(Minghui.org) Guru telah menyebutkan banyak kali bahwa kita “harus lebih dulu memikirkan orang lain, mengkultivasi diri hingga mencapai kesadaran lurus yang tanpa ego dan tanpa mementingkan diri sendiri.” (“Sifat Ke-Buddha-an Tanpa Kebocoran,” Petunjuk untuk Gigih Maju I). Ketika saya pergi ke pinggiran kota untuk membagikan materi klarifikasi fakta, suatu kejadian membantu saya memahami lebih mendalam arti dari perkataan Guru.

Musim gugur yang lalu ketika kami pergi membagikan materi informasi di sebuah daerah pedesaan, kami membagi menjadi dua kelompok dan saya sendirian. Saya selesai membagikan semua materi dengan cepat dan kemudian berdiri di samping jalan untuk menunggu kendaraan kami menjemput saya. Setelah menunggu beberapa waktu, saya mulai memancarkan pikiran lurus. Seorang pria kira-kira berumur 50 tahun mengendarai sepeda motor melewati saya. Dia mungkin seorang pejabat desa dan tampaknya menaruh perhatian khusus pada saya. Dia kembali beberapa saat kemudian dan berhenti di depan saya dan bertanya, ”Apa yang kamu lakukan di sini?” Hati saya terkejut sedikit. Pikiran pertama saya adalah cepat-cepat meninggalkan tempat. Saya menatapnya tanpa mengucapkan apapun dan berjalan pergi. Dia mengejar saya dan berteriak, ”Berhenti. Kamu tidak mungkin kabur.” Kemudian dua pemuda mendekat dengan sepeda motornya. Salah satu dari mereka bertanya pada saya, ”Apa yang kamu lakukan di sini?” Saya menjawab, ”Saya tidak melakukan kesalahan apapun.” Pemuda  itu mengeluarkan beberapa brosur klarifikasi fakta. Saya berkata, ”Apa itu? Apakah tentang Falun Gong? Saya dengar bahwa Falun Gong adalah baik. Ini adalah Fa Buddha. Mereka yang menganiaya praktisi Falun Gong akan mendapat pembalasan karma.” Orang tua itu kemudian berkata, ”Saya sendiri melihat kamu membagikan brosur. Polisi akan segera ke sini untuk menangkap kamu.” Kemudian saya pergi ke sebuah pondok untuk bersembunyi dan memancarkan pikiran lurus.

Setelah memancarkan pikiran lurus beberapa saat, saya mulai mencari ke dalam. Saya menyadari bahwa ini adalah gangguan. Karena saya tidak memiliki belas kasih seorang kultivator. Ketika laki-laki berumur 50-an bertanya pada saya apa yang sedang saya lakukan, pikiran pertama saya adalah, ”jangan perdulikan dia. Cepat pergi.” Itu adalah pikiran egois. Saya hanya memikirkan perlindung diri sendiri. Saya tidak memperdulikan dia dan berjalan pergi tanpa mengatakan sebuah kata. Ekspresi saya sama sekali tidak ramah. Saya hanya memikirkan untuk melindungi diri sendiri dan tidak mengklarifikasi fakta kebenaran kepadanya. Pemikiran saya tidak berdasar pada Fa, dan kemudian dimanfaatkan oleh kejahatan. Jika saya selalu memperlakukan diri sebagai seorang kultivator dan menjaga pikiran belas kasih, pikiran pertama saya akan menyelamatkan dia dan tidak membiarkan dia menciptakan lebih banyak karma. Kemudian saya harus menjawab pertanyaannya dengan sebuah senyuman dan mengklarifikasi kebenaran kepadanya. Semua makhluk hidup datang demi Fa. Orang-orang yang mengetahui kebenaran akan merasa terima kasih kepada kita. Bagaimana bisa seseorang melaporkan kita? ”Memikirkan orang lain terlebih dahulu” adalah alam dewa dan belas kasih. Ketika kejahatan tidak menemukan celah kebocoran untuk disusupi, maka akan dibinasakan.

Kultivasi adalah sangat serius. Ketika kita tidak mengalami kesengsaraan, kita merasa bahwa kita gigih maju dalam berkultivasi. Hanya pada titik waktu yang kritis, sisi kita yang tidak memenuhi permintaan Fa akan tersingkap sepenuhnya. Sekarang saya memahami sepenuh hati terhadap apa yang dikatakan Guru tentang menempa diri kita sendiri melalui praktek langsung. Guru menginginkan kita mencapai alam “lebih dulu memikirkan orang lain, mengkultivasi diri hingga mencapai kesadaran lurus yang tanpa ego dan tanpa mementingkan diri sendiri.” Saya merasa jauh dari itu. Pelurusan Fa telah mencapai tahap akhir -- kita perlu lebih rajin dan tidak kendur dalam berkultivasi.

Chinese: http://minghui.ca/mh/articles/2009/4/15/199006.html
English: http://www.clearwisdom.net/emh/articles/2009/4/28/106901.html