(Minghui.org) Ibu saya memberi tahu saya sebuah peribahasa waktu saya kecil: “Mengharapkan orang lain beruntung akan membawa keberuntungan bagi diri sendiri.” Saya tidak begitu mengerti artinya, dan berpikir bahwa ia hanya ingin mengajarkan saya untuk tidak membenci orang lain.

Setelah menjadi praktisi Falun Dafa dan belajar banyak ajaran Fa tentang kehidupan, saya sadar peribahasa seperti itu mempunyai makna yang mendalam yang sebagian besar dari kita tidak benar-benar memahaminya.

Telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan bahwa pikiran manusia adalah substansi. Ketika orang berpikir, pikiran itu bisa menciptakan substansi dan membangkitkan energi, yang dapat memberikan dampak kepada orang lain.

Pemahaman ini mirip seperti kata-kata Guru, “Rupa terbentuk dari hati” (“Ceramah Fa pada Konferensi Dajiyuan” dari Ceramah Fa di Berbagai Tempat 10)

Ketika kita mengeluh atau memiliki pikiran negatif terhadap orang lain, hal-hal negatif ini akan menciptakan substansi yang dilemparkan ke dalam medan energi orang yang kita keluhkan. Pikiran tidak terlihat oleh kita, sesungguhnya orang itu menerima dan merasakannya, dan akhirnya menjadi tidak nyaman. Oleh karena itu, perilaku dan sikap orang itu bisa semakin buruk.

Ini menjelaskan hubungan antara sikap saya terhadap seseorang dan bagaimana orang itu memperlakukan saya. Ketika pikiran negatif tentang seseorang memasuki pikiran saya, orang itu dan saya sedang berkonflik, tetapi jika saya hanya mempertahankan pikiran positif dan belas kasih, dia akan memperlakukan saya dengan baik.

Peribahasa “Mengharapkan orang lain beruntung akan membawa keberuntungan bagi diri sendiri” tidak hanya pikiran yang penuh harap saja, karena semua pikiran kita memiliki keberadaan materi. Kita dapat merasakan, sama seperti kita tahu bahwa udara ada di sekitar kita, walaupun kita tidak melihatnya.

Jika orang sering memiliki pikiran negatif tentang orang lain dan bertengkar dengan orang lain, pada akhirnya dia akan mencelakan orang lain atau dirinya sendiri.

Dalam sebuah cerita tradisional kuno, ada seekor kuda mengeluh tentang seekor babi hutan yang masuk ke pandang rumput yang sama untuk makan. Kuda itu meminta pemburu untuk membunuh babi hutan jadi dia bisa memakan semua rumpun itu sendiri. Pemburu itu benar-benar membunuh babi hutan, tapi juga memasang kekang pada kuda dan menjadikannya budak. Kisah ini menggambarkan bahwa mengharapkan orang lain celaka akhirnya akan mencelakakan diri sendiri.

Falun Dafa mengajarkan orang untuk berbelas kasih, menjadi orang baik, dan menghendaki praktisinya untuk mengikuti prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar. Menjadi orang baik tidak hanya bermanfaat bagi orang lain dan masyarakat, tetapi juga diri sendiri.