Dari Konferensi Berbagi Pengalaman via Internet ke-8 untuk Praktisi di China


(Minghui.org)

Sambungan dari

Bagian 1
Bagian 2

Setelah Partai Komunis China (PKC) melancarkan penganiayaannya terhadap Falun Gong pada 20 Juli 1999, saya menghabiskan waktu lebih lama di Beijing, pergi ke Lapangan Tiananmen setiap hari. Bilamana melihat praktisi lain berlatih di sana, melakukan gerakan memeluk Falun, saya akan segera bergabung bersama dengan mereka. Kita adalah seperti sebuah kelompok.

Pada Desember 1999, saya sekali lagi pergi ke Lapangan Tiananmen untuk melakukan latihan bersama sekelompok rekan-rekan praktisi. Kami membawa pemutar kaset, dan sangat bagus.

Saya ditangkap puluhan kali di Beijing, tetapi selalu dapat meloloskan diri setiap kali. Suatu kali, sekelompok praktisi ditangkap dan ditahan di sebuah ruangan dengan seorang penjaga di depan pintu, saya tidak tidur, tetapi hanya menatapi penjaga tersebut. Dia segera tertidur. Pintunya tidak dikunci jadi saya membukanya dan lari keluar. Praktisi-praktisi lain yang tidak tidur juga lari keluar dari ruangan tersebut, namun mereka tidak cepat mengikutiku sehingga dicegat oleh penjaga yang bangun dari tidur.

Di waktu lain ketika saya ditangkap, petugas polisi sedang berjalan-jalan di depanku dan saya melihat ada kesempatan untuk melarikan diri saat melihat sebuah taksi di sampingku. Saya pun meloncat ke dalam taksi dan memberitahu pengemudi taksi bahwa seseorang ingin berbuat jahat terhadapku lalu dia pun segera menginjak pedal gas dan saya pun berhasil melarikan diri. Di waktu lain ketika saya tertangkap, seorang penjaga sedang membawaku kembali ke Shenzhen. Dia membeli sekantong besar buncis dan memerintahku untuk membawanya agar saya tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri. Pada saat berada di jalanan, saya melihat sebuah papan bandara. Saya lalu berpikir, “Oh, Shifu sedang membantuku melarikan diri.” Saya pun berhasil melarikan diri bersama dengan buncis.

Mogok Makan

Saya ditangkap di Beijing pada 2000. Putriku diberitahu untuk menjemput dan mengantarku pulang, tetapi dia tidak datang. Saya yakin bahwa Shifu memberiku isyarat agar mulai melakukan mogok makan. Ada lebih dari 100 praktisi di sana dan kebanyakan dari mereka juga sedang melakukan mogok makan. Saya mengambil sekotak nasi makan siang, dan berkata, “Shifu, sungguh memalukan jika menyia-yiakan sekotak makanan ini; saya akan melakukan mogok makan setelah memakannya.” Saya pun melakukan mogok makan selama satu minggu tanpa makan ataupun minum. Saya merasa sangat nyaman dan sangat ringan. Saya berusaha meyakinkan praktisi lain untuk terus melakukan aksi mogok makan.

Akhirnya, pihak otoritas dari setiap provinsi datang untuk membawa para praktisi kembali ke daerah masing-masing. Penjaga memberitahku untuk pergi ke Guangzhou. Mereka tahu bahwa saya telah menjual rumahku di Shenzhen, dan memiliki uang untuk pergi ke Beijing dan tempat-tempat yang lain. Saya kemudian dibawa ke Guangzhou dengan pesawat terbang. Shifu mengingatkan saya agar menghentikan aksi mogok makan. Saya berkata kepada Shifu, “Saya merasa sangat nyaman saat melakukan mogok makan, akan sangat bagus jika saya tidak perlu makan lagi untuk ke depannya. Hal ini juga dapat membantu menghemat makanan.” Pada hari itu juga, saya tidak dapat mengangkat kedua tangan ketika melakukan latihan. Saya tidak pernah merasa begitu lelah sebelumnya; saya tidak membiarkan tanganku turun. Saya tahu pasti ada masalah dengan Xinxing (watak, kualitas moral) saya, lalu saya mulai berpikir apa masalahnya. Saya sadari bahwa pasti ada kaitannya dengan mogok makan. Saya berkata, “Baiklah Shifu, saya akan hentikan mogok makan. Praktisi Falun Dafa harus makan.” Tanganku pun segera menjadi ringan. Saya bertanya kepada Shifu sekali lagi, “Kapan saya harus menghentikan mogok makan,” tetapi Shifu tidak menjawabnya. Saya pun berpikir asalkan makanan disajikan di atas pesawat terbang maka itulah saatnya saya harus menghentikan aksi mogok makan. Saya merasakan Shifu menepuk kepalaku dan saya pun tahu bahwa saya sudah benar.

Mencari Masalah

Saya dibebaskan segera setelah tiba di Guangzhou. Saya berbagi pengalaman dengan rekan-rekan prakitisi di sana bilamana ada kesempatan. Saya merasa terkejut ketika mengetahui bahwa seorang guru sekolah tinggi bernama Gao Xianmin dari Universitas Jinan telah dianiaya hingga meninggal dunia. Praktisi lain menceritakan apa yang telah terjadi, bagaimana dia melawan penganiayaan tersebut, melakukan mogok makan dan kemudian dicekok makan, yang mengakibatkan dia meninggal dunia. Saya pikir bahwa teman-teman yang lain telah memikul beban begitu banyak bagi Dafa, jadi saya pun perlu menahan penderitaan bagi Dafa juga. Sepertinya jika Anda tidak melindungi Dafa jikalau Anda tidak masuk penjara. Saya sedang mencari masalah. Saya melihat Shifu sedang menahan penderitaan untuk kita di dimensi lain. Saya pikir ingin melenyapkan karma saya sendiri. Saya tidak dapat membiarkan Shifu menahan karma milikku. Tetapi, semua pikiran itu tidaklah sesuai dengan Fa dan saya yang meminta cobaan-cobaan ini. Dan cobaan-cobaan benar-benar datang.

Shifu Menerbitkan Puisi “Hati Mengerti Sendiri”

Kita tidak mendengar berita apapun dari Shifu selama sekitar satu tahun setelah 20 Juli 1999. Kita tahu ada buku-buku palsu yang beredar. Lalu pada 22 Mei 2000, Shifu mempublikasikan puisi pertamanya setelah penganiayaan, berjudul “Hati Mengerti Sendiri.” Setelah membacanya, saya tidak dapat membedakan apakah asli atau palsu. Seorang praktisi yang memiliki komputer di rumahnya memintaku untuk membaca artikel secara online. Ketika saya akses situs Minghui (versi bahasa Mandarin dari Clearwisdom), saya yakin itu adalah kata-kata Shifu. Saya berkata kepada Shifu, “Shifu, saya bersalah lagi. Saya tidak hormat kepada Shifu lagi; maafkanlah saya.” Shifu kemudian memberi penglihatan kepada saya:

Shifu berada di depan sebuah kapal yang sangat besar. Murid-muridnya berada di kapal-kapal yang lebih kecil. Kita berjejeran berdekatan; beberapa berbaris panjang ke belakang, dan kemudian seseorang terjatuh dari kapal ketika ombak datang. Seperti yang Shifu katakan, “Gunung tersingkir, laut teraduk, ombak ganas bergulung.” Shifu berkata kepada saya, “Bertahanlah.” Saya pun menggenggam kapal dengan kuat; setelah itu saya melihat seseorang tertinggal di belakang. Saya berkata, “Shifu, dia tidak bisa mengikuti dengan dekat.” Shifu begitu belas kasih. Shifu menggunakan tambang yang panjang dengan kait diujungnya dan menolong murid tersebut. Saya melihat seseorang yang akan jatuh dan saya memegangnya agar tidak terjatuh.

Ditangkap

Pada musim panas 2000, saya ingin pergi ke Beijing untuk klarifikasi fakta Falun Gong dan mengalami penderitaan. Saya ditangkap di stasiun kereta api di Guangzhou. Orang-orang yang menangkapku berkata bahwa saya terlihat seperti seorang praktisi Falun Gong. Mereka menanyai tempat asalku, tetapi saya tidak menjawabnya. Mereka menggeledah tas dan menemukan buku teleponku. Mereka sadari bahwa saya adalah orang dari sistem kereta api, jadi mereka pun tidak berani menangkapku. Mereka berkata bahwa orang-orang yang berlatih Falun Gong bukanlah orang jahat hanya saja mereka diperintah untuk menangkap orang-orang semacam itu. Mereka meminta saya pergi, tetapi saya menolak. Mereka menemukan nomor telepon teman sekolah saya dan memintanya untuk membawaku pulang, tetapi temanku sangat takut dan dia tidak datang. Lalu mereka menelepon ibuku, namun ketika ibuku datang keesokan hari, saya sudah ditahan oleh kepolisian Shenzhen.   

Saya ditahan di stasiun kereta api Guangzhou selama semalam. Hari berikutnya, mereka memperbolehkan saya pergi, tetapi saya tidak pergi. Mereka akhirnya memutuskan biar polisi dari Shenzhen untuk membawaku pergi. Mereka berkata, “Kami tidak tega membiarkanmu menderita.” Polisi dari Shenzhen mengenal saya dengan baik dan ketika mereka datang mereka berkata, “Apa masalahmu, kamu pergi kemana-mana dan membuat onar; kami akan benar-benar memberimu pelajaran kali ini.”

Pusat Penahanan Luohu di Shenzhen

Saya pernah ditahan di Pusat Penahanan Luoshu. Saya menolak untuk melakukan kerja paksa dan saya melakukan latihan Falun Gong. Saya dihentikan dan digantung, juga diseret di atas tanah. Saya merasa cemas kalau sampai bokongku terluka karena saya tidak akan bisa duduk dan melakukan meditasi. Semua orang menderita siksaan, dan bokong mereka penuh dengan darah. Celanaku robek, tetapi saya tidak terluka. Hal ini mengejutkan para petugas.

Karena mereka tidak membiarkan saya melakukan latihan dan belajar Fa, saya mulai melakukan mogok makan. Mereka mencekok saya, sehingga gigiku hampir tanggal. Mereka memukul dengan sangat keras, tetapi saya tidak takut. Kepala pusat penahanan merubah sikapnya terhadap saya setelah itu. Dia kagum pada praktisi Falun Gong yang benar-benar bisa menahan penderitaan. Dia pun memperbolehkan saya untuk melakukan latihan Gong ketika berada di dalam penahanan.

Saya menghentikan aski mogok makan. Saya melihat seseorang yang sedang makan keripik kentang manis dan saya berpikir juga ingin. Saya berkata kepada orang itu: “Saya juga ingin keripik; saya sudah tidak makan kripik untuk waktu yang lama.” Dia memberiku sepotong. Rasanya sangat enak, dan gigiku ternyata tidak longgar.

Cobaan

Ketika saya ditahan di Pusat Penahanan Luohu, saya menemui berbagai cobaan yang jauh lebih berat, karena saya tidak melepaskan keterikatan hati dan kultivasiku pun menjadi sangat sulit. Saya sadari bahwa saya yang meminta cobaan itu sendiri, karena saya ingin menahan penderitaan. Shifu memberi isyarat bahwa setelah cobaan kali ini, masih akan ada yang lebih berat lagi. Saya tahu sangat berat dan sulit. Satu makhluk yang lebih tinggi sedang mengontrolku; ia menghapus semua ingatanku dan menekanku ke bawah. Saya tidak dapat mendengar apapun kecuali omong kosongnya. Saya memperbesar karakter “teguh,” tetapi ia menghapusnya segera. Saya mencoba untuk mengingat Fa, tetapi ia menghapusnya dari ingatanku. Saya tidak dapat mengingat apapun. Saya mulai membaca Hong Yin dengan suara kencang, dan meminta teman-teman yang lainnya untuk melakukan hal yang serupa juga. Akhirnya, makhluk itu tidak dapat menggangguku lagi, tetapi ia masih tidak mau pergi. Saya pikir akan mendengarkan alasannya kenapa ia mau menganiayaku, tetapi tidak ada satupun kata-katanya yang berada dalam Fa, jadi saya berdebat dengannya dengan menggunakan Fa, dan pikiranku menjadi semakin jernih. Setelah hari ketiga, ia pun berhenti berbicara, tetapi menggunakan Gong-nya untuk menekanku. Ada banyak substansi hitam yang menekanku ke bawah. Saya tidak dapat berdiri. Saya berkata pada diriku bahwa saya harus bisa melalui ujian ini. Saya mengatakan kepada Shifu bahwa saya bisa melewatinya.

Karena saya tidak dapat mengingat apapun, saya pun melafalkan Zhuan Falun. Makhluk itu terlihat ketakutan, lalu saya mulai membaca Zhuan Falun selama 24 jam tiada henti. Ada banyak sekali Falun yang berputar di dalam ruang itu dan semua substansi hitam pun sirna. Makhluk itu pun hilang juga.

Dihukum di Kamp Kerja Paksa untuk Pertama Kali

Di kamp kerja paksa, saya ditahan di sel isolasi. Pada awalnya, pihak otoritas tidak ingin mengirimku ke kamp kerja paksa. Ketika saya mendengar ada banyak praktisi Dafa yang ditahan di kamp-kamp kerja paksa, saya pun memutuskan ingin pergi ke kamp kerja paksa. Saya membuat sebuah pernyataan pada pagi harinya, dan dihukum di kamp kerja paksa selama dua tahun pada sore harinya.

Pada musim panas 2000, saya dipindahkan ke Kamp Kerja Paksa Wanita Guangdong di Sanshui, Foshan. Saya membawa Zhuan Falun dan buku-buku lainnya. Buku-buku itu tidak terdeteksi ketika saya digeledah. Saya ditahan di dalam ruang tersendiri ketika yang lainnya pergi bekerja. Saya mulai belajar Fa. Setelah itu seseorang berhasil mengetahui apa yang kubawa jadi mereka memborgol dan menyita bukuku.

Setelah itu, kaki-tangan penjahat datang dan mencoba untuk membuatku melepaskan Falun Gong. Salah satu diantara mereka berkata, “Lihatlah, Shifu telah menahan begitu banyak penderitaan demi kita. Jika kalian masih berkultivasi, kalian akan membuat Shifu meninggal.”  Air mataku segera bercucuran. Saya berkata, “Kalian benar, Shifu telah memikul semua penderitaanku. Mereka lalu memukul kepalaku dengan sebuah tongkat listrik dengan kekuatan penuh, tetapi saya tidak merasa sakit. Shifu telah menanggung semua rasa sakit untukku.” Saya menangis dan berkata kepada Shifu, “Saya tidak akan berkultvasi lagi. Saya akan membayar karma seluruh hidupku sekaligus. Saya akan mengumpulkan De saya dengan cara begitu.”

Begitu saya berkata begitu, saya melihat Shifu muncul dalam keadaan yang sangat-sangat sedih. Saya juga menangis. Saya mengatakan kepada Shifu, “Saya benar-benar tidak ingin Shifu menderita lagi untukku.” Saya berpikir bahwa pasti sisi diriku yang mengerti yang sedang menangis tiada henti. Para petugas menjadi tidak sabaran dan berkata, “Baiklah kamu boleh berkultivasi. Bagaimana kamu bisa hidup dengan cara begini? Kamu menangis 24 jam penuh dan tidak tidur, tidak melakukan apapun tetapi hanya menangis.”

Setelah itu saya berkata kepada Shifu, “Saya akan berkultivasi dengan baik.” Shifu pun terlihat tidak begitu sedih lagi.

Saat saya mengatakan tidak ingin berkultivasi lagi, saya benar-benar merasa telah melukai perasaan Shifu. Hati beliau terbuka dan kata-kataku telah meninggalkan sebuah luka. Karena penganiayaan, banyak orang pun telah berhenti berkultivasi. Saya melihat air mata Shifu bercucuran dengan warna merah darah.

( Bersambung ke bagian 4 )

Chinese: http://www.minghui.org/mh/articles/2011/11/11/明慧法会--勇猛精進-助师正法(3)-248891.html
English: http://www.clearwisdom.net/html/articles/2011/11/21/129610.html