(Minghui.org) Salam kepada Guru! Salam kepada rekan-rekan praktisi!

Saya adalah seorang praktisi Barat, dan saya telah berlatih Falun Dafa selama sekitar empat setengah tahun. Saya telah melihat sebuah perubahan besar dalam diri saya selama ini, dan saya telah benar-benar bekerja keras untuk melakukan lebih baik apa yang seharusnya dilakukan seorang praktisi. Bisa dibilang, saya masih gagal dalam menghadapi ujian, dan saya masih gagal dalam banyak hal.

Saya paham keterikatan hati yang berakar sangat dalam sulit disingkirkan, dan juga bisa sangat sulit dikenali. Saya paham saya mampu dengan cepat mengetahui apabila saya berbuat tidak tepat, tapi saya sangat kesulitan dalam untuk mengoreksi kebiasaan ini.

Saya selalu mengukur diri berlawanan dengan Fa, dan saya mencoba untuk mengenali situasi yang timbul ketika saya gagal ujian, jadi saya bisa menyiapkan diri lebih baik untuk waktu berikutnya. Tapi tetap saja kemajuan saya tidak sesuai harapan.

Baru-baru ini saya telah mampu untuk mencari tahu dasar kekurangan saya dalam hal ini.

Mencari Ke Dalam Versus Introspeksi Diri

Kadang kala saya bingung apa bedanya antara mencari ke dalam dan introspeksi diri sendiri. Keduanya punya tujuan untuk menemukan masalah diri sendiri dan memperbaikinya, tapi Guru telah menjelaskan bahwa introspeksi diri tidak sama dengan "mencari ke dalam."

Guru berkata:

"Peningkatan dalam Xiulian tidak bisa disamakan dengan introspeksi diri dan penyesalan." ("Ceramah Fa pada Konferensi Fa Australia")

Apa yang saya sadari adalah introspeksi diri hanya memahami persoalan di permukaan saja, dan lalu mencoba memperbaikinya, sebaliknya mengenali suatu keterikatan, dan lalu mencarinya ke dalam untuk dipahami apa inti dari keterikatan itu, untuk mencabut sampai ke akarnya.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya biasanya mampu segera mengenali kebiasaan saya yang tidak baik. Saya tahu ketika pikiran saya tidak selaras dengan Fa, dan secepatnya saya coba memperbaiki.

Namun, tanpa menyadari penyebab sesungguhnya dari keterikatan itu, saya menemukan hanya ada kemajuan kecil, karena niat pikiran yang lemah tidak bisa menyingkirkan keterikatan.

Sebagai contoh, saya telah berusaha keras menyingkirkan pembicaraan saya yang tidak baik.

Saya tumbuh dewasa di lingkungan orang-orang kasar dan biasa menggunakan perkataan kotor. Saya terbiasa memaki dan melontarkan lelucon jorok.

Semakin jorok kelakar, dan semakin kasar perilaku saya, semakin teman-teman tertawa semakin akrab kami jadinya.

Tentu saja, setelah saya menjadi seorang praktisi, saya segera sadar, semua ini berhubungan dengan sifat hati manusia, dan perilaku dan pembicaraan semacam ini sama sekali tidak selaras dengan Fa.

Namun, apabila saya berada di lingkungan manusia biasa dengan berbagai sifat hati, pembicaraan dan prilaku saya tidak sesuai seperti seorang praktisi.

Saya telah berusaha keras menyingkirkan prilaku ini, dan, dapat dengan jujur saya katakan, bahwa saya lebih baik dari sebelumnya, tapi saya belum seperti yang seharusnya.

Baru-baru ini saya menyadari petunjuk Guru, mengapa saya tidak sanggup melihat inti keterikatan yang menyebabkan saya berprilaku seperti ini.

Tersadarkan oleh Keponakan Saya yang Berumur Lima Tahun

Beberapa minggu yang lalu, saudara saya, istrinya, dan anak laki-lakinya yang berumur lima tahun, datang ke kota untuk mengunjungi keluarga saya. Karena saya jarang bertemu dengan mereka, saya sangat ingin menghabiskan waktu bersama mereka semua.

Saya menikmati menghabiskan waktu dengan keluarga saya, tapi, sepanjang hari, saya menemukan diri saya bersikap lebih seperti orang biasa daripada sebagai praktisi.

Saya berusaha keras membuat gembira orang tua saya, juga saudara laki-laki saya dan anaknya, jujur saja segala sesuatu yang saya perbincangkan semua adalah yang tidak sesuai dengan seorang praktisi.

Saya dapat menyadari bahwa tingkah laku saya tidak pantas, tapi saya tetap saja tidak dapat mengontrol diri saya.

Seiring waktu berlalu, kami makan malam, tingkah laku saya tetap demikian. Saya semakin dan semakin kecewa dengan diri saya, tapi tetap, saya tidak berdaya.

Sampai saya berkendaraan pulang saya baru sadar bahwa Guru telah memberi banyak petunjuk. Saat itu saya bahkan tidak menanggapi itu sebagai petunjuk karena begitu nyata.

Keponakan laki-laki saya adalah anak yang nakal. Justru, pada hari itu, dia bertingkah lebih nakal dari biasanya.

Saudara laki-laki saya kesel dengannya, dan berkata padanya: "Berhenti bertingkah!"

Saya dengar dia mengatakan itu pada keponakan saya paling sedikit sepuluh kali sepanjang hari itu. Saat itu saya dapat melihat bahwa sesungguhnya Guru sedang memberi tahu saya untuk "Berhenti bertingkah!"

Ketika saya menyadari dasar kesalahan saya, bagaikan hardikan tongkat, dan saya seketika merasa seperti ada beban berat menindih saya.

Dengan bantuan Guru, saya mampu menyadari inti dari keterikatan saya, dan menggali sampai ke akarnya.

Menghargai Para Praktisi dan Lingkungan Kelompok

Persoalan lain yang saya hadapi ialah tidak selayaknya menghargai para praktisi, dan tidak menghargai kesempatan menjadi seorang praktisi Falun Dafa.

Berada di lingkungan di mana kita bebas berlatih Falun Dafa tanpa dianiaya adalah sesuatu yang baik. Walau demikian, karena lingkungan keliatannya begitu longgar, sangat mudah membuat malas dan puas diri, hingga ke kondisi keagungan Dafa sulit ditampakkan.

Bahkan mudah menjadikan teman praktisi sebagai alasan, dan tidak menghormati mereka.

Saya menyadari diri sendiri, berketerikatan menilai sesama praktisi, berdasarkan keterikatan yang mereka tunjukan. Adapun yang mereka tunjukan berbagai emosi, sifat malas, atau apa pun masalahnya, saya cukup berani menghakimi mereka, dan bahkan menyepelekan mereka.

Saya bahkan punya konflik yang sudah berlangsung lama dengan seorang teman praktisi, yang mana saya tidak ingin menyelesaikannya.

Bagaimanapun, saya adalah seorang praktisi, dan saya mencoba melakukan tiga hal dengan baik, saya dapati Guru selalu ada membantu memberi petunjuk. Atau saya sebut sebuah hardikan tongkat.

Beberapa bulan yang lalu, saya memperkenalkan Falun Dafa kepada teman saya. Kelihatannya dia sangat tertarik, dan dia bisa menerima semua yang saya katakan tentang Falun Dafa.

Dia telah mengetahui sedikit tentang penganiayaan, dan punya latar belakang agama Buddha, jadi saya merasa bahwa dia bisa menerima Zhuan Falun dan tidak memperkenalkan buku Falun Gong.

Ketika saya memberinya Zhuan Falun, dia sangat gembira dan memeluk erat saya. Dia bilang akan segera membacanya.

Beberapa hari kemudian, saya meneleponnya untuk mengetahui bagaimana perkembangannya, dan mau tahu apakah dia telah membaca bukunya. Dia berkata sudah mulai membacanya dan dia sangat menyukainya.

Namun, di hari berikutnya, nasibnya berubah total. Putranya yang berumur 17 tahun, yang biasanya cukup sehat, tiba-tiba mengalami infeksi bakteri yang parah yang menyebar ke seluruh tubuhnya.

Semua organ dalamnya rusak, kelumpuhan otak ganda, dan gagal jantung. Selama lebih dari dua bulan, dia di rumah sakit, di ambang kematian, kondisinya semakin buruk.

Ketika saya ada kesempatan bicara dengan teman saya, dengan hati-hati saya tanyakan apa dia sudah menyelesaikan bukunya. Sangat dimaklumi, karena semua kesulitan yang dia hadapi, dia bahkan tidak sempat menyentuhnya.

Setelah sekitar dua bulan, putranya cukup stabil untuk pulang ke rumah, tapi kondisi jantungnya belum membaik.

Putranya sudah di rumah, dan keadaannya agak tenang, saya menyemangati dia untuk membaca bukunya dan coba menyelesaikannya. Dia katakan dia akan lakukan.

Setelah dia mulai membaca buku lagi, saya lalu mengetahui bahwa suaminya menjadi sangat kasar dan sangat marah padanya, tanpa alasan yang tepat.

Ini lebih lanjut menghalangi dia untuk menyelesaikan buku, tapi tetap dia mampu menyelesaikannya, dan akan membaca untuk yang kedua kalinya.

Tidak lama setelah itu dia mengatakan pada saya, apakah dia sudah memberi tahu bahwa kondisi putranya telah melewati masa krisis, dan dia semakin membaik.

Langsung terbersit di benak saya bahwa semua permasalahannya disebabkan karena dia membaca Zhuan Falun.

Dengan ini, seperti hardikan tongkat lagi buat saya. Hanya untuk bersentuhan dengan Falun Dafa, dia harus melewati semua itu.

Saya menyadari betapa beruntung saya dapat menjadi seorang praktisi Falun Dafa, dan saya malah tidak mempunyai rasa hormat yang pantas pada teman-teman praktisi.

Guru berkata:

"Melalui pengukuhan yang begitu lama waktunya, dua kali periode bumi, sejarah selama 200 juta tahun, telah diatur peristiwa ini. Sebagai pengikut Dafa, kalian tidak punya alasan apa pun tidak menyelesaikan misi diri sendiri. Ketika anda duduk di sini, ketika anda disebut sebagai pengikut Dafa, tak peduli anda gigih maju atau tidak, praktisi baru atau lama, anda niscaya punya kewajiban tersebut. Jika tidak ada ikatan takdir, hari ini anda pasti tidak dapat duduk di sini." ("Ceramah Fa pada Konferensi Fa di New York tahun 2016")

Semua praktisi harus sungguh-sungguh berkultivasi, bila tidak, tidak akan dibiarkan masuk. Dan bagaimanapun Guru telah bicara panjang-lebar tentang hal ini, tapi tidak juga diresapi ke dalam hati, sampai kejadian yang dialami dengan rekan saya.

Sekarang saya sadar apabila saya terjatuh, saya harus berusaha keras untuk bangkit saat itu juga dan memperbaiki diri.

Saya sekarang menyemangati semua praktisi, dan saya memiliki jalan keluar yang lebih baik dalam melakukan segala sesuatu yang seharusnya saya lakukan.

Melewati Keegoisan dan Menyelesaikan konflik

Terakhir, saya ingin berbagi dengan kalian bagaimana saya melewati keegoisan dalam menyelesaikan konflik yang berkepanjangan dengan seorang teman praktisi.

Ketika saat baru datang ke kelompok, saya sudah berlatih Falun Dafa setahun lebih. Saya sangat terkucil, dan tidak ada kelompok yang mendukung, dan saya sempat merasa jika saya ingin berhasil saya harus berada di dekat praktisi lain.

Kota yang terdekat dengan para kultivator satu setengah jam jauhnya, tapi saya masih tetap melakukan kontak dengan koordinator setempat untuk mengetahui tentang kelompok latihan dan kelompok belajar.

Saya berhubungan dengan seorang praktisi barat, dan dia sangat baik hati dan tulus meluangkan waktunya untuk berlatih bersama saya dan belajar Fa bersama saya.

Praktisi barat di kota kami sangat jarang, dia juga merasa sangat terkucil, dan sangat senang meluangkan waktu bersama saya.

Selama lebih dari setahun, dia dan saya melakukan latihan bersama dan belajar Fa bersama, dan dia juga secara bertahap membawa saya ke kelompok besar.

Begitu semuanya berjalan sangat baik, keterikatan hati berkembang di antara kami, dan saya sadar bahwa kami mulai melakukan banyak hal untuk persahabatan, daripada untuk Fa.

Menyadari ini, saya mulai merasa tidak nyaman berdekatan dengannya, tapi saya tidak mau menimbulkan konflik, jadi saya tutup mulut.

Berangsur-angsur, segalanya di antara kami menjadi semakin dan semakin tegang, tapi masih saja saya takut timbul konflik, jadi saya tetap tidak bertindak apa-apa tentang hal ini.

Setelah hampir setahun, keterikatan pertemanan kami berdua berkembang, dan segalanya hampir muncul ke permukaan.

Segera setelah saya pindah ke kota, saya punya perasaan kuat bahwa saya harus menjauhi teman praktisi ini, tapi saya benar-benar tidak dapat menjelaskannya.

Lalu suatu malam setelah kelompok belajar Fa, terpikir sesuatu, dan saya putuskan hubungan dengannya. Secara pasif kami berhubungan melalui Facebook, dan sikap saya sama sekali tidak sesuai dengan Fa.

Lebih dari dua tahun dia dan saya tidak bicara satu sama lain, awalnya dia mencoba menjangkau saya untuk melakukan latihan, atau belajar Fa, tapi saya tahu itu hanya alasan untuk berkumpul.

Lebih lanjut, karena terikat keegoisan, dan saya tidak mau berhadapan langsung, saya menghindar ketika dia mencoba menghubungi saya.

Sejak saat itu, selama dua tahun, setiap saat kami saling bertemu di lingkungan latihan, atau saat Shen Yun, kami saling berpaling muka.

Guru berkata:

"Sejumlah praktisi yang didesak ke luar oleh kalian karena hati manusia di antara kalian, tentu saja juga karena tidak berbuat dengan baik, yang pergi dengan gusar merasa tidak adil, bila anda tidak menemukan mereka hingga kembali, anda juga terhitung berbuat dosa. Apakah anda kira itu seperti urusan manusia biasa, sudah berlalu ya biarlah berlalu? Apakah sebegitu sederhana?" ("Ceramah Fa pada Konferensi Fa di New York tahun 2016")

Mendengar kata-kata Guru di New York, dan kesaksian dari teman-teman praktisi, saya sadar bahwa saya harus mengoreksi diri, dan menyelesaikan konflik ini.

Jadi, saya menghubungi teman praktisi ini, meminta maaf atas perbuatan saya, dan menyesali mengapa semuanya berlangsung seperti itu. Beberapa minggu kemudian, dia menerima permintaan maaf saya, dan saya tahu segalanya berjalan baik.

Ketika saya bertemu dia di lingkungan latihan, setelah selesai, saya menghampiri dan bicara dengannya. Obrolan kami berlangsung baik, dan kami berjabat tangan, dan berhubungan baik.

Sangatlah penting kita menjadi satu tubuh sebagai praktisi, dan jangan biarkan persoalan sepele menghalangi tanggung jawab besar kita. Kita harus sanggup saling bekerja sama dengan baik untuk menyelamatkan lebih banyak makhluk hidup. Jika hal kecil seperti yang saya ungkapkan itu dibiarkan berlarut-larut, bayangkan berapa banyak kerugian yang ditimbulkan. Saya sungguh merasa waktu begitu ketat, dan dengan kecemasan, saya mencoba mengejar.

Terima kasih sudah mendengarkan pengalaman kultivasi saya, dan jika ada yang tidak pantas, mohon dengan belas kasih ditunjukan. Terima kasih.

(Dibacakan di Konferensi Fa A.S. Tengah 2016)