Oleh Grup Minghui

Pertama kali dipublikasikan di tahun 2019

Hak Cipta © 2019 Minghui.org & Minghui Publishing Center Corporation

(Bagian 4)

(Lanjutan dari Bagian 3)

§1.3 Rumah Sakit Jiwa

Rumah sakit jiwa dan fasilitas psikiatri telah digunakan secara luas untuk menganiaya praktisi agar melepaskan Falun Gong. Contoh, rumah sakit “ankang,” rumah sakit jiwa dengan keamanan tinggi yang dikelola secara langsung oleh Kementerian Keamanan Publik Tiongkok, telah dicatat sebagai tempat penganiayaan dalam Laporan HAM Tahunan Negara Tiongkok yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri (Deplu) AS selama beberapa tahun.18

Laporan Deplu AS tahun 2011 menyatakan:

Peraturan yang mengatur kewenangan petugas keamanan untuk menahan seseorang di fasilitas ankang tidaklah jelas, dan tahanan tidak memiliki mekanisme untuk menolak pernyataan petugas keamanan bahwa mereka menderita sakit jiwa. Pasien di rumah sakit ini dilaporkan diberi obat-obatan di luar keinginan mereka dan disetrum dengan listrik secara paksa.

Dibandingkan dengan pelanggaran yang lebih terdokumentasi di institusi psikiatri Tiongkok, fasilitas “ankang” yang ironisnya diterjemahkan sebagai “fasilitas yang damai dan sehat [bagi pasien gangguan jiwa]” tidak dikenal secara luas. Mereka beroperasi begitu rahasia sehingga banyak psikiater, pengacara yang berspesialisasi dalam hak-hak orang dengan gangguan jiwa, dan profesor psikologi pidana menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak tahu tentang keberadaan fasilitas tersebut. Kunjungan keluarga ke praktisi Falun Gong yang ditahan di fasilitas “ankang” dilarang. Banyak keluarga tidak tahu keberadaan orang yang mereka cintai yang dipenjara di rumah sakit semacam itu.19

§§1.3.1 Kemiripan dengan Kamp Kerja Paksa

Rumah sakit “ankang” adalah institusi di luar kerangka hukum yang beroperasi dengan cara yang sangat mirip dengan sistem kamp kerja paksa (sebelum kamp kerja paksa dihapuskan pada tahun 2013). Polisi secara semena-mena dapat mengirim siapa pun ke rumah sakit ini untuk penahanan yang tidak sah (tanpa proses hukum).

Sesungguhnya, departemen administrasi untuk rumah sakit “ankang” sama dengan departemen yang membawahi pusat penahanan. Oleh karena itu, polisi sering merotasi praktisi Falun Gong di antara pusat penahanan, pusat pencucian otak, dan fasilitas “ankang”, dengan beragam taktik pencucian otak intensif di fasilitas itu. Praktisi yang menolak untuk melepaskan keyakinan mereka setelah penahanan di pusat penahanan, kamp kerja paksa, dan pusat pencucian otak - sering dipindahkan ke rumah sakit “ankang” untuk penyiksaan mental yang lebih biadab.

Partai Komunis Tiongkok sering menggunakan fasilitas perawatan kesehatan mental untuk menyiksa para pembangkang dan aktivis politik. Meskipun pelanggaran telah dilaporkan di berbagai fasilitas perawatan kesehatan mental di Tiongkok, hanya rumah sakit “ankang” yang secara resmi berwenang menahan pasien di luar keinginan mereka dan membatasi kebebasan mereka. Fasilitas ini memiliki sejarah panjang dalam “mempertahankan keamanan dalam negeri” bagi rezim komunis. Sejak Januari 1988, Kementerian Keamanan Publik menetapkan kriteria orang-orang yang akan dimasukkan secara paksa ke fasilitas “ankang”.

Di antara lima kelompok yang ditargetkan, dua digolongkan sebagai “sangat mengganggu ketertiban umum” dan “mengganggu stabilitas sosial.” Praktisi Falun Gong, para pembangkang politik, dan warga yang berani memprotes kebijakan pemerintah sering diberi label ini sebagai alasan bagi penahanan mereka di rumah sakit “ankang”.

Lebih banyak rumah sakit “ankang” didirikan setelah penganiayaan terhadap Falun Gong dimulai pada 1999. Pada September 2004, Kementerian Keamanan Publik mengeluarkan pemberitahuan publik yang mewajibkan provinsi, daerah otonomi, dan kotamadya untuk mendirikan rumah sakit “ankang” sesegera mungkin jika belum memilikinya.

§§1.3.2 Celah dalam Undang-undang Kesehatan Mental Memungkinkan Orang Sehat Ditahan di Rumah Sakit Ankang

Undang-undang Kesehatan Mental secara resmi diterapkan di Tiongkok pada 1 Mei 2013. Undang-undang tersebut menetapkan prinsip rawat inap sukarela dan menyatakan bahwa hanya mereka yang memiliki “gejala parah” dan yang menunjukkan “bahaya karena bisa mencelakakan orang lain” yang dapat ditahan secara paksa di fasilitas kesehatan mental. Namun, undang-undang tersebut meninggalkan celah - yang tidak melindungi warga negara dari kemungkinan distempel secara sewenang-wenang sebagai penderita sakit jiwa. Dalam memutuskan apakah seseorang berpotensi “mencelakakan orang lain,” ada zona abu-abu besar yang telah dimanfaatkan oleh kepolisian dan lembaga pemerintah terkait dalam penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong, pembangkang politik, dan mereka yang mengajukan petisi.

Tidak ada pengawasan pihak ketiga terhadap fasilitas “ankang”. Yang mengelola rumah sakit “ankang” dan memutuskan siapa yang akan dibawa ke fasilitas ini adalah departemen kepolisian. Apakah seseorang didiagnosis memiliki gangguan mental, obat apa yang diberikan kepadanya dan bagaimana cara pemberiannya, dan kapan dibebaskan, semuanya berada di bawah kendali kepolisian.

Sejak diimplementasikannya Undang-undang Kesehatan Mental, banyak praktisi Falun Gong ditahan di rumah sakit “ankang” atau baru mulai dipenjara di fasilitas tersebut.

§§1.3.3 Obat Penanganan Penyakit Jiwa Disalahgunakan untuk Menyiksa Praktisi Falun Gong

Sejak penganiayaan terhadap Falun Gong dimulai pada 1999, banyak praktisi telah dicap secara sewenang-wenang sebagai pasien penyakit jiwa. Mereka dipenjara di rumah sakit “ankang”, disuntik dengan obat-obatan yang merusak sistem saraf pusat, disetrum, dicekok paksa, dan dipukuli. Semua “perawatan” ini tentunya dilarang oleh profesi medis internasional. Banyak korban yang benar-benar menjadi sakit jiwa atau meninggal akibat penyalahgunaan obat-obatan oleh Partai Komunis Tiongkok yang sering dilakukan di rumah sakit “ankang”. Beberapa contoh disajikan di bawah ini:

Liang Zhiqin (wanita) dan praktisi Falun Gong lainnya dibawa ke Rumah Sakit Tangshan Ankang pada musim gugur tahun 2000 dan disuntik dengan obat-obatan yang merusak saraf. Sebagian besar praktisi kemudian menceritakan bahwa suntikan itu menyakitkan dan menghasilkan efek samping yang parah, yang berlangsung untuk waktu lama. Efeknya termasuk masalah jantung, lidah kaku, tidak mampu berjalan normal, gelisah, pikiran abnormal, mata kusam, dan kehilangan ingatan.

Liang Zhiqin menderita gagal jantung dan mengalami trauma dua kali setelah disuntik dengan obat-obat psikiatri. Ia tidak bisa mengurus dirinya sendiri selama tiga tahun sebelum meninggal pada tahun 2009.

Praktisi lain, Li Fengzhen (wanita), mengalami kehilangan ingatan yang parah setelah diberi suntikan obat yang tidak diketahui di rumah sakit “ankang”. Ia tidak bisa mengurus dirinya sendiri dan menjadi kurus kering.

Praktisi Yang Baochun (pria) dari Handan, Provinsi Hebei, disiksa di Kamp Kerja Handan pada tahun 2002, mengakibatkan kaki kanannya harus diamputasi. Kamp kerja paksa mengirimnya ke Rumah Sakit Handan Ankang tiga kali, di mana dia disuntik dengan obat perusak saraf selama lima tahun. Ketika keluarganya akhirnya membawanya pulang pada 2009, korban benar-benar menderita gangguan jiwa.

§§1.3.4 Penyiksaan Mental Membuat Wanita Muda Menjadi Gila20

Pada 13 Februari 2015 pagi, sebuah penemuan mengerikan terjadi di sebuah desa di Kota Laiyang, Provinsi Shandong. Penduduk desa menemukan tubuh seorang wanita berusia pertengahan 30-an mengambang di sumur. Ia kemudian diidentifikasi sebagai Liu Zhimei.

Seorang siswa cerdas dengan mimpi besar, cita-cita Liu (wanita) kandas ketika ia dikeluarkan dari Universitas Tsinghua (universitas elit Tiongkok) pada usia 21 tahun karena ia menolak melepaskan keyakinannya pada Falun Gong. Liu ditangkap dan menghabiskan enam tahun di penjara, di mana ia berulang kali dibius. Tepat sebelum dibebaskan pada 2008, ia disuntik dengan obat-obatan yang tidak diketahui dalam dosis besar.

Keluarganya kemudian menduga ini menjadi penyebab episode psikotik jangka panjang yang dideritanya. Ia akan mengoceh hal-hal yang tidak masuk akal dan melambaikan tangannya seolah-olah ia sedang berlari. Pada malam hari ia mengompol dan tidur di kasur yang basah kuyup. Ketika ditanya usianya, ia tetap diam atau menjawab “21.” Bagi Liu, waktu seolah-olah berhenti di usia 21 tahun.

Liu meninggal dalam waktu tujuh tahun setelah dibebaskan dari penjara. Wanita muda ini adalah salah satu dari banyak praktisi Falun Gong dari Provinsi Shandong yang mengalami penyiksaan mental saat dipenjara karena keyakinannya.

› 1.3.4(a) Lebih Banyak Lagi Kematian Karena Penyiksaan Mental

Tiga praktisi Falun Gong lainnya dari Provinsi Shandong meninggal akibat penyiksaan mental.

Kasus 1: Su Gang

Su Gang berasal dari kota Zibo dan bekerja sebagai insinyur perangkat lunak untuk Sinopec Qilu Petrochemical Company. Pada 23 Mei 2000, pria berusia tiga puluh dua tahun itu diculik dan dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Weifang.

Su disuntik setiap hari dengan obat-obatan dan bahan kimia yang tidak diketahui, menyebabkan kerusakan saraf yang parah. Ketika keluarganya mengetahui penahanan dan penganiayaannya, pamannya Su Lianxi melakukan mogok makan sebagai protes. Petugas rumah sakit melepaskan pemuda itu kepada ayahnya.

Sembilan hari suntikan obat telah menelan korban jiwa. Saat dibebaskan, Su Gang sangat lemah, tubuhnya kaku, matanya kusam, wajahnya pucat. Pada 10 Juni pagi, Su meninggal dunia.

Kasus 2: Xu Guiqin

Ketika Xu Guiqin, wanita berusia tiga puluh delapan tahun dibebaskan dari penjara karena berlatih Falun Gong, dokter mengatakan kepada keluarganya untuk mengawasinya dengan ketat dan tidak membiarkannya sendirian. Nyawanya terancam bahaya.

Tepat sebelum pembebasannya, ia telah disuntik dengan empat botol obat perusak saraf. Akibatnya, wajahnya membengkak dan lidahnya kaku. Karena tidak bisa makan, ia menjadi kurus. Sekujur tubuhnya mati rasa, dan mengalami kehilangan ingatan parah.

Di rumah, kondisi fisik dan mental Xu Guiqin memburuk dari hari ke hari. Ia meninggal sembilan hari kemudian, pada 10 Desember 2002.

Kasus 3: Zhang Dezhen

Ketika Zhang Dezhen, wanita, 38 tahun, ditahan di Pusat Penahanan Mengyin, ia disuntik dengan obat-obatan yang tidak diketahui oleh anggota staf Wang Chunxiao dan seorang dokter dari Rumah Sakit Mengyin. Ia berakhir dalam kondisi kritis. Ketika dokter menyuntiknya lagi dengan obat yang tidak diketahui pada 31 Januari 2003, Zhang meninggal.

Orang-orang yang terlibat dalam kematiannya adalah Lei Yancheng dari Kantor 610 Mengyin, kepala pusat penahanan Sun Kehai, dan pimpinan rumah sakit Guo Xingbao.

(Bersambung)

https://www.tiantibooks.org/collections/minghui-publications-featured/products/minghui-report-the-20-year-persecution-of-falun-gong-in-china-print?variant=40824205508713