(Minghui.org) Seperti telah diketahui bahwa telah terjadi pelanggaran HAM besar-besaran di China yang menimpa rakyatnya yang tidak bedosa. Setelah 20 Juli 1999 penganiayaan secara kejam telah menimpa praktisi Falun Gong di China karena keteguhannya dalam mempertahankan keyakinanya terhadap prinsip “Sejati-Baik-Sabar”. Banyak anak-anak telah kehilangan keluarganya. Orang tua mereka di bawa ke kamp-kamp kerja paksa, dipenjara, kemudian disiksa sampai meninggal bahkan organ tubuh mereka pun diambil secara paksa dan di jual dengan harga mahal. Salah satu kisahnya termuat didalam sebuah drama yang berjudul “Pasir Kuning Bersimbah Darah”. Minggu 18 Februari 2007 yang bertepatan dengan Imlek kembali dipentaskan untuk yang ke dua kalinya dan membuat haru ratusan pengunjung Pantai Kuta.


Adegan pengambilan organ tubuh dalam drama “Pasir Kuning Bersimbah Darah”

Sebelum pementasan drama berlangsung, puluhan praktisi Bali mengadakan latihan bersama. Di depan tempat latihan dipasang foto-foto penganiayaan dan materi-materi klarifikasi. Banyak pengunjung dari berbagai daerah bahkan wisatawan dari luar negeri telah mendapatkan klarifikasi dan mengetahui lebih dalam apa sebenarnya Falun Gong dan mengapa disiksa di China, bahkan ada salah seorang wisatawan asing antusias untuk ikut mencoba latihan Falun Gong.

 

Usai latihan, pementasan drama pun dimulai yang diawali dengan sakralnya tarian lotus indah yang diperagakan oleh anak-anak minghui yang sudah menginjak remaja. Tarian yang lembut dengan alunan musik surgawai memukau para penonton.

Suasana seketika menjadi tegang setelah pertunjukan drama “Pasir Kuning Bersimbah Darah” dimulai. Para penonton yang berjubel menyaksikan bagaimana kekejaman polisi-polisi China menganiaya praktisi Falun Gong atas instruksi dari Partai Komunis  China.


Salah satu adegan drama “Pasir Kuning Bersimbah Darah"

Ada penonton yang  mengatakan terharu ketika melihat seorang anak yang kehilangan orang tuanya dan diselamatkan oleh seseorang. Diakhir pementasan drama ada yang mengatakan drama yang berdurasi 25 menit tersebut terlalu singkat dan berkeinginan untuk menonton lebih lama lagi, bahkan ada yang tertarik dengan jalan ceritanya dan berantusias menanyakan lembaran sinopsis dari cerita drama tersebut.


Salah satu adegan drama “Pasir Kuning Bersimbah Darah”


Nyala lilin bersama

Nyala lilin bersama telah mengakhiri acara pementasan drama “Pasir Kuning Bersimbah Darah”. Suasana gelap mulai menyelimuti pantai kuta dan para pengunjung satu persatu meninggalkan arena latihan.