Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Di Hari-Hari yang Tak Tertahankan (Bagian I)

20 Maret 2024 |   Oleh Li Wenming

(Minghui.org) [Catatan Editor] Pada Agustus 2002, Li Wenming berpartisipasi dalam acara interupsi sinyal TV untuk menyiarkan program tentang Falun Gong di provinsi Qinghai dan Gansu. Dia dijatuhi hukuman sewenang-wenang 20 tahun penjara oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan dikirim ke Penjara Lanzhou pada 2003. Li akhirnya dibebaskan pada Agustus 2021. Ini adalah kisah pribadinya tentang penganiayaan yang dialaminya.

***

Sebelum saya dianiaya, saya sulit percaya bahwa sekelompok orang yang mengikuti nilai-nilai universal Sejati-Baik-Sabar, kelompok yang hanya ingin menjadi baik dan bermanfaat bagi negara dan masyarakat, akan ditindas dan dianiaya secara brutal. Namun hal ini masih terjadi di Tiongkok.

Pada 20 Juli 1999, mantan pemimpin PKT Jiang Zemin menggunakan setiap organ pemerintah untuk secara brutal menindas jutaan orang yang berlatih Falun Gong (juga dikenal sebagai Falun Dafa). Pencipta Falun Dafa, Guru Li Hongzhi, dan Falun Dafa difitnah, dan praktisi dianiaya. Mereka ingin memohon keadilan dan pergi ke Lapangan Tiananmen dan departemen pemerintah untuk memberi tahu dunia tentang ketidakadilan ini dan mengklarifikasi fakta tentang Falun Dafa dan penganiayaan.

Praktisi yang mengajukan permohonan menjadi sasaran penindasan yang lebih parah. Jiang Zemin menerapkan kebijakan untuk “mencemarkan nama baik mereka, membuat mereka bangkrut secara finansial, dan menghancurkan mereka secara fisik,” dan penganiayaan pun diluncurkan.

Guru berkata,

“Dosa besar dari sepanjang zaman ini, dosa besar yang jahatnya penuh meliputi cakrawala alam semesta, membuat semua Dewa dalam mahacakrawala menjadi murka!” (Memutar Roda Kepada Dunia Manusia, Petunjuk Penting Untuk Gigih Maju III)

Saya ditangkap oleh PKT sebanyak empat kali dan ditahan sewenang-wenang selama 21 tahun 6 bulan, selama itu saya menjadi sasaran penyiksaan dan penghinaan yang tidak manusiawi. Ketika saya mengingat tragedi penganiayaan, saya tidak bisa menahan tangis. Saya menangis atas belas kasih dan penderitaan yang ditanggung Guru terhadap semua makhluk hidup, dan saya kagum dengan keagungan Dafa dan ketekunan para praktisi. Saya memutuskan untuk mengungkap sisi gelap dan fakta mengerikan dari sistem politik dan hukum PKT di Tiongkok, untuk menyadarkan hati nurani masyarakat dunia, mengungkap penipuan dan kebohongan, sehingga orang-orang dapat benar-benar memahami Falun Dafa dan praktisi.

Saya Mulai Berlatih Falun Dafa

Nama saya Li Wenming (atau Li Mingyi). Saya bekerja di Pabrik Lokomotif Lanzhou di Provinsi Gansu. Sebelum mulai berlatih Falun Dafa, saya sangat egois. Saya sering membawa pulang barang dari pabrik. Ketika tiba waktunya untuk mengganti biaya, saya melaporkan secara berlebihan, dan melaporkan beberapa biaya yang seharusnya tidak diganti. Saya juga menderita berbagai penyakit kronis: pernafasan, pencernaan, dan saluran kemih. Punggung bagian bawah saya sakit, anggota tubuh saya lemah, rasa tidak enak badan dan faringitis kronis menemani saya sepanjang tahun. Saya berlatih beberapa hal lain, tetapi tidak ada yang membantu.

Pada 1996, saya beruntung mendengar tentang Falun Dafa. Ajaran Guru yang mendalam segera menarik perhatian dan saya memahami mengapa kita menjadi manusia. Saya meneteskan air mata ketika menonton video ceramah Guru. Pandangan saya tentang kehidupan berubah secara radikal. Saya menyadari bahwa saya telah mencari Guru dan Dafa.

Setelah saya mulai berlatih, banyak penyakit saya hilang secara ajaib. Moral saya juga meningkat. Saya mengembalikan barang yang saya ambil dari pabrik, dan tidak lagi mengajukan permintaan penggantian kecuali barang tersebut sah. Saya mengikuti ajaran Dafa dalam segala hal yang saya lakukan.

Lebih dari 20 Tahun Penganiayaan Brutal Dimulai

Lobsang Lingzhidorje, mantan sekretaris Komite Urusan Politik dan Hukum Provinsi Gansu, secara terbuka memfitnah Dafa dan melecehkan serta mengusir praktisi dari tempat latihan di seluruh provinsi. Dia memerintahkan agar rumah praktisi digerebek. Pada 27 April 1999, praktisi dari Lanzhou dan wilayah lain di provinsi tersebut pergi ke kantor pemerintah provinsi untuk mengajukan permohonan, menuntut pemerintah mengakhiri tindakan sembrono Lingzhidorje dan agar mereka diizinkan memiliki lingkungan yang tidak diganggu sehingga mereka dapat berlatih.

Saya berpartisipasi dalam permohonan sebagai salah satu dari lima perwakilan praktisi. Seorang petugas dari pemerintah provinsi mengatakan, “Pidato Lingzhidorje adalah tindakan pribadinya dan tidak mewakili pemerintah. Pemerintah tidak pernah melarang kegiatan latihan bersama.” Namun di hari-hari berikutnya, gangguan terus berlanjut dan semakin intensif.

Pada bulan Mei, praktisi dari Lanzhou pergi ke komite Partai provinsi untuk mengajukan permohonan lagi. Saya sekali lagi berpartisipasi sebagai salah satu dari lima perwakilan praktisi. Seorang sekretaris jenderal komite Partai provinsi menemui kami. Dia mengambil sikap yang sangat keras, dan menghindari pembicaraan tentang penindasan. Dia meminta kami untuk memiliki “pemahaman yang jelas mengenai situasi ini” dan mematuhi “hukum.”

Kami tidak terintimidasi oleh sikap kerasnya. Dalam beberapa hari berikutnya, lebih banyak praktisi mengajukan permohonan kepada komite PKT provinsi.

Saya Ditangkap, Ditahan, dan Dianiaya

Saya sedang bertugas malam di Pabrik Lokomotif Lanzhou, ketika pada 21 Juli 1999 pukul 3 pagi Departemen Kepolisian Distrik Qilihe mengirim lebih dari 10 orang untuk menangkap saya. Saya ditahan di sebuah kamar di sudut lantai pertama Hotel Xiankelai. Lebih dari 20 praktisi, termasuk Yuan Jiang, Ge Junying, Peng Jian, Peng Bo, Yu Jinfang, Wang Zhangxiu, Xi Lilin, Wen Shixue, Cao Jun, Shi Xiaoquan, dan Hua Jinchuan, ditangkap secara bersamaan tetapi ditahan di lokasi berbeda seperti Pearl Hotel dan Villa Longbao.

Dua puluh hari kemudian, mereka membebaskan beberapa praktisi tetapi memenjarakan Yuan Jiang (yang meninggal pada November 2001 di usia 29 tahun), Ge Junying, Peng Jian, Peng Bo, Yu Jinfang, Wang Zhangxiu, dan saya di Hotel Rakyat selama enam bulan, mencoba memaksa kami untuk berhenti berlatih Falun Gong. Mereka membebaskan saya enam bulan kemudian, namun meminta tempat kerja untuk mengawasi saya.

Saya Ditangkap Saat Pergi ke Beijing untuk Mengajukan Permohonan

Setiap Rabu sore, kami harus pergi ke departemen kepolisian kota untuk berpartisipasi dalam kelas cuci otak. Menjelang Tahun Baru Tiongkok, saya memanfaatkan pelonggaran pengawasan unit kerja dan melarikan diri. Saya naik kereta dari Lanzhou ke Beijing. Praktisi di Beijing membawa saya ke rumah kontrakan di Huilongguan, Distrik Changping. Banyak praktisi dari seluruh penjuru negeri berada di sana. Mereka membawa spanduk bertuliskan “Falun Dafa baik” dan “Sejati-Baik-Sabar baik” ke Lapangan Tiananmen untuk mengajukan permohonan bagi Dafa.

Saya membuat spanduk untuk dua atau tiga hari ke depan. Ketika polisi mengetahui lokasi kami, petugas dari Kantor Polisi Huilongguan di Beijing mengepung tempat itu dan menangkap kami, sekitar empat puluh atau lima puluh praktisi. Mereka membawa kami ke Kantor Polisi Huilongguan dan mendorong praktisi pria ke tanah. Mereka menendang kepala kami, dan menginjak wajah kami.

Saat itu musim dingin di Beijing, namun polisi menanggalkan pakaian kami, dan menyuruh kami berdiri di luar sambil memegang bongkahan es. Apa yang mereka lakukan sungguh keji, namun kami tidak takut dan tidak merasakan sakit apa pun. Ajaibnya, kami tidak merasa kedinginan, malah merasa nyaman. Praktisi wanita yang berada di dalam berteriak untuk memberi semangat kepada kami, dan meminta polisi untuk melepaskan kami. Baru setelah itu mereka berhenti memukuli kami. Kami melafalkan Lunyu dan memulai mogok makan bersama untuk memrotes penangkapan kami.

Polisi segera menginterogasi kami. Beberapa praktisi menolak memberikan nama dan alamat mereka, sehingga mereka ditahan di pusat penahanan di Beijing. Saya dibawa ke Kantor Penghubung Lanzhou di Beijing, di mana direktur memborgol saya. Keesokan harinya dia menyerahkan saya kepada kapten Departemen Kepolisian Kota Lanzhou dan kepala departemen keamanan Pabrik Lokomotif Lanzhou, yang datang menjemput saya.

Penganiayaan di Pusat Penahanan Xiguoyuan di Lanzhou

Pada Malam Tahun Baru Tiongkok saya dikirim ke Pusat Penahanan Kota Lanzhou di Xiguoyuan.

Sebuah sel biasanya menampung antara 20 dan 30 orang, terkadang lebih dari 40 orang. Saking ramainya, udara terasa menyesakkan. Beberapa sel tidak mempunyai tempat tidur susun, sehingga orang harus tidur di lantai. Ketika mereka bangun untuk menggunakan toilet, tempatnya biasanya diambil oleh orang lain. Tempat itu penuh dengan tikus dan kutu, dan orang-orang terserang penyakit kudis. Tidak ada perawatan medis, sehingga mereka menjemur kulit di bawah sinar matahari untuk mensterilkannya. Daging beberapa narapidana membusuk.

Kami dipaksa melakukan kerja paksa. Kami mengupas biji melon di musim dingin. Mereka yang tidak dapat menyelesaikan tugas pada siang hari harus bekerja lembur. Beberapa menggunakan gigi dan kuku mereka untuk mengupas bijinya, sehingga menyebabkan gigi atau kuku mereka tanggal. Kami dipukuli jika gagal menyelesaikan tugas. Ketika seseorang dipukuli sampai mati, mereka dicatat sebagai “kematian karena sebab alamiah.” Ada seratus delapan cara memukul orang, yang oleh para penjaga disebut sebagai “hidangan.” Setiap hidangan adalah teknik pemukulan.

Setelah ditahan sewenang-wenang selama hampir tiga bulan, saya memberi tahu He Bo dan Wei Dong dari Departemen Kepolisian Kota Lanzhou ketika mereka menginterogasi saya: Hukuman penahanan saya sudah berakhir, dan menahan saya melebihi batas waktu adalah tindakan ilegal. Ketika ditahan selama 97 hari, mereka mengubah status saya menjadi pengawasan perumahan.

Ketika saya meninggalkan pusat penahanan, saya mendengar istri saya, Xiao Yanhong, dijatuhi hukuman kerja paksa selama satu tahun dan ditahan di Kamp Kerja Paksa Ping'antai. Saya mengunjunginya dan melihat kulitnya pucat dan tubuhnya bengkak. Hanya sekejap, pertemuan kami berakhir.

Dipenjara dan Disiksa di Kamp Kerja Paksa karena Berduka atas Yao Baorong

Pada Mei 2000 saya mendengar bahwa praktisi Yao Baorong dianiaya hingga meninggal oleh petugas dari Departemen Kepolisian Distrik Anning. Saya memberi tahu praktisi lain bahwa kami harus memasang spanduk duka dan mengadakan upacara peringatan.

Karena itu, saya kembali ditangkap oleh Departemen Kepolisian Qilihe. Saya dibawa ke ruang tahanan Departemen Kepolisian Qilihe, di mana saya ditahan selama 48 jam. Saya kemudian dipindahkan ke Pusat Penahanan Xiguoyuan selama 21 hari. Saya melakukan mogok makan. Saya dikirim ke kamp kerja paksa selama delapan belas bulan.

Setelah itu He Bo dan seorang polisi muda lainnya membawa saya ke Kamp Kerja Paksa Ping'antai. Polisi muda itu berbisik kepada saya: Penindasan terhadap Falun Gong ini tidak akan bertahan lebih dari tiga tahun. Saya turut berbahagia untuknya—dia adalah petugas polisi pertama yang saya temui yang memahami fakta kebenaran.

Selama lima bulan di Skuadron Kedua, Brigade Ketiga di kamp kerja paksa, saya berulang kali melakukan mogok makan untuk memrotes penganiayaan. Mereka tidak mengizinkan saya melakukan latihan. Ketika penjaga melihat saya melakukan latihan di luar, mereka membawa saya kembali ke sel. Pemimpin skuadron Zhang Quanxing mengirim tujuh narapidana untuk mengawasi saya.

Musim gugur itu, saya mulai mengalami diare, dan berulang kali pergi ke toilet. Berat badan saya turun, namun kondisi mental saya sangat baik. Instruktur Duan Jiping memerintahkan beberapa narapidana untuk menahan saya di tanah. Mereka membuka gigi saya dengan sendok besi dan dengan paksa menuangkan obat ke dalam mulut saya. Dalam prosesnya, gigi saya patah.

Penjaga kamp kerja paksa memberikan pekerjaan yang paling kotor dan melelahkan kepada praktisi. Kami harus mengambil kotoran dari toilet dan membentuknya menjadi tumpukan persegi untuk difermentasi. Saat makan siang, tangan kami kotor, tetapi kami tidak diberi air untuk mencucinya.

Menonton Adegan Bakar Diri di Tiananmen di TV Kamp Kerja Paksa

Pada 23 Januari 2001 pukul 7 malam, brigade mengatakan ada “berita penting” dan menyuruh kami menonton televisi. Saya dibawa ke baris pertama, didorong ke tanah, dan disuruh duduk. Saya tahu itu adalah fitnah lain terhadap Dafa, jadi saya menutup mata. Penjaga memerintahkan dua narapidana untuk membuka kelopak mata saya.

Adegan “bakar diri di Tiananmen” disiarkan di TV. Praktisi Shen Shiyong berdiri dan menjelaskan bahwa Falun Dafa memandang bunuh diri sebagai dosa, dan praktisi tidak diperbolehkan membunuh atau bunuh diri. Dia mengatakan orang-orang yang melakukan “bakar diri” bukanlah praktisi Falun Dafa. Shen Shiyong secara paksa dibawa ke kantor brigade, dan diikat dengan tali yang sangat tipis selama lebih dari satu jam.

Setelah adegan “bakar diri Tiananmen” disiarkan, Kamp Kerja Paksa Ping’antai mulai menindas praktisi dengan lebih kejam. Pemimpin brigade polisi Ma Wu memerintahkan para narapidana untuk menyiksa praktisi Jin Jilin dengan memasukkan satu tangan di antara kedua kakinya dan memborgol tangan lainnya dalam waktu lama. Akibatnya dia tidak bisa berdiri atau berjalan.

Mereka memborgol tangan Wang Maolin dan menggantungnya di kawat. Mereka menginstruksikan narapidana untuk memukul perutnya, menyebabkan dia mengompol.

Kematian Qian Shiguang

Qian Shiguang berusia 60 tahun. Mereka memukulinya begitu keras hingga wajahnya berubah bentuk. Setiap kali dia pergi ke tempat ramai atau brigade lain lewat, dia meneriakkan “Falun Dafa baik!” Oleh karena itu, dia dipukuli lagi. Dia berkata, “Di mana pun saya berada, saya harus memberi tahu dunia bahwa Falun Dafa adalah baik.”

Sebelum dipenjara, Qian Shiguang selalu membawa materi klarifikasi fakta dan membagikannya. Dia dilaporkan, ditangkap dan dibawa ke Pusat Pencucian Otak Gongjiawan. Ketika dia sekarat dia tidak lupa mengingatkan praktisi lain untuk memancarkan pikiran lurus. Dia meninggal dengan luka-luka yang dideritanya akibat penyiksaan.

Kematian Song Yanzhao

Wajah Song Yanzhao berubah bentuk, dan lima tulang rusuk patah akibat penyiksaan, namun penjaga masih memaksanya melakukan pekerjaan berat. Penjaga Bao Ping memerintahkan dua narapidana untuk menggantung tangan Song Yanzhao pada kawat dan memukulinya dengan kejam. Tulang rusuknya patah. Kami meminta penjaga untuk mengirimnya ke rumah sakit, namun dia bahkan dianiaya dengan lebih brutal oleh penjaga Kang Shicheng, Wang Wenchang, dan Bao Ping. Kang Shicheng memberi tahu Song Yanzhao, “Saya mendengar tulang rusukmu patah. Kemarilah, kami akan mentraktirmu.” Mereka mendorong tubuh Song Yanzhao ke tanah dan memukul bagian tubuhnya yang terluka, menyebabkan dia menjerit.

Song Yanzhao dianiaya sampai meninggal, namun dia tidak pernah berhenti percaya pada Dafa.

Saya Disiksa Lagi

Saya diseret ke kamar mandi dan dipukuli oleh salah satu narapidana, yang kemudian menarik lengan saya sejajar dengan punggung. Dada terasa seperti terkoyak. Mereka memborgol pergelangan tangan saya, dan mengencangkan borgol dengan kuat agar tidak bergerak. Saya diborgol dengan tangan ditarik ke belakang dan digantung pada kawat. Lengan menjadi mati rasa dan saya pingsan.

Para narapidana kemudian meraih borgol dan berlari bolak-balik. Kaki hampir tidak bisa menyentuh tanah dan lengan yang ditarik ke belakang, terasa sangat sakit. Setelah saya dilarikan bolak-balik seperti ini beberapa kali, saya lumpuh dan tidak mampu berdiri. Saya digantung seperti ini selama lebih dari empat puluh menit.

Kami Kembali Berlatih

Saya menyarankan kepada praktisi lain agar kami berlatih gerakan bersama. Jadi, kami mulai berlatih pada pukul 5 pagi. Pagi pertama penjaga tidak menghentikan kami. Malam itu kapten brigade baru, Zheng Jiguang, mengatakan kepada saya, “Selama kamu tidak berlatih secara terbuka, kami tidak akan melakukan apa pun terhadapmu.” Saya mengatakan kepadanya, “Mengapa anda tidak mengizinkan saya melakukan latihan sebaik ini? Saya pasti akan berlatih!” Dia berkata, “Li Wenming, kamu terlalu berani.” Mereka membawa saya ke halaman kecil. Saya dikelilingi oleh empat narapidana dan dua penjaga yang bertugas. Mereka memborgol saya ke bingkai tempat tidur. Saya melakukan mogok makan untuk memrotes penganiayaan.

Keesokan paginya lebih banyak praktisi dibawa masuk dan diborgol ke bingkai tempat tidur. Pada hari ketiga mogok makan, mereka membawa kami ke rumah sakit untuk mencekok paksa makan. Dua minggu kemudian, mereka membebaskan beberapa dari kami. Ketika hanya saya yang tersisa, mereka memborgol saya ke kursi dan saya hanya bisa jongkok. Mereka membebaskan saya seminggu kemudian.

Kami berkali-kali menentang penganiayaan; kami tidak berpartisipasi dalam pekerjaan, dan tidak bekerja sama dalam pekerjaan disiplin mereka. Kapten brigade Zheng Jiguang mengatakan dia akan mengadakan simposium mengenai penegakan hukum yang beradab, dan meminta semua praktisi Falun Gong dan beberapa penjaga mereka untuk berpartisipasi.

Pada simposium tersebut, Zhang Rong dan praktisi lainnya menjelaskan bagaimana mereka menganiaya praktisi dan bagaimana Song Yanzhao dianiaya hingga meninggal. Zheng Jiguang meyakinkan kami bahwa tidak akan ada lagi pemukulan terhadap praktisi selama masa jabatannya. Berkat usaha dan pikiran lurus kami, lingkungan kami membaik. Kami dapat menyebarkan artikel Guru, belajar Fa, menghafal Fa, dan berkomunikasi satu sama lain tanpa gangguan. Beberapa narapidana bahkan membantu kami menyebarkan artikel baru Guru.

Dipenjara di Rumah Sakit Jiwa

Pada bulan Desember 2001, saya dibebaskan dari Kamp Kerja Paksa Ping'antai dan dibawa ke kantor keamanan Pabrik Lokomotif Lanzhou. Saya masih dalam pengawasan dan tidak memiliki kebebasan.

Mereka kemudian mengirim saya ke Pusat Pencucian Otak Hualinping di Distrik Qilihe, Kota Lanzhou, dan saya dicuci otak secara paksa. Ini adalah Pusat Rehabilitasi Pengobatan Tradisional Tiongkok Provinsi Gansu. Lantai empat diperuntukkan bagi orang yang sakit jiwa, dan jendela serta koridornya ditutupi dengan jeruji besi yang dilas. Anda harus melewati gerbang besi besar untuk memasuki tangga. Tata letaknya sama dengan bangunan penjara. Tempat ini adalah pusat pencucian otak dimana praktisi Falun Dafa diubah secara paksa.

Segera setelah saya tiba, saya mulai melakukan mogok makan untuk menentang penganiayaan. Ketika saya menyadari ada kemungkinan untuk melarikan diri, saya mengakhiri mogok makan. Saya mengamati medan dari jendela setiap hari. Setelah kekuatan saya pulih, saat itu adalah Tahun Baru Tiongkok pada 2002. Hanya sedikit orang yang dirawat di rumah sakit, dan sebagian besar staf medis pulang untuk merayakan Tahun Baru. Dengan penguatan dan perlindungan Guru, saya mematahkan jeruji besi yang dilas ke jendela, dan melompat dari lantai empat. Saya berhasil melarikan diri. Setelah saya melarikan diri, Departemen Kepolisian Kota Lanzhou memasang pemberitahuan yang menawarkan hadiah 50.000 yuan di jalan Lanzhou. Mereka membentuk tim pengawasan di depan gedung tempat saya tinggal dan di rumah seorang teman, dalam upaya untuk menangkap saya.

(Bersambung ke Bagian II)