masa percobaan (vonis yang aktual tidak diketahui)
36. Huang Lixin, masa percobaan (vonis yang aktual tidak diketahui)
›12.3.1(b) Suami Istri Dihukum karena Menuntut Mantan Diktator Tiongkok293
Sepasang suami istri di Kabupaten Binchuan keduanya dijatuhi hukuman penjara karena mengajukan tuntutan pidana terhadap Jiang Zemin dan meminta pertanggungjawaban mantan diktator Tiongkok itu karena memulai penganiayaan terhadap Falun Gong. Shi Jianwei dan istrinya Xiao Zhu berulang kali dianiaya selama 17 tahun karena menolak melepaskan Falun Gong. Setelah mengajukan pengaduan hukum, Shi dijatuhi hukuman enam setengah tahun dan Xiao lima tahun. Saat ini mereka sedang dalam proses banding atas vonisnya.
Kasus 1: Kabupaten Tetangga Mengambil Alih Setelah Pengaduan Pengacara
Pasangan itu ditangkap pada 16 Oktober 2015. Shi dibawa ke Pusat Penahanan Kabupaten Binchuan dan Xiao ke Pusat Penahanan Kota Dali.
Pengacara mereka menemui banyak kendala dalam usahanya untuk membela hak konstitusional mereka untuk mencari keadilan terhadap Jiang Zemin karena melanggar hak bebas berkeyakinan mereka.
Kedua pusat penahanan menolak permintaan pengacara untuk bertemu dengan kliennya sebanyak empat kali. Yang Yu, kepala Kantor Keamanan Domestik Kabupaten Binchuan, mengklaim bahwa kasus pasangan itu menyangkut keamanan nasional dan pertemuan dengan pengacara tidak diizinkan.
Pengacara kemudian mengajukan keluhan terhadap Yang ke lembaga pemerintah terkait.
Seorang wakil jaksa dari Kejaksaan Binchuan menolak permintaan pengacara untuk meninjau kasus pasangan itu. Pengacara lanjut mengajukan pengaduan terhadap jaksa dan meminta agar kasus tersebut dipindahkan ke yurisdiksi yang berbeda.
Kejaksaan Kota Dali, pengawas administrasi Kejaksaan Binchuan, kemudian memerintahkan Kejaksaan Kabupaten Xiangyun dan Pengadilan Kabupaten Xiangyun untuk mengambil alih kasus.
Kasus 2: Akses ke Persidangan Dibatasi
Kejaksaan Kabupaten Xiangyun mendakwa pasangan tersebut, yang diadili oleh Pengadilan Kabupaten Xiangyun pada 23 Juni tahun ini.
Hanya beberapa anggota keluarga pasangan tersebut yang diizinkan masuk ke ruang sidang. Praktisi Falun Gong setempat yang datang untuk mendukung pasangan itu dilarang memasuki gedung pengadilan.
Kasus 3: Jaksa Tidak Terdaftar
Segera setelah sidang dimulai, Shi meminta agar hakim dan jaksa yang juga anggota Partai Komunis Tiongkok mengundurkan diri, karena dia menganggap mereka tidak layak untuk mengadili dia dan istrinya. Hakim ketua memerintahkan reses sebagai tanggapan.
Pengacara selanjutnya melihat dua jaksa lain hadir walau surat dakwaan hanya mencantumkan satu nama. Dia mendesak majelis untuk mengetahui identitas dua jaksa tambahan itu.
Hakim ketua awalnya mengabaikan permintaan itu, tetapi dia mengalah dan mengumumkan reses kedua ketika pengacara terus memprotes pelanggaran prosedural. Jaksa tambahan mengungkapkan identitas mereka ketika sidang dilanjutkan. Mereka adalah agen khusus dari Kejaksaan Kota Dali.
Kasus 4: Pasangan Bersaksi Melawan Polisi
Shi mengatakan Yang Yu, petugas Keamanan Domestik yang disebutkan di atas, memerintahkan lebih dari selusin bawahannya untuk memukulinya sebanyak tiga kali. Mereka memutar lengannya ke belakang, menendang punggung dan perutnya, dan mendorongnya jatuh ke lantai dan menginjak-injak kepalanya.
Xiao mengatakan dia juga disiksa selama interogasi polisi. Dia juga bersaksi bahwa polisi mengancamnya dengan keselamatan putri pasangan itu.
Pasangan itu menjelaskan bahwa mereka merasa terdorong untuk melakukan segala yang mereka bisa untuk menghentikan penganiayaan terhadap Falun Gong, dan menuntut Jiang Zemin adalah sebuah langkah maju.
Mereka divonis pada 5 Agustus.
›12.3.1(c) Polisi Melancarkan Kampanye “Mengetuk Pintu” untuk Melecehkan Praktisi Falun Gong252
Polisi di berbagai wilayah di Tiongkok datang ke rumah-rumah praktisi Falun Gong sebelum Kongres Nasional ke-19 Partai Komunis Tiongkok pada Oktober 2017. Petugas mengatakan bahwa mereka sedang melaksanakan perintah “Mengetuk Pintu.”
Praktisi ditanyai apakah mereka masih berlatih Falun Gong. Para petugas juga menanyakan tentang pekerjaan mereka dan aspek lain dari kehidupan mereka. Beberapa mengatakan mereka tidak memiliki niat buruk tetapi harus membawa sesuatu untuk dilaporkan kepada atasan mereka.
Di beberapa daerah, polisi mencoba membuat praktisi menandatangani “pernyataan jaminan” untuk tidak berlatih lagi, tidak berpartisipasi dalam kegiatan yang berkaitan dengan Falun Gong, dan tidak mengajukan banding ke pengadilan yang lebih tinggi. Petugas lain memeriksa komputer atau printer di rumah praktisi dan memeriksa apakah praktisi menggunakan internet. Beberapa menyita buku-buku Falun Gong milik praktisi.
Petugas sering kali membawa daftar praktisi yang mereka kenal sebelum penganiayaan Partai Komunis terhadap Falun Gong dimulai pada 1999, serta nama-nama praktisi yang telah mengajukan tuntutan pidana terhadap mantan pemimpin Tiongkok Jiang Zemin, yang mendalangi penganiayaan.
»Kampanye Nasional
Polisi di Lechang, Provinsi Guangdong, mengganggu para praktisi yang telah dicatat oleh polisi pada tahun 1999 atau telah berpartisipasi dalam tuntutan pidana terhadap Jiang Zemin. Petugas bahkan menanyai anggota keluarga praktisi yang telah meninggal.
Polisi dan petugas keamanan domestik di Distrik Kuiwen Kota Weifang, Provinsi Shandong mengganggu praktisi yang telah mengajukan tuntutan pidana terhadap Jiang. Mereka membawa peralatan perekam audio dan video untuk memeriksa praktisi-praktisi ini, yang kemudian berbicara kepada mereka tentang Falun Gong dan penganiayaan.
Sekitar 100 praktisi di Distrik Fushun di Provinsi Liaoning diganggu. Polisi setempat dan petugas komunitas pergi ke rumah atau menelepon praktisi, menyatakan bahwa mereka bertindak atas perintah atasan mereka untuk menyelidiki. Beberapa petugas mengambil foto atau video praktisi, menyita buku-buku Falun Gong dan materi tertulis mereka, dan memeriksa apakah mereka menggunakan internet.
Kota Guanshan, Provinsi Shanxi, petugas polisi menanyai praktisi tentang siapa yang baru saja mereka hubungi dan apakah mereka masih berlatih Falun Gong. Mereka mencoba meminta praktisi menandatangani dokumen yang mengkritik Falun Gong tetapi tidak berhasil.
Beberapa praktisi di Henan, Jiangsu, Jiangxi, dan Ningxia diancam agar mereka menandatangani surat yang menyatakan bahwa mereka akan berhenti berlatih Falun Gong. Ada praktisi di beberapa daerah yang menandatangani nama mereka, termasuk banyak yang memang telah melepaskan latihan mereka pada awal penganiayaan.
§12.4 Dukungan Publik Meningkat
Gelombang tuntutan hukum terhadap Jiang Zemin telah menerima dukungan luas baik di dalam maupun di luar Tiongkok.
§§12.4.1 Laporan 2016: Lebih dari 14.000 Orang Menuntut Jiang Zemin294
Banyak orang yang bukan praktisi juga bergabung dalam seruan agar mantan diktator Tiongkok itu diadili atas kejahatannya terhadap praktisi Falun Gong. Mereka telah menunjukkan dukungan mereka dengan menandatangani petisi yang disiapkan oleh praktisi.
Menurut informasi yang dikumpulkan oleh situs web Minghui, sebanyak 14.408 orang dikonfirmasi telah mengajukan tuntutan pidana terhadap Jiang atau menandatangani petisi terkait pada Mei 2016.
Mereka termasuk: 7.484 orang di Yueyang, Provinsi Hunan; 1.522 di Linquan, Provinsi Anhui; 1.207 di Wuhan, Provinsi Hubei; 2.707 dari Laizhou, Provinsi Shandong; dan 1.488 di Teiling, Provinsi Liaoning.
§§12.4.2 Taiwan: Dewan Kota New Taipei Mengesahkan Resolusi Mendukung Penuntutan terhadap Mantan Pemimpin Tiongkok295
Dewan Kota New Taipei dengan suara bulat mengeluarkan resolusi “mendukung tuntutan hukum terhadap Jiang Zemin dan menyerukan segera diakhirinya penganiayaan terhadap Falun Gong.”
Pada 20 Oktober 2016, New Taipei menjadi kota ke-13 di Taiwan yang mengeluarkan resolusi mendukung gerakan ratusan ribu korban dan pendukung untuk menuntut mantan pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT) Jiang Zemin karena melancarkan penganiayaan terhadap Falun Gong.
“Penganiayaan Falun Gong selama 17 tahun oleh PKT dan pengambilan organ hidup-hidup tidak dapat ditoleransi,” kata anggota dewan Cheng Chin-long, yang mensponsori resolusi tersebut. “Pemerintah demokratis, termasuk New Taipei, Taichung, dan kota-kota lain, menghormati hak asasi manusia. Ini adalah nilai universal Taiwan.”
Dia mengatakan bahwa meskipun Tiongkok berkembang pesat, negara ini jauh tertinggal dalam hal hak asasi manusia. “Kebebasan dan hak asasi manusia adalah nilai-nilai universal. Pengesahan resolusi tersebut mewakili suara empat juta warga New Taipei. Ini menyerukan kepada pemerintah Tiongkok untuk menghormati hak asasi manusia, terutama hak praktisi Falun Gong,” tambah Cheng.
Anggota dewan Hsu Chao-hsing mengatakan dalam sebuah wawancara, “Kami mendukung praktisi Falun Gong menentang perlakuan tidak adil. Saya berharap mereka terus berjuang untuk kebebasan, karena itu adalah hal yang benar untuk dilakukan.”
“Pengambilan paksa organ hidup-hidup tidak manusiawi dan bertentangan dengan hak dasar untuk hidup,” kata anggota dewan Lin Chiu-hui dalam sebuah wawancara. “Kebebasan berkeyakinan adalah bagian dari kehidupan. Merusaknya akan membawa kecaman di seluruh dunia.”
Dia menekankan, “Jiang harus bertanggung jawab atas kejahatannya. Hak asasi harus dikembalikan kepada praktisi Falun Gong dan nama mereka dibersihkan.”
§§12.4.3 Lebih dari 2,6 Juta Tanda Tangan Petisi Mendukung Tindakan Hukum Terhadap Jiang
Pada 8 Desember 2017, lebih dari 2,6 juta orang telah menandatangani petisi yang menyerukan agar Jiang Zemin diadili karena memulai penganiayaan terhadap Falun Gong. Ini termasuk 770.000 tanda tangan yang dikumpulkan di tujuh negara Asia (tidak termasuk Tiongkok) pada tahun 2015 saja.
Seseorang di Tiongkok yang menandatangani petisi tersebut menjelaskan: 296
Ibu saya sembuh dari penyakitnya dan dalam keadaan sehat setelah berlatih Falun Gong sebelum Juli 1999. Namun, dia berhenti berlatih karena takut setelah Jiang Zemin memulai penganiayaan terhadap Falun Gong. Setelah itu, dia tidak lagi memiliki toleransi dan sering memarahi orang lain. Penyakitnya kemudian kambuh kembali, dan dia harus menjalani operasi. Saya tahu ibu saya tidak akan berada dalam kondisi seperti itu jika tidak ada penganiayaan. Jiang Zemin-lah yang membahayakan ibu saya. Jadi, saya juga ingin menuntut Jiang dan berharap Kejaksaan Agung akan mengajukannya ke pengadilan.”
Seorang warga Taipei mengatakan setelah memberikan tanda tangannya, "Menandatangani petisi adalah hal yang benar untuk dilakukan. Pengambilan dan penjualan organ tubuh [praktisi] adalah kesalahan besar, dan siapa pun dapat bersikap, mengutuk [para pelaku], menuntut Jiang diadili, dan menghentikan penganiayaan." 297
(Bersambung)