(Minghui.org)

“Malam ini lilin kami menyala,
Menerangi  dimensi-dimensi hati,
Hangatnya hingga ke tepi-tepi,
Getarnya  melewati batas yang ada
keagungan dan kemuliaanya.”

Cahaya lilin menjadi saksi  dan lambang pengakuan kami, pada pengorbanan lebih dari 3500 jiwa pengikut Dafa.

Untuk Itulah sepenggal puisi yang dibacakan oleh salah seorang praktisi Falun Dafa pada hari Kamis 25 April 2013. Kegiatan membaca puisi yang saat nyala lilin tersebut adalah kegiatan tahunan yang dilakukan praktisi Falun Dafa di beberapa  belahan dunia dalam acara memperingati peristiwa bersejarah permohonan damai bagi praktisi Falun Dafa di Beijing atau dikenal sebagai peristiwa 25 April. Mereka menggunakan hak konstitusional untuk memohon keadilan bagi Falun Gong yang telah mengalami penganiayaan oleh rezim Jiang Zemin, pemimpin Partai Komunis China.

Siang menjelang sore, sekitar pukul 15.30 wita. Matahari yang ada di sebelah barat Pantai Lovina Singaraja Bali  masih tampak bersinar dengan teriknya. Tapi semua itu tidak menyurutkan niat hati sekitar 80-an  praktisi Buleleng yang dengan ketulusan hati mendatangi pantai yang ada di Bali Utara ini untuk mengenang keberanian praktisi Falun Dafa di Beijing. Pukul 16.00 wita mereka sudah berkumpul dan berbaris dengan rapi untuk melakukan Lian Gong dan meditasi bersama.

Tentu saja, pemandangan ini telah menjadi perhatian pengunjung yang sedang berwisata di pantai ini. Mereka terdiri dari pengunjung lokal dan manca negara. Antusias pengunjung yang menyaksikan acara tersebut dimanfaatkan oleh beberapa praktisi untuk mengklarifikasi fakta, memberikan informasi yang sejelas-jelasnya tentang Falun Dafa. Ada yang membagikan brosur dan ada pula yang menjelaskan isi banner yang menggambarkan keberadaan Falun Dafa di dunia dan penganiayaan praktisi Falun Dafa khususnya yang ada di China.

Viona, warga Italia dan beberapa temannya yang membaca bahan klarifikasi fakta yang diberikan praktisi mengatakan bahwa penganiayaan yang dialami praktisi Falun Dafa sungguh-sungguh biadab. Dengan membawa brosur, mereka memberikan senyumnya sambil berkata, “We support you to stop the persecution Falun Dafa in China.” Lain halnya dengan Ajik, warga Denpasar yang berdomisili di Singaraja. Setelah mereka memahami apa yang dilakukan praktisi dengan prinsip Sejati, Baik, Sabar-nya. Ia tampak antusias dan tertarik untuk mempelajari buku Zhuan Falun dan iapun memesan buku tersebut setelah meninggalkan nama, alamat dan nomor selular-nya. Dan masih banyak pula tanggapan-tanggapan positif lainnya yang disampaikan para pengunjung.

Pukul 18.10 wita setelah memancarkan pikiran lurus global selesai, di hadapan para praktisi yang masih dengan tertibnya bersila ganda, puluhan lilin telah menyala. Dengan bersila lotus dan lilin di dada, perlahan-lahan mata mereka terpejam mengikuti rebahnya matahari, mengenang peristiwa 14 tahun silam. Disela keheningan yang dalam para praktisi, Hong Yin mengalun hingga akhir acara. Falun Dafa Baik.