(Minghui.org) Saya bertemu Guru di dalam mimpi dan kemudian menceritakan kepada ibu tentang mimpi itu ketika kami sedang sarapan. Dalam mimpi, saya menyombongkan diri kepada Guru tentang peningkatan saya baru-baru ini: menjadi rajin berkultivasi; melakukan latihan di subuh hari; menghafal Fa. Saya juga membuat banyak materi klarifikasi fakta...

Guru meminta saya untuk menunjukkan apa yang telah saya buat. Saya mulai mencari seluruh isi rumah untuk menemukan materi klarifikasi fakta, kartu ucapan, dan barang-barang lain yang saya buat. Namun, saya tidak bisa menemukan satu pun. Guru berkata, “Tidak banyak?” Saya menjadi malu dan terbangun dari mimpi.

Ibu saya juga seorang praktisi Dafa. Dia tersenyum dan berkata, “Pikirkan hal itu. Kenapa kamu bermimpi seperti itu?”

Tentu saja saya tahu kenapa. Hati saya menjadi tidak tenang semenjak hari itu.

Selain ibu saya, semua praktisi lain di kelompok belajar Fa kami adalah rekan kerja saya. Kami semua bekerja di sebuah perusahaan asing. Walaupun tidak ada satu pun dari kami yang mempunyai keahlian di bidang teknologi informasi, kami semua lebih mahir mengoperasikan komputer daripada kebanyakan praktisi lainnya.

Suatu kali saya mengajukan ide yang berhubungan dengan teknologi komputer, kelompok belajar Fa kami mempercayakan tugas itu kepada saya. Saya mau melakukannya karena merasa mampu dan juga merupakan kesempatan yang baik bagi saya untuk memberi kontribusi kepada Dafa.

Namun, hati saya sering tergerak ketika menghabiskan banyak waktu untuk mengerjakan sesuatu. Saya mengeluh di dalam hati, “Sepertinya hanya saya seorang yang terus belajar tentang keterampilan baru komputer. Saya harus belajar sendiri perlahan-lahan, tetapi praktisi lain tinggal menunggu saya dan mencari cara yang mudah. Bukankah kita semua punya kesibukan yang sama?”

Sebelum Tahun Baru Imlek, ibu bertanya kepada saya, “Bagaimana kartu ucapan Selamat Tahun Baru masih belum jadi? Bukankah kamu bilang membuat kartu ucapan itu mudah?”

Saya langsung kehilangan kesabaran dan membalas, “Membutuhkan waktu untuk mempelajari suatu hal tidak peduli betapa mudahnya hal itu! Tidak ada satu pun dari kalian yang mempelajari apapun. Bicara lebih mudah daripada melakukan!”

Ibu menjadi tidak sabar juga.  Dia berkata bahwa saya tidak memiliki kondisi pikiran yang baik, dan saya suka memamerkan kemampuan. “Jika kamu pikir itu tidak adil, ya tidak usah kamu kerjakan. Tapi kamu tidak boleh menyalahkan orang lain,” beliau berkata sambil berlalu.

“Saya melakukan karena saya menginginkannya. Saya tidak senang karena kalian semua malas dan tidak mau bekerja keras dalam hal yang kalian lakukan,” saya berkata sambil menghapus air mata.

Kemudian saya mencari ke dalam dan bertanya-tanya mengapa saya merasa tidak adil. Akhirnya saya menyadari bahwa di satu tangan saya berkultivasi sedangkan satu tangannya lagi saya mempertahankan benda-benda manusia. Saya pikir itu tidaklah adil bagi saya karena tidak punya waktu untuk menangani masalah manusia biasa saya, namun praktisi lain mempunyai waktu untuk menangani urusan manusia biasa mereka.

Masalah lain adalah kesepian. Saya merasa senang menjadi bagian dari kelompok sejak saya masih sangat muda. Kadang-kadang saya merasa hidup di dalam kuil setelah berkultivasi Dafa. Hati saya akan tergerak ketika melihat pemandangan pesta yang ramai.

Setelah bergabung dalam latihan rutin setiap pagi, ibu tiba-tiba berhenti berlatih. Beliau biasa ikut berlatih Gong setiap hari, tapi sekarang beliau seringkali tertidur dan melewatkannya. Saya merasa cukup kesepian.

Masalah lain adalah ego saya muncul ketika mengerjakan proyek Dafa. Saya bahkan berpikir bahwa saya lebih berkemampuan daripada yang lainnya karena mampu mempelajari keterampilan baru dengan cepat. Ada sebuah garis tipis antara arogan dan memunculkan iblis di dalam pikiran! Tidak aneh Guru secara langsung menunjukkan kekurangan saya di dalam mimpi.

Saya hanya bisa menemukan beberapa barang setelah mencari di seluruh rumah di dalam mimpi. Saya mampu membuat beberapa barang itu karena kebijakan yang dianugerahkan oleh Dafa kepada saya. Mengapa saya menjadi arogan?

Saya mencari ke dalam lagi dan melihat intoleransi saya. Jika ada sebuah titik hitam di selembar kertas putih, yang saya lihat hanyalah titik hitam itu saja. Padahal sebagian besar dari kertas itu berwarna putih.

Saya bertekad lebih banyak mencari ke dalam daripada memfokuskan pada masalah praktisi lain. Tidak ada kultivator baik bersikap arogan. Arogan saya menunjukkan tingkat kultivasi saya yang rendah.

Setelah menyadari hal di atas, saya sadari bahwa pandangan saya tidak tepat. Saya biasa berpikir bahwa rekan-rekan praktisi melimpahkan pekerjaan kepada saya dan tidak melakukan apa pun. Namun, setelah menyingkirkan konsep, saya perhatikan bahwa praktisi lain mulai bekerja di proyek bersama saya dan tidak membiarkan saya mempelajari keterampilan baru sendirian.

Saya menyadari bahwa selama ini adalah diri saya sendiri yang bermasalah!

Mohon tunjukkan jika ada yang tidak tepat.

Chinese version click here

English version click here