Oleh Grup Minghui
Pertama kali dipublikasikan di tahun 2019
Hak Cipta © 2019 Minghui.org & Minghui Publishing Center Corporation
(Bagian 5)
(Lanjutan dari Bagian 4)
§1.4 Sistem Peradilan “Stempel Karet”
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Jiang Zemin memberikan ‘Kantor 610’ kewenangan atas seluruh sistem peradilan dan penegakan hukum. Jiang juga mengeluarkan serangkaian arahan rahasia terkait Falun Gong, termasuk untuk “cemarkan reputasinya, bangkrutkan secara finansial, dan hancurkan secara fisik”; “pukul mereka sampai mati dan anggap sebagai bunuh diri”; dan “kremasi tanpa perlu verifikasi identitas mereka.”
Akibatnya, tidak ada yang dianggap keterlaluan ketika hal ini terjadi pada praktisi Falun Gong. Di bawah tekanan dan arahan dari Kantor 610, sistem peradilan berusaha keras menjebloskan praktisi ke balik jeruji besi meskipun tidak ada dasar hukum untuk putusan itu.
Akibatnya: polisi tidak ada halangan lagi dalam hal menangkap praktisi, kejaksaan tidak memiliki keraguan lagi dalam mengajukan tuduhan palsu terhadap mereka, kemudian pengadilan mengikutinya dengan menjatuhkan vonis berat yang telah ditentukan sebelumnya.
§§1.4.1 Ditangkap karena Mengadakan Konferensi Pers21
Ketika media berita di dalam dan di luar Tiongkok mengulangi fitnah yang disebarkan oleh media-media yang dikendalikan Partai Komunis Tiongkok (PKT), sekitar 30 praktisi Falun Gong berhasil menyelenggarakan konferensi pers di pinggiran kota Beijing pada 28 Oktober 1999. Mereka menyangkal kebohongan yang dikatakan oleh Jiang Zemin dan untuk pertama kalinya memberikan kesempatan bagi media internasional untuk mendapatkan pemahaman langsung dari praktisi Falun Gong di Tiongkok.
Pada 28 Oktober, liputan Associated Press dan Reuters telah menyebar ke seluruh dunia. Keesokan harinya, New York Times menerbitkan foto dan berita tentang konferensi pers ini di halaman depannya. Pada saat itu, praktisi di Amerika Serikat sedang menginformasikan pejabat pemerintah di Washington, D.C. tentang situasi Falun Gong di Tiongkok. Ketika para pejabat membaca laporan ini, mereka mengungkapkan kekaguman mereka atas keberanian para praktisi di Tiongkok.
South China Morning Post (SCMP), surat kabar berbahasa Inggris paling berpengaruh di Asia, meliput konferensi pers dengan foto-foto besar yang memenuhi seluruh halaman. Banyak surat kabar besar di Eropa juga memberikan liputan yang menonjol atas kejadian ini. Seluruh praktisi yang menghadiri konferensi pers akhirnya ditangkap. Jiang Zhaohui (pria), saat itu berusia 36 tahun, dijatuhi hukuman lima tahun penjara. Ding Yan (wanita), saat itu berusia 31 tahun, dijatuhi hukuman tiga tahun penjara. Ding Yan meninggal karena penyiksaan di Penjara Chengde pada 18 Agustus 2001. Cai Mingtao (pria), saat itu berusia 27 tahun, dikirim ke pusat pencucian otak di Provinsi Hubei, di mana ia sering dipukuli dan ditendang sambil diborgol dan dibelenggu. Ia meninggal pada 5 Oktober 2000.
§§1.4.2 Dipenjara karena Memasang Poster
Karena semua saluran hukum untuk memprotes penganiayaan telah ditutup, praktisi Falun Gong telah meningkatkan kesadaran publik akan penderitaan mereka dengan mencetak dan mendistribusikan brosur dan pamflet, serta memasang spanduk dan poster di tempat umum.
Wang Baoshan (pria), seorang praktisi Falun Gong di Kota Tangshan, Provinsi Hebei, dijatuhi hukuman lima setengah tahun dan denda 20.000 yuan setelah ia dicurigai menggantung spanduk yang bertuliskan, “Dunia Membutuhkan Sejati-Baik-Sabar (真善忍).”25
Dia ditangkap di tempat kerjanya pada 3 Juli 2017, beberapa hari setelah spanduk itu ditemukan di sebuah lingkungan pada 29 Juni. Polisi menuduh bahwa pria yang terlihat dalam rekaman kamera pengawas sedang menggantung spanduk itu adalah Wang, tetapi Kejaksaan Distrik Fengrun dua kali mengembalikan berkas kasus tersebut, karena tidak cukup bukti.
Polisi mencoba untuk ketiga kalinya, dan kasus tersebut dialihkan ke Kejaksaan Kota Zunhua, yang kemudian mengajukan tuntutan terhadap Wang sebelum meneruskan kasus tersebut ke Pengadilan Kota Zunhua.
Wang hadir di pengadilan pada 9 Mei 2018 dan dijatuhi hukuman pada 12 Juli. Putusan tersebut mencatat bahwa, sementara tuduhan bahwa Wang telah menggantung spanduk yang disebutkan itu tidak memiliki bukti yang cukup dan tidak dapat diterima; buku-buku Falun Gong, beberapa materi informasi, dan printer yang disita dari rumah Wang adalah bukti yang cukup untuk menghukumnya.
Meskipun pejabat pengadilan berusaha untuk menghalangi pengajuan bandingnya, pengacaranya berhasil menyerahkan dokumen banding pada 30 Juli. Pengacara menghubungi Pengadilan Menengah Tangshan beberapa kali setelahnya, memprotes pengadilan atas pelanggaran prosedur hukum dan meminta sidang terbuka dalam kasus banding kliennya.
Baru pada 18 Oktober, pengacara menemukan bahwa pengadilan menengah telah memutuskan pada 10 September untuk menegaskan putusan pengadilan sebelumnya tanpa menggelar sidang baru. Ketika pengacara pergi ke pusat penahanan pada 22 Oktober untuk mengunjungi kliennya, seorang petugas mengatakan Wang telah dipindahkan ke Penjara Kedua Jidong pada 17 Oktober. Istri Wang pergi ke penjara itu pada 5 November, tapi dia tidak diizinkan untuk bertemu suaminya sampai dia mengajukan permintaan berulang kali. Seorang petugas bermarga Che merekam kunjungan tersebut dan mengatakan kunjungan berikutnya akan dibatalkan jika Wang masih menolak untuk melepaskan Falun Gong. Istrinya mengetahui bahwa Wang telah dipaksa bekerja di unit penjahit selama sembilan jam sehari. Bau kain yang menyengat kerap membuatnya mual.
Wang mengajukan pengaduan terhadap mereka yang telah menangkap dan menuntutnya tanpa dasar hukum. Keluarganya juga mengirimkan surat pengaduan ke Kejaksaan Agung. Mereka tidak menerima tanggapan.
§§1.4.3 Ditangkap Selama Olimpiade dan Periode “Sensitif” Lainnya26
Polisi di Tiongkok sering melakukan penangkapan massal terhadap praktisi Falun Gong saat periode "sensitif," seperti Tahun Baru Imlek dan konferensi penting Partai Komunis. Misalnya, 405 praktisi diverifikasi telah ditangkap pada Maret 2015, dengan 123 diadili dan 81 dihukum secara ilegal. Sebagian besar penangkapan terjadi pada paruh pertama bulan itu selama sesi legislatif PKT, termasuk Kongres Rakyat Nasional ke-12 (5-15 Maret) dan Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok ke-12 (3-13 Maret).
Pada Mei 2008, polisi di banyak bagian Tiongkok secara diam-diam mulai menangkapi praktisi Falun Gong dengan alasan demi menjaga “keamanan” Olimpiade.
Pada 21 Mei 2008, Shao Changpu (pria) dan Fu Lihong (wanita) ditangkap di Kota Songyuan. Setelah itu, polisi Kota Songyuan menggeledah rumah Shao dan menangkap adik perempuannya.
Shao dan Fu ditahan di pusat penahanan di Kota Songyuan. Mereka hanya diberi makan dua kali sehari dan dipaksa bekerja tanpa upah. Berat badan Fu turun drastis hingga menjadi kurus kering. Shao dijatuhi hukuman satu tahun kerja paksa dan dipindahkan ke Kamp Kerja Paksa Heizuizi Kota Changchun.
Praktisi Zhu Decai, Wang Yuanzhang, Yan Xianyu, Liu Qing, dan lainnya, serta Chen Lixin (bukan praktisi), juga ditangkap dan dibawa ke Kamp Kerja Paksa Yinmahe di Kota Jiutai. Praktisi Liu Shuqin, Gao Mian, Xu Hui, Zhang Hongqin (wanita), Wang Shuqin (wanita), Mou Guiling (wanita), dan lainnya ditahan di Kamp Kerja Heizuizi di Kota Changchun.
Pada 11 Juli 2008, setelah tengah malam, petugas polisi Kota Songyuan dan Kabupaten Fuyu dipimpin oleh kepala keamanan desa untuk melaksanakan serangkaian penangkapan dan pelecehan yang menargetkan praktisi Falun Gong di Kabupaten Fuyu. Wang Jinxia (wanita) dari Desa Zhangbao, Kota Caijiagou, ditangkap dan ditahan di Pusat Penahanan Fuyu. Li Xiaohui dari Kota Sanchahe ditangkap oleh polisi Kantor Polisi Jalan Daoxi dan dibawa ke Pusat Penahanan Kabupaten Fuyu. Wang Enhui dari Yushugou berhasil melarikan diri. Polisi juga mengganggu dan menangkap beberapa lainnya yang pernah berlatih Falun Gong di kota itu.
Dikatakan bahwa polisi melaksanakan penangkapan sesuai dengan daftar praktisi yang mereka kumpulkan sebelum 1999. Beberapa orang dalam daftar telah berhenti berlatih atau telah meninggal dunia, tetapi polisi masih mengganggu keluarga mereka dan terkadang tetap membawa mereka pergi. Wang Cuixiang, 48, dari Kabupaten Zouping, Shandong, dianiaya sebelum Olimpiade Beijing. Dia disiksa di Kamp Kerja Paksa Wangcun sampai kesehatannya memburuk drastis dan dia tidak mampu lagi mengurus dirinya sendiri. Dia meninggal pada November 2010.
§§1.4.4 Seorang Wanita Dipukuli Hingga Pingsan, Polisi Menangkapnya Alih-alih Menangkap Penyerangnya22
Hang Shizhen (wanita) disergap dan dipukuli pada malam 12 Mei 2019, ketika dia menggantung spanduk dengan pesan tentang Falun Gong. Penyerang menahan Hang, mendudukinya, dan meninju kepalanya. Kepala Hang berlumuran darah dan wajahnya rusak. Dia kehilangan empat gigi depan dan darah menyembur dari mulutnya. Hidungnya patah, dan dia pingsan.
Selama penyerangan, penyerang menelepon. Beberapa mobil polisi datang tak lama kemudian. Bukannya menanyai atau menangkap penyerang, petugas membawa Hang ke Kantor Polisi Kota Wanquan.
Polisi berusaha untuk memindahkan Hang ke Pusat Penahanan Zhangjiakou keesokan harinya, pada 13 Mei 2019, tetapi setelah gagal dalam pemeriksaan kesehatan dengan hipertensi dan luka parah akibat pemukulan, petugas tidak punya pilihan selain membebaskannya. Hang menderita patah hidung, kehilangan gigi, dan luka jaringan lunak di wajah dan dadanya.
§§1.4.5 Satu Kantor Polisi, Beberapa Kematian, Kekejaman yang Tak Terhitung23
Huang Guodong (pria), seorang praktisi Falun Gong di Provinsi Heilongjiang, meninggal pada 31 Oktober 2017. Beberapa bulan sebelum kematiannya, dia mengalami kesulitan makan dan pergi ke toilet karena penganiayaan fisik dan mental yang dia alami selama ditahan.
Huang pertama kali ditahan di Kantor Polisi Nanshan dan kemudian di Penjara Mudanjiang. Karena keyakinannya pada Falun Gong, dia disiksa di kedua tempat itu. Di kantor polisi, para penjaga menggantungnya dengan ibu jarinya dan memukulinya. Setelah dia pingsan karena rasa sakit, mereka menggores tulang rusuknya dengan koin dan menusukkan tusuk gigi ke ujung jarinya untuk membangunkannya. Begitu korban sadar kembali, siksaan dimulai lagi.
Nasib Huang tidaklah unik. Banyak praktisi lain juga sangat menderita di kantor polisi ini karena berlatih Falun Gong, termasuk Gao Bingrong (wanita) dan Cui Cunyi (pria), yang keduanya kehilangan nyawa karena penganiayaan fisik dan mental. Praktisi lain, seperti Zhao Jun (pria), menjadi cacat karena disiksa.
› 1.4.5(a) Gao Bingrong: Disiksa hingga Mengalami Gangguan Jiwa dan Kematian
Gao (wanita) tinggal di Kota Tielinghe, di mana Kantor Polisi Nanshan berada. Latihan Falun Gong meningkatkan kesehatannya dan kehidupan keluarganya. Pada Februari 2001, Miao Qiang, asisten direktur Kantor Polisi Nanshan, bersama beberapa petugas lain menangkapnya.
Enam petugas pria memukuli Gao dari jam 7 malam sampai 01:30 pagi keesokan harinya, menyebabkan cedera parah. Miao memerintahkan Gao untuk mengutuk pencipta Falun Gong dan menginjak serta merobek buku-buku Falun Gong. Bukannya mengobati luka Gao, petugas membawanya ke Pusat Penahanan Mudanjiang.
Pada saat dia dirawat di pusat penahanan, Gao sudah lumpuh. Wajah dan anggota tubuhnya bengkak, matanya menyipit, dan ada beberapa benjolan seukuran telur di kepalanya. Dia terus menangis dan meringkuk seolah-olah sedang menghindari pukulan. Penjaga dan narapidana harus menahannya setiap kali ini terjadi. Kondisinya semakin memburuk dari hari ke hari dan dia meninggal sekitar setahun setelah dibebaskan.
› 1.4.5(b) Cui Cunyi: Lima Rusuk Patah, Seluruh Paru Menghitam
Karena penganiayaan terhadap Falun Gong, Cui Cunyi (pria) berusia 54 tahun terpaksa tinggal jauh dari rumah untuk menghindari penangkapan. “Katakan padanya untuk kembali dan dia akan baik-baik saja,” kata seorang petugas polisi setempat kepada keluarganya. Tidak lama setelah Cui kembali, polisi menangkapnya pada 13 Mei 2002, dan membawanya ke Kantor Polisi Nanshan. Dua hari kemudian, keluarganya diberi tahu tentang kematiannya. Pemeriksaan postmortem mengungkapkan bahwa Cui mengalami memar di sekujur tubuhnya, lima tulang rusuk patah, paru-paru menghitam, mata bengkak, dan kaki menghitam. Namun hasil pemeriksaan tidak diserahkan kepada keluarganya, juga tidak diperbolehkan mengambil gambar atau video, dari jenazah maupun hasil pemeriksaan.
Ketika keluarga berencana untuk mengadu ke pemerintah provinsi Heilongjiang, polisi mencekal mereka dari semua transportasi umum untuk menghentikan mereka. Setelah tuntutan terus-menerus dari anggota keluarganya dan permohonan mereka kepada pemerintah provinsi dan Beijing, Departemen Kepolisian Mudanjiang membayar keluarga tersebut 500.000 yuan. Karena kasus seperti Cui, organisasi hak asasi manusia PBB memasukkan Kantor Polisi Nanshan dalam salah satu laporannya pada tahun 2005 dan mengeluarkan pernyataan yang meminta pemeriksaan bersama. Namun, tidak ada pejabat yang dimintai pertanggungjawaban.
› 1.4.5(c) Zhao Jun: Tusuk Gigi Ditusukkan ke Bawah Kuku dan Disiksa hingga Cacat; Anak Disandera
Petugas di Kantor Polisi Nanshan sering menusuk ujung jari praktisi dengan tusuk gigi. Xie Chunsheng, direktur kantor polisi, dan Miao pergi ke rumah Zhao Jun (pria) pada 24 Februari 2001. Xie meminta Zhao keluar untuk mengobrol. Segera setelah Zhao keluar dari pintu saat masih mengenakan sandal, petugas memaksanya masuk ke mobil polisi dan membawanya ke kantor polisi.
Malam itu, Zhao diikat erat sebanyak tiga kali, dan dia pingsan karena kesakitan sebanyak tiga kali. Penjaga kemudian menggores tulang rusuknya dengan koin dan menusukkan tusuk gigi ke bawah kuku untuk membangunkannya. Lengannya terluka parah, dan pemeriksaan medis mengonfirmasi kecacatan yang disebabkan oleh kerusakan saraf.
Melihat itu tidak cukup untuk membuat Zhao menyerah, petugas menangkap putranya Zhao Dan, seorang mahasiswa kedokteran yang tidak berlatih Falun Gong. Mereka memborgol Zhao Dan ke pipa pemanas dan menutupi kepalanya dengan selimut tebal, membuatnya hampir mati lemas. Mereka juga melarangnya menggunakan air atau toilet. Keesokan paginya, dua petugas membawa Zhao Dan menemui ayahnya dan berteriak, “Hei! Lihatlah putramu!" Kemudian mereka segera membawa Zhao Dan pergi. Memikirkan bagaimana dia sendiri telah dipukuli hingga cacat hanya dalam satu malam, Zhao khawatir putranya juga akan disiksa hingga cacat. Dalam kemarahan dan kesedihan, dia menjawab, "Lepaskan anak saya dan saya akan mengakui apa pun yang kalian tuntut." Polisi memeras 5.000 yuan dari keluarga dan membebaskan Zhao Dan.
› 1.4.5(d) Huang Guodong: Darah di Seluruh Ruangan
Huang (pria) bekerja di sebuah pabrik, di mana kerja keras dan kemurahan hatinya membuatnya dihormati oleh rekan kerja dan tetangganya. Dia mengatakan latihan Falun Gong membuatnya lebih ceria dan sehat. “Falun Gong dan prinsip Sejati-Baik-Sabar (真善忍) adalah yang terbaik. Saya tidak bisa hidup tanpanya,” katanya suatu kali.
Karena menyebarkan informasi untuk mengungkap penganiayaan terhadap Falun Gong, Huang dan putranya ditangkap pada akhir Februari 2001 dan dibawa ke Kantor Polisi Nanshan.
Miao Qiang dan petugas lainnya mengikat ibu jarinya, menggantungnya dengan ibu jarinya, dan memukulinya. Setelah dia kehilangan kesadaran, mereka menggores tulang rusuknya dengan koin dan menusukkan tusuk gigi ke ujung jarinya untuk membangunkannya—seperti yang mereka lakukan pada Zhao—diikuti dengan penyiksaan lebih lanjut. Huang menjerit kesakitan. Namun penyiksaan berlanjut selama 24 jam. Kepalanya bengkak, dan seluruh tubuhnya memar. Dia juga kehilangan kendali atas ususnya. Ada darah di seluruh ruangan.
Tapi itu baru permulaan. Memborgol dan merantai kakinya, petugas memasukkannya ke pusat penahanan, di mana Miao dan petugas lainnya terus memukulinya. Istri Huang menghubungi Kantor 610 dan kantor polisi - meminta pembebasannya. Tapi permintaan itu ditolak, dan polisi meminta uang padanya. Seorang narapidana yang bekerja di ruang makan mengatakan bahwa mereka diberi tahu untuk menambahkan obat-obatan yang tidak diketahui ke dalam makanan Huang sehingga dia mengalami diare terus-menerus. Para penjaga kemudian bertanya kepada Huang—yang saat itu tidak mengetahui apa yang mereka telah lakukan—mengapa latihan Falun Gong tidak meningkatkan kesehatannya, dalam upaya untuk membuatnya melepaskan keyakinannya.
Gangguan secara fisik dan obat-obatan yang tidak diketahui membuatnya kurus kering dan kesehatannya sangat buruk dalam kurun sekitar 10 bulan. Kasusnya dimasukkan dalam Laporan Hak Asasi Manusia PBB 2001. Namun, bukannya dibebaskan, Huang diadili pada 12 Desember 2001. Dia terlalu lemah untuk berbicara di pengadilan dan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara. Huang dibawa ke Penjara Mudanjiang, di mana dia disetrum dengan tongkat listrik di alat kelamin dan anusnya, dipapar ke udara dingin, dibiarkan kekurangan gizi, dan disiksa dengan cara lain.
Banyak praktisi lain yang dilecehkan dengan cara yang sama. Zhang Yuliang dipukuli oleh Miao pada tahun 2001, mengakibatkan luka dalam dan darah dalam urinenya untuk waktu yang lama. Dia divonis lima tahun penjara. Setelah kerabatnya di Kanada mengangkat kasusnya ke pemerintah Kanada, Menteri Luar Negeri Kanada John Baird merespon, mengatakan dia telah bekerja sama dengan Perdana Menteri Stephen Harper - menghubungi pemerintah Tiongkok untuk membebaskan praktisi Falun Gong yang ditahan.
§§1.4.6 Polisi, Kejaksaan, dan Pengadilan Melanggar Prosedur Hukum untuk Menghukum Praktisi Falun Gong24
Seorang wanita berusia empat puluh delapan tahun di Kota Guiyang dijatuhi hukuman 4,5 tahun penjara karena menolak melepaskan Falun Gong.
Zhang Juhong (wanita) memuji Falun Gong karena memberinya harapan. Suami pertamanya meninggal karena kesalahan pengobatan hanya beberapa tahun setelah pernikahan mereka. Putra mereka tenggelam pada usia 12 tahun. Dia menikah lagi, tetapi suami keduanya merokok, minum-minum, dan sering memukulinya.
Kesengsaraannya berdampak pada kesehatannya. Dia menemukan Falun Gong, yang membangkitkan kembali keinginannya untuk hidup. Dia tidak hanya menjadi sehat, tetapi dia juga memperbaiki hubungannya yang tegang dengan suaminya. Dia tidak pernah goyah dalam keyakinannya ketika penganiayaan terhadap Falun Gong dimulai pada Juli 1999.
Dambaan Zhang akan kesehatan dan kebahagiaan membuatnya ditahan polisi beberapa kali. Penangkapan terakhirnya terjadi pada 24 Juli 2016, dan dia hadir di pengadilan pada 13 Februari 2018. Pengacaranya, Li Guisheng (pria), diberi tahu pada 2 Maret bahwa dia telah dihukum. Li Guisheng setuju untuk terus mewakilinya saat dia memperjuangkan hak konstitusionalnya untuk bebas berkeyakinan. Li telah membantunya mengajukan banding ke Pengadilan Menengah Kota Guiyang.
Polisi Distrik Huaxi, kejaksaan, dan pengadilan semuanya telah melanggar prosedur hukum saat mereka mendakwa Zhang karena keyakinannya. Keluarganya sedang dalam proses mengajukan keluhan kepada Komite Disiplin dan Pengawasan Kota Guiyang terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab.
(a) Polisi Gagal Menunjukkan Apa yang Disebut Sebagai ‘Barang Bukti’
Jaksa Zhao Tingsong mengutip dua bukti yang memberatkan Zhang. Yang pertama adalah dia tertangkap sedang membagikan materi informasi Falun Gong. Petugas Luo Jisong dan Chen Donghao dipanggil untuk diperiksa. Mereka menuduh bahwa mereka menemukan 75 salinan berbagai materi Falun Gong pada Zhang ketika mereka menangkapnya pada 17 April 2014.
Ketika pengacara Zhang meminta untuk melihat materi tersebut di pengadilan, petugas mengklaim bahwa mereka telah menyimpannya “di suatu tempat.” Mereka juga gagal menjelaskan mengapa mereka menggunakan materi yang disita dari Zhang selama penangkapan terhadapnya di tahun 2014 bukannya materi yang disita dari penangkapan terakhirnya di tahun 2016.
(b) Pengaduan Sah Terhadap Jiang Zemin Menjadi Bukti Penuntutan
Bukti penuntutan kedua adalah tuntutan pidana Zhang yang diajukan terhadap mantan diktator Tiongkok Jiang Zemin pada 22 Juli 2015.
Pengacara Zhang berargumen bahwa itu adalah hak konstitusional kliennya untuk meminta pertanggungjawaban Jiang Zemin karena memulai penganiayaan terhadap Falun Gong.
Dia lebih lanjut bertanya bagaimana polisi bisa memiliki akses ke pengaduan yang dikirim ke Kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung. Dia menduga bahwa polisi telah mencekal surat tersebut atau menerima pengaduan itu dari kedua lembaga tersebut.
Jaksa Zhao menuduh bahwa kantor anti-sekte provinsi telah memeriksa pengaduan Zhang dan memandang itu sebagai ‘materi Falun Gong’. Pengacara menekankan bahwa tidak ada hukum di Tiongkok yang mengkriminalisasi Falun Gong atau melabel-nya sebagai aliran sesat. Pengacara juga berpendapat bahwa kantor anti-sekte tidak memiliki kewenangan hukum untuk memverifikasi bukti penuntutan.
(c) “81 Hari Penahanan” yang Hilang
Segera setelah penangkapannya, Zhang dikirim ke Pusat Pencucian Otak Lannigou, di mana dia ditahan selama 81 hari sebelum dipindahkan ke Pusat Penahanan Pertama Kota Guiyang. Namun, polisi dan kejaksaan tidak pernah menyebutkan 81 hari dalam dakwaan. Selama sidang pengadilan, pengacara Zhang bertanya apa yang seharusnya polisi lakukan terlebih dulu - melakukan penyelidikan sebelum mengajukan kasus terhadap seseorang atau sebaliknya. Petugas Luo dan Chen menjawab bahwa penyelidikan harus didahulukan.
Pengacara bertanya mengapa kliennya telah ditahan selama 81 hari sebelum penyelidikan dilakukan dan mengapa penahanan tersebut tidak disebutkan dalam dakwaan. Polisi tidak dapat menjawab. Pengacara itu mengatakan penahanan selama 81 hari itu sepenuhnya ilegal. Hakim Zhang Decai memperingatkan pengacara agar tidak menggunakan kata "ilegal." Karena 81 hari penahanan hilang dari berkas dakwaan, hukuman penjara empat setengah tahun Zhang tidak akan memperhitungkan 81 hari penahanan yang telah dia jalani.
(d) Pejabat Pengadilan Mencoba Menekan Zhang agar Memberhentikan Pengacaranya
Petugas Zhang Li (tidak ada hubungannya dengan Zhang) dan wakil presiden Wu dari Pengadilan Distrik Huaxi mengunjungi pusat penahanan tiga kali dalam tiga hari, tetapi mereka gagal menekan Zhang untuk memecat pengacaranya.
Zhang Li dan Wu pertama kali muncul pada 23 Desember 2017 dan berbicara dengan Zhang selama tiga jam. Mereka memperingatkannya bahwa menggunakan pengacara tidak akan bermanfaat baginya dan akan jauh lebih baik jika dia bersaksi sendiri dalam pembelaannya. Zhang tidak menjawab ya atau tidak atas permintaan mereka. Kedua pria itu datang lagi pada pukul 10 pagi pada 25 Desember, dan kali ini mereka berjanji untuk memberikan masa percobaan dan membebaskannya pada Januari 2018 jika dia setuju untuk memberhentikan pengacaranya. Zhang mengatakan bahwa dia tidak keberatan memberhentikan pengacaranya, tetapi dia meminta pembebasan dirinya. Mereka menjawab bahwa tidak mungkin untuk menghapus semua tuduhan terhadapnya.
Mereka kembali pada jam 7 malam itu dan menanyakan apakah dia telah memutuskan untuk memberhentikan pengacaranya. Zhang mengatakan kepada mereka bahwa dia telah memutuskan untuk mempertahankan pengacaranya. Mereka mengancam akan memberinya hukuman berat, kemudian pergi. Tidak ada percakapan antara dua pejabat itu dengan Zhang yang direkam, sebagaimana diwajibkan oleh hukum.
(e) Pegawai Pengadilan Berbohong tentang Permintaan Zhang untuk Pendampingan Hukum
Pengacara Zhang, Li Guisheng (pria), menerima salinan surat dakwaan tertanggal 28 November 2017, pada 19 Desember 2017. Pengadilan memberi tahu dia pada 24 Desember bahwa kliennya akan diadili pada hari berikutnya. Secara hukum, pengadilan harus memberikan pemberitahuan kepada terdakwa dan pengacara mereka setidaknya sepuluh hari sebelum persidangan. Li tiba di gedung pengadilan pada pukul 1 siang. pada tanggal 25 Desember. Tidak ada seorang pun di sana hingga jam 4 sore baru petugas Zhang Li muncul.
Zhang Li melambaikan secarik kertas, mengatakan bahwa itu adalah catatan tertulis dari apa yang telah dikatakan Zhang Juhong kepadanya. Dia mengatakan bahwa pusat penahanan memanggilnya pada 22 Desember untuk melaporkan bahwa Zhang sangat emosional dan meminta untuk menemui petugas pengadilan. Dia berkata dia menemuinya, dan Zhang Juhong mengatakan kepadanya bahwa pengacaranya tidak melakukan pekerjaannya dengan baik dan dia ingin memberhentikannya. Dia mengatakan dia berjanji untuk memberinya hukuman yang lebih ringan jika Zhang Juhong setuju untuk mengakui kesalahannya di pengadilan.
Li tidak percaya Zhang Li, karena dia tahu betapa Zhang Juhong ingin mencari keadilan untuk dirinya sendiri, karena tidak ada hukum di Tiongkok yang mengkriminalisasi Falun Gong. Dia ingin memverifikasi keputusan tersebut dengan Zhang Juhong, tetapi pusat penahanan tidak mengizinkannya bertemu kliennya dua kali, pada 28 Desember 2017, dan sekali lagi pada 3 Januari 2018. Para penjaga menunjukkan kepadanya sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh pengadilan bahwa pusat penahanan tidak akan mengizinkan pertemuan dengan Zhang Juhong.
Li mengatakan kepada pengadilan bahwa dia berencana untuk mengajukan pengaduan terhadap mereka karena melanggar prosedur hukum. Zhang Li meneleponnya pada 4 Januari, mengatakan bahwa Zhang Juhong telah setuju untuk menggunakan dia sebagai pengacara lagi.
Li kemudian diizinkan menemui Zhang Juhong dan mengetahui bagaimana Zhang Li dan Wu mencoba menekan kliennya untuk memberhentikannya. Zhang Juhong juga mengatakan Zhang Li tidak pernah pergi ke pusat penahanan pada 22 Desember seperti yang dia nyatakan.
(f) Keluarga Dipaksa Memberhentikan Pembela yang Bukan Pengacara
Zhang juga memiliki pembela yang bukan pengacara, Zhou Jianzhong (pria), yang merupakan paman jauh. Zhou juga berlatih Falun Gong, dan memahami bahwa penganiayaan terhadap Falun Gong adalah ilegal.
Zhou menemui rintangan saat mencoba membela keponakannya. Dia menyerahkan surat kuasa yang ditandatangani oleh Zhang Juhong ke pengadilan pada Maret 2017. Zhang Li menuntut agar Zhou menunjukkan bukti bahwa dia tidak memiliki catatan kriminal. Zhou menurutinya, tetapi dia tidak diberi kesempatan untuk menandatangani namanya di dokumen yang diperlukan hingga 18 Desember.
Sebagai pembela, Zhou harus meninjau kasus Zhang Juhong. Zhou mencatat bahwa pengaduan pidana Zhang Juhong terhadap Jiang Zemin dipandang sebagai ‘materi promosi Falun Gong’. Zhou menelepon Zhang Li pada 21 Desember untuk mengatakan bahwa dia hendak mengajukan permintaan untuk menolak apa yang disebut sebagai bukti tentang pengaduan pidana Zhang Juhong.
Zhou pergi ke pengadilan pada hari berikutnya tetapi tidak dapat menemukan Zhang Li. Baru pada 22 Januari 2018, dia melihat Zhang Li dan asistennya lagi pada pertemuan pra-sidang. Mereka mengatakan kepadanya bahwa dia tidak lagi diizinkan untuk membela keponakannya. Ketika dia meminta untuk menemui wakil presiden Wu, Zhang Li berkata itu tidak perlu.
Sementara dua pejabat pengadilan mengintimidasi Zhang Juhong di pusat penahanan pada 25 Desember, pada hari itu keponakannya diperingatkan oleh anggota komite lingkungan setempat untuk tidak menggunakan Zhou sebagai pembela. Anggota komite mengatakan bahwa Zhou adalah kerabat jauh dan sebaiknya mereka tidak menggunakannya. Karena intimidasi, Zhang Juhong dan anggota keluarga lainnya menulis surat ke pengadilan pada 27 Desember untuk memberhentikan Zhou sebagai pembela.
§§1.4.7 Putusan Ditetapkan Satu Bulan Sebelum Sidang Pengadilan Rahasia25
Seorang penduduk Kabupaten Yinan dijatuhi hukuman 4,5 tahun pada 10 Januari 2019, oleh Pengadilan Yinan karena keyakinannya pada Falun Gong. Saat dia sudah mulai menjalani hukuman di Penjara Jinan, keluarganya belum menerima dokumen pengadilan terkait putusan tersebut.
Pada awal Oktober 2018, keluarga Du Yihe (pria) telah mendengar desas-desus dari seorang kenalan dengan koneksi di pemerintah bahwa pihak berwenang telah memutuskan untuk menghukumnya empat tahun penjara. Saat itu satu bulan sebelum sidang rahasianya diadakan di sebuah ruang sidang darurat di Pusat Penahanan Yinan pada 24 November 2018. Du, berusia 56, ayah dari tiga putra, ditangkap pada 28 Mei 2018, tidak lama sebelum KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) diadakan di Kota Qingdao, Provinsi Shandong, pada 9-10 Juni 2018. Dilaporkan bahwa polisi menangkapnya dengan alasan untuk mencegahnya meninggalkan rumah untuk bekerja di kota lain.
Kunjungan keluarga Du di Pusat Penahanan Kabupaten Yinan ditolak. Ketika keluarganya pergi ke sana untuk meminta pembebasannya, seorang penjaga memberi tahu mereka, “Du senang berada di sana dan tidak ingin pergi.”
§§1.4.8 Dihukum karena Menginterupsi Siaran Televisi Kabel untuk Menyiarkan Fakta Kebenaran26
Menghadapi kendali total pemerintah atas seluruh media di Tiongkok untuk menyebarkan propaganda fitnah tentang Falun Gong, praktisi telah menggunakan berbagai cara untuk membantah kebohongan dan menginformasikan publik tentang penganiayaan Falun Gong. Di Changchun, Provinsi Jilin, 18 praktisi menginterupsi jaringan siaran televisi kabel negara sekitar pukul 8 malam pada 5 Maret 2002. Mereka menyiarkan program “Bakar Diri atau Kebohongan?” dan “Falun Dafa Menyebar ke Seluruh Dunia” di delapan saluran secara bersamaan selama sekitar 45 menit.
Seluruh kota Changchun gempar, dan beberapa orang berpikir bahwa larangan terhadap Falun Gong telah dicabut. Jiang Zemin, mantan kepala rezim komunis Tiongkok, memberikan perintah rahasia untuk “membunuh semua praktisi Falun Gong yang terlibat.” Dalam beberapa hari, lebih dari 5.000 praktisi di daerah Changchun ditangkap, dan tujuh orang dipukuli hingga meninggal. Banyak yang terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk menghindari penganiayaan. Lima belas praktisi dijatuhi hukuman berat, dan tiga di antaranya meninggal akibat penyiksaan.
› 1.4.8(a) Jiang Mengeluarkan Perintah Rahasia
Situs web Minghui melaporkan bahwa Jiang Zemin bertemu dengan Luo Gan, kepala Kantor 610, pada malam tanggal 5 Maret 2002. Kemudian dia memerintahkan Komando Daerah Militer Shenyang untuk kesiapan tempur tingkat dua. Baik sub-komandan militer Changchun dan Polisi Bersenjata Jilin diperintahkan untuk kesiapan tempur tingkat pertama untuk mencari praktisi Falun Gong yang ada kaitannya dengan interupsi sinyal televisi.
Melalui Luo Gan, Jiang Zemin memberi wewenang kepada semua petugas polisi untuk melepaskan tembakan dan membunuh semua praktisi yang dicurigai terlibat dalam interupsi itu: "Kalian boleh membunuh mereka." Mereka menuntut agar polisi Provinsi Changchun dan Jilin menyelesaikan kasus ini dalam waktu satu minggu. “Jika tidak, kepala polisi di semua tingkatan di Changchun, serta sekretaris Partai di daerah itu, akan dicopot dari jabatan mereka,” bunyi salah satu komunikasi.
Wang Yunkun, sekretaris Partai Provinsi Jilin, yang sedang menghadiri Kongres Rakyat Nasional ke-15 di Beijing, diperintahkan untuk segera kembali ke tempat tugasnya. Liu Jing, kepala Kantor 610 dan wakil menteri Keamanan Publik, dikirim ke Changchun untuk mengawasi kasus ini secara langsung.
› 1.4.8(b) Tujuh Praktisi Meninggal Tak Lama Setelah Penangkapan
Sebanyak tujuh praktisi meninggal dalam beberapa hari setelah penangkapan mereka.
Li Rong (wanita), lulusan Universitas Jilin, 35 tahun ketika dia meninggal, bekerja di Institut Penelitian Farmasi Provinsi Jilin. Dia ditangkap pada Maret dan meninggal dalam tahanan sekitar akhir Maret atau awal April. Detail kematiannya tidak diketahui.
Shen Jianli (wanita), seorang dosen di Departemen Matematika Terapan Universitas Jilin, ditangkap sehari setelah kejadian. Dia dianiaya hingga meninggal pada usia 34, sekitar akhir April.
Liu Haibo (pria) ditangkap di rumahnya pada malam 11 Maret 2002. Polisi memukulinya di depan istri dan putranya dan mematahkan salah satu pergelangan kakinya. Mereka menyiksa dan menginterogasinya sampai jam 1 malam itu, sampai denyut nadinya berhenti. Meskipun mereka membawanya ke rumah sakit, dokter berusia tiga puluh empat tahun itu meninggal selama perawatan.
Seorang praktisi yang diyakini berusia 30-an dipukuli hingga meninggal pada 16 Maret 2002 di Departemen Kepolisian Jinchen di Changchun. Menurut seorang saksi, ia menunjukkan beberapa luka yang terlihat jelas dan tanda-tanda adanya pendarahan internal setelah pemukulan kejam.
Liu Yi (pria) dipukuli hingga meninggal pada usia 34 tahun di kantor Departemen Kepolisian Distrik Luyuan.
Pada 20 Maret 2002, Li Shuqin (wanita) berusia lima puluh empat tahun ditangkap oleh petugas Kantor Polisi Jalan Changjiu dan kemudian disiksa hingga meninggal di Pusat Penahanan ke-3 di Changchun.
Hou Mingkai (pria) dipukuli hingga meninggal beberapa jam setelah ditangkap di rumahnya pada 20 Agustus 2002. Dia berusia 34 tahun.
› 1.4.8(c) Lima Belas Praktisi Dihukum
Pada 20 September 2002, Pengadilan Menengah Kota Changchun menghukum 15 praktisi berikut ini:
Liu Chengjun dan Liang Zhenxing dianiaya hingga meninggal di penjara, masing-masing pada tanggal 26 Desember 2003 dan 1 Mei 2010. Lei Ming dibebaskan bersyarat karena alasan medis ketika dia sekarat karena penyiksaan. Dia meninggal pada 6 Agustus 2006. Yun Qingbin disiksa, mengalami gangguan mental, dan dibebaskan dengan alasan medis. Zhou Ruijun masih berada di Penjara Wanita Changchun. Sun Changjun masih berada di Penjara Kedua Jilin. Zhao Jian, Wei Xiushan, Zhuang Xiankun, Chen Yanmei, dan Li Xiaojie telah dibebaskan.
› 1.4.8(d) Dampak Historis
Media internasional menggambarkan “menginterupsi sinyal TV di Changchun pada 5 Maret” sebagai salah satu tindakan paling berani yang dilakukan oleh praktisi Falun Gong. Ini menunjukkan bahwa penganiayaan brutal di Tiongkok tidak menghentikan praktisi untuk mengungkap fakta Falun Gong dan penganiayaan. Setelah itu, insiden serupa terjadi di seluruh Tiongkok.
Empat tahun setelah Liu Chengjun (pria) dianiaya hingga meninggal, Yayasan Hak Asasi Manusia Asia Pasifik di Australia mengadakan Upacara Penghargaan Hak Asasi Manusia 2007 di Gedung Parlemen New South Wales pada 5 September. Liu adalah penerima Penghargaan Fidelity Vindicator (Pembela Kebenaran).
Yayasan Hak Asasi Manusia Asia Pasifik menghormati Liu karena menyiarkan kisah nyata kepada jutaan pemirsa TV dan memberikan contoh yang baik bagi gerakan non-pemerintah yang melindungi hak asasi manusia. Himpunan Falun Gong menerima penghargaan tersebut mewakili almarhum Liu.
Seorang wakil dari Himpunan menyatakan harapannya bahwa penghargaan tersebut akan memungkinkan lebih banyak orang untuk mempelajari nilai-nilai kebenaran. Dia menyerukan semua orang untuk bersikap bersama dalam menjaga keadilan dan mengakhiri penganiayaan.
(Bersambung)