Pengalaman Praktisi

Saya Menemukan Keegoisan yang Tersembunyi dengan Baik

(Minghui.org) - Setelah belajar Falun Dafa, saya sangat rajin dan ikut serta dalam banyak pekerjaan klarifikasi fakta kebenaran dan menyelamatkan makhluk hidup. Saya berinisiatif melakukan pekerjaan yang dapat saya lakukan dan melakukannya dengan baik.

Bagaimanapun, beberapa tahun yang lalu, suami saya dimutasi ke kota lain yang jauh dan saya pindah bersamanya. Saya menjadi satu-satunya praktisi di kota ini dan membutuhkan dua setengah jam untuk pergi ke tempat latihan terdekat. Dari mengkoordinasi banyak pekerjaan sampai menjadi hanya satu-satunya praktisi di kota dimana 900 penduduknya keturunan kulit putih, merupakan suatu perubahan yang drastis. Saya menghabiskan banyak waktu untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang baru dan menyiapkan sebuah tempat latihan di pusat komunitas. Saya mengatakan pada diri sendiri bahwa kemana pun pergi, saya harus melakukan apa yang harus dilakukan seorang praktisi.

Karena dijengkelkan oleh hal itu saya merasa frustrasi. Saya iri pada praktisi yang tinggal di kota besar dan dapat berpartisipasi semua pekerjaan untuk membuktikan Dafa dan mengklarifikasi fakta. Meskipun tetap dapat berpartisipasi beberapa pekerjaan melalui telepon dan internet, saya tidak dapat pergi ke komunitas China, dimana saya mempunyai banyak pengalaman dan ingin melanjutkannya. Sekarang saya tidak bisa dan khawatir banyak praktisi yang memiliki kesempatan tidak mempunyai keberanian untuk berbicara langsung dengan orang China.

Ketika tidak yakin apa yang harus dilakukan, saya mulai mendaftar pada sebuah sekolah dan mempersiapkan diri untuk ujian. Tekanan dari sekolah mencegah saya melakukan pekerjaan klarifikasi fakta dengan baik. Jadi kultivasi saya mengendur. Saya berpikir karena saya di sini sendiri, saya tidak dapat melakukan sebanyak praktisi lain. Saya berada dalam tingkat kultivasi seperti ini sampai saya membaca “Ceramah Fa pada Konferensi New York 2008.”

“Jangan dikarenakan ada sebagian daerah minim praktisi, atau ada sebagian daerah di antara praktisi senantiasa ada perdebatan, lalu membuat kalian jadi sangat pasif dalam membuktikan kebenaran Fa dan menyelamatkan makhluk hidup, bahkan dalam masalah Xiulian pribadi anda. Dengan demikian anda sedang menghancurkan diri sendiri. Anda harus tahu, saya juga senantiasa mengatakan, bahwa pengikut Dafa memandang masalah harus dari pandangan yang berbalikan, karena Triloka adalah berbalikan, tetapi kalian harus melangkah dengan lurus.”

Pada awalnya saya tidak menaruh perhatian pada paragraf ini. Saya pikir ini untuk praktisi yang tidak senang dengan Asosiasi Falun Dafa setempat. Setelah belajar Fa beberapa kali, saya menyadari bahwa Guru juga berbicara pada praktisi yang kultivasi dan usaha klarifikasi faktanya mengendur karena ada lebih sedikit praktisi di tempat mereka berada. Ini mengejutkan saya. Saya pikir bahwa saya seperti itu. Saya menjadi pasif karena perubahan lingkungan dan hanya mempunyai sedikit rekan praktisi.

Saya mulai mencari kedalam. Bagaimana mentalitas saya? Mengapa saya menjadi sangat pasif? Suatu hari, saya menyadari bahwa dalam pikiran saya mempunyai keterikatan yang mengakar dalam. Saya membutuhkan sebuah tujuan dalam melakukan segala yang saya lakukan dan tujuannya harus sesuai dengan minat pribadi saya.

Melalui proses mencari kedalam ini, saya sampai pada pemahaman bahwa apa yang saya lakukan adalah berdasarkan pada keegoisan. Saya tidak melakukannya untuk tujuan menyelamatkan makhluk hidup, namun untuk membuktikan diri sendiri. Ketika kesempatan untuk membuktikan diri sendiri hilang, saya hanya melakukan apapun dengan pasif.

Apa alasan sebenarnya yang ada dibalik ini? Saya mengendur karena rasa egois yang tersembunyi dengan baik. Bahkan tersembunyi dibalik alasan untuk berkultivasi. Rasa egois saya menentukan bahwa saya hidup dengan cara yang menguntungkan diri saya. Saya berkultivasi karena kultivasi baik bagi saya. Saya mengambil cara klarifikasi fakta kebenaran yang menguntungkan saya. Ketika bekerja dalam proyek Dafa tertentu, adalah karena proyek itu berguna untuk saya. Saya tidak melakukannya berdasarkan manfaat bagi orang lain.

Saya menanyakan pada diri sendiri, rasa egois ini datang dari mana? Mengapa saya baru menemukannya sekarang? Rasa pasif (ketidak-perdulian) saya tidak datang dari gangguan atau perubahan lingkungan ataupun ketidakmampuan menyeimbangkan kultivasi dan kehidupan sehari-hari. Itu datang dari rasa egois. Segala hal yang lain hanyalah alasan.

Pernahkah saya melakukan sesuatu berdasarkan sifat mementingkan kepentingan orang lain tanpa sedikitpun demi perolehan pribadi? Sepanjang berkultivasi, sebanyak apapun yang saya lakukan, tidak dapat merubah fakta bahwa itu digerakkan oleh rasa egois. Karena tindakan saya digerakkan oleh rasa egois, saya tidak akan pernah mampu menyeimbangkan konflik. Ketika tidak sesuai dengan karakteristik alam semesta Sejati-Baik-Sabar, saya pasti mendapat konflik. Pada permukaan, kelihatannya seperti saya menghabiskan lebih banyak waktu untuk klarifikasi fakta kebenaran, saya tidak memenuhi tanggung jawab pada masyarakat umum. Ini karena landasan kultivasi saya tidak kokoh dan tidak merubah diri secara mendasar dan menjadi makhluk yang memikirkan orang lain
Seorang makhluk yang mementingkan kepentingan orang lain tidak akan mempunyai konflik. Jika segala yang kita lakukan berdasarkan sifat mementingkan kepentingan orang lain, termasuk setiap pikiran yang kita punyai dan ucapan yang kita katakan, kita tidak akan perlu menyeimbangkan segalanya. Lagipula apa yang perlu saya seimbangkan? Minat pribadi saya?

Karena tidak memikirkan orang lain terlebih dahulu, kapanpun saya bertemu sesuatu yang lebih sesuai untuk saya, saya singkirkan apa yang saya kerjakan. Apapun yang saya jumpai dalam kehidupan, segera setelah terjadi konflik dengan minat pribadi, harus dipindahkan, tidakkah membawa pada kepentingan pribadi yang lebih dalam diantara hati saya? Apakah saya benar-benar berkultivasi? Atau hanya kosmetik saja? Mengapa saya pura-pura berkultivasi? Bukankah ini untuk kepentingan pribadi di tingkat lain? Apakah saya terikat pada “nama” diantara rekan praktisi? Mengapa saya mempunyai banyak pikiran buruk?

Ketika menyadari hal ini, saya menangis. Saya berkata pada Guru, “Guru, saya tidak ingin itu. Saya tidak ingin pikiran buruk ini. Saya harus menyingkirkannya.”

Kemudian saya berkata pada Guru, saya akan memfokuskan pada kultivasi sejati, mengklarifikasi fakta kebenaran dan melakukan tiga hal dengan baik, karena hanya ingin melakukannya – bukan untuk diri sendiri, namun untuk orang lain dan bukan untuk tujuan lain ataupun kepentingan pribadi.

Chinese: http://minghui.ca/mh/articles/2008/7/1/181251.html
English: http://www.clearwisdom.net/emh/articles/2008/7/7/98776.html