(Minghui.org) Saya adalah praktisi Falun Gong wanita berusia 77 tahun dari desa pinggiran Barat dari Provinsi Hebei. Saya ingin menceritakan bagaimana saya sembuh dari luka bakar serius hanya dalam 10 hari. Saya berharap pengalaman saya akan membantu meningkatkan kesadaran akan keindahan dan manfaat Falun Gong. Saya berharap semua orang yang berhati baik akan dilimpahkan kehidupan sejahtera dan bahagia.

Pada musim panas 2003, ketika China dihinggapi epidemik SARS (Sindrom Gangguan Pernapasan Akut). Itu adalah masa panen tersibuk dan keluarga saya kekurangan orang. Putra dan menantu perempuan saya datang untuk memanen gandum kami.

Saya sedang di rumah sendirian membuat kue dengan kompor arang sekitar tengah hari. Sebelum selesai, saya melihat kompor kekurangan arang, jadi saya mengambil kayu dari samping kompor dan memasukkannya ke kompor dengan satu tangan, sambil tangan lainnya memegang pengorengan dipenuhi minyak. Selagi membungkuk untuk memutar pegangan kompor, minyak dari pengorengan tumpah ke kompor. Api menjilat dari kompor ke atap. Suara sambaran api  menyerang telinga saya dan panasnya membakar wajah saya.

Mengingat dapur terbuat dari bahan yang mudah terbakar dan sudah tua, saya tahu harus segera berbuat sesuatu untuk mematikan api, bahkan sebelum saya dapat memeriksa diri sendiri. Saya mengambil teko alumunium terisi air dan menuangkannya ke kompor. Sayangnya, tidak cukup untuk mematikan api. Saya kemudian memeriksa diri sendiri. Saya lihat baju terbakar dengan parah hingga menciut jadi bola kecil, lengannya terbakar habis dan alis mataku juga.

Sesaat kemudian anak-anak saya pulang ke rumah dari pekerjaan dan terkejut melihat kondisi saya. Saya memberi tahu mereka apa yang terjadi dan berkata kepada dua menantu perempuan saya, ”Kalian yang memasak hari ini, saya mau membaca buku.” Saya tidak takut sama sekali dan tidak merasa sakit apapun. Yang menakjubkan, bagian yang terbakar rasanya seperti dioleskan minyak pendingin. Saya cukup yakin akan baik-baik saja karena saya adalah praktisi Dafa.

Setelah membaca sebentar, saya merasa wajah seperti tertarik dan segera tidak dapat melihat. Luka bakar itu meninggalkan lepuh besar di kepala saya dan beberapa yang kecil di lengan. Dalam kecemasannya, suami meminta saya pergi ke dokter, tetapi saya bersikeras tidak mau pergi, tahu bahwa ini adalah proses pelenyapan karma.

Hari berikutnya putra bungsu saya pulang untuk mengunjungi saya. Ia memanggil, “Ibu” ketika masuk ke kamar saya. Saya menjawab tetapi tidak dapat melihatnya. Saya bertanya-tanya di mana dia dan merasa aneh tidak dapat melihatnya. Saya tidak dapat membuka mata karena kelopak mata saling melekat akibat lepuh di wajah saya. Saya pakai tangan untuk membuka kelopak mata dan melihatnya bersandar di radiator sambil menangis. Ia merasa begitu sedih melihat kondisi saya.

Ia berkata, ”Ibu, mari pergi ke dokter.” Saya berkata, ”Tidak.” Ia segera berkata, ”Jika ibu tidak mau ke rumah sakit, saya hanya dapat mengurusmu selama tujuh hari paling lama, tetapi saya tidak dapat bolos terlalu lama.” Saya berkata, ”Jangan khawatir -  saya akan sembuh kurang dari seminggu. Kamu dapat kembali kerja dalam tujuh hari.” Ia berkata, ”Tidak, ibu tidak akan sembuh begitu cepat.” Saya berkata, ”Mari lihat. Taruh tanganmu di kepala saya, lihat apakah dingin atau panas. Kamu pernah terbakar sebelumnya dan kamu tahu bagaimana rasanya.” Ia memeriksa kepala saya dan terkejut, ”Ibu, kepalamu dingin.” Saya berkata, ”Benar. Makanya kamu harus yakin saya tidak menderita akibat luka bakar sama sekali, meski kelihatannya cukup parah. Saya adalah kultivator dan sedang melenyapkan karma melalui ini, jadi jangan khawatir karena saya akan baik-baik saja. Jangan meminta saya pergi ke rumah sakit lagi.”

Sesaat kemudian saya berkata padanya bahwa saya ingin melihat induk babi kami, yang baru melahirkan, tetapi ia bersikeras saya tidak boleh pergi, ”Saya akan mengurus segalanya, jadi ibu tidak perlu khawatir.” Saya tinggal di rumah dan beristirahat di ranjang. Pada sore hari, cairan mulai mengalir ke luar dari lepuh di bawah pipi saya. Cairannya begitu kental dan handuk yang digunakan untuk mengeringkannya segera basah, sehingga saya harus mengambil yang baru. Lepuh ini baru kering setelah seharian. Tetapi, saya tetap tenang karena tahu Guru sedang membersihkan tubuh saya. Mungkin saya akan kelihatan lebih bagus setelah benda kotor di tubuh saya dibersihkan.

Pada hari keempat, cairan telah kering dan koreng terbentuk di atas lepuh. Setelah itu mulai gatal sekali sehingga saya menggaruknya terus. Segera koreng itu mulai mengelupas. Saya menggunakan kaca untuk membersihkan semua koreng. Kulit di wajah saya bersinar merah. Ketika anak-anak saya pulang ke rumah dari bekerja berseru terkejut, ”Ibu, betapa aneh kamu terlihat.” Saya berkata, ”Saya baik-baik saja. Sangat gatal tetapi itu tanda bagus. Saya mengupas semua koreng dan baik-baik saja.” Selang beberapa waktu gatalnya hilang seperti yang saya duga.

Pada hari kesepuluh, putra sulung saya pulang ke rumah dan berkata, ”Bibi mendengar ibu menderita bakar dan ingin mengunjungi ibu. Bisakah ibu menemuinya?” Saya mengiyakan. Ia mengantar saya ke rumah kakak saya dengan sepeda motor. Ketika melihat saya, ia berkata dengan terkejut, ”Adik, bukankah kamu terbakar? Wajahmu kelihatan bagus, jadi di mana bekasnya?” Saya berkata, ”Lihatlah dari dekat.” Tetapi, ia masih tidak dapat melihat bekasnya. Saya menggulung baju lengan dan berkata, ”Lihat di sini, dua lepuh di lengan saya. Lepuh ini dengan cepat pecah dan mengeluarkan banyak cairan, tetapi saya tidak sakit.” Ia berkata, ”Saya akan memanggil kakak tertua dan memintanya untuk menemui kamu.”

Kakak tertua juga seorang praktisi Falun Gong. Ketika melihat saya, ia berkata, ”Dari penampilan kamu, saya dapat melihat bahwa kamu benar-benar berkultivasi dengan sangat baik, kamu kelihatan sehat dan cerah. Wajah kamu yang biasanya coklat sekarang putih kemerahan dan sangat bagus. Apakah lengan kamu sakit?” Ia dapat melihat luka-luka saya dari bekas lepuh yang pecah di kiri lengan saya. Saya menceritakan apa yang terjadi. Ia berkata, ”Tidak ada bekas luka bakar di wajahmu sama sekali. Kamu bahkan kelihatan lebih bagus dari sebelumnya. Mari kita pergi ke keponakan kita untuk memberi tahu kisah kamu, sehingga mereka dapat melihat kekuatan Dafa.” Kami pergi menemui keponakan. Setiap orang di situ percaya kehebatan Dafa. Setelah kembali ke rumah, semua bekas luka saya lenyap.

Kisah saya benar-benar luar biasa. Dapatkah saya sembuh dalam sepuluh hari jika pergi ke rumah sakit? Jika bisa, saya malah menderita lebih banyak dan meninggalkan bekas luka jelek di muka saya. Saya menuliskan kisah saya sebagai kesaksian akan kehebatan Falun Gong.

Suami saya menderita banyak penyakit seperti sakit pinggul, saraf terjepit dan wasir. Ia sangat lemah dan tidak dapat bekerja. Setelah mulai berlatih Falun Gong, ia segera sembuh tanpa minum obat. Ia berumur 74 tahun dan saya 77 tahun. Kami memiliki 6 hektar tanah dan mengembangbiakkan dua sapi. Setiap hari ia sibuk membajak tanah dengan traktor tetapi tidak pernah merasa lelah. Tidak ada yang lebih berharga daripada kesehatan yang baik dan kami begitu diberkati oleh Dafa!

Di atas adalah pengalaman saya sebenarnya. Saya berharap orang-orang yang hati baik akan mengenal keindahan Dafa dari kisah saya ini. Saya harap semua orang baik bahagia dan damai.

Chinese version click here

English version click here