(Minghui.org) Saya berusia 66 tahun dan tinggal di Provinsi Shandong, Tiongkok timur. Saya ingin berbagi bagaimana Falun Dafa mengubah kehidupan kakak ipar dan saya.

Terbaring di Ranjang

Pada tahun 1997, saya menderita slipped disc (pergeseran piringan sendi) dan harus terbaring di ranjang. Berpikir akan menjadi lumpuh, saya menjadi tertekan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Suatu hari dokter yang melakukan akupunktur pada saya memberitahu sebuah sistem meditasi. Dia berkata, “Meditasi ini sangat bagus dan saya melihat banyak orang membaik. Menakjubkan. Ada yang mengalami masalah kaki dan tidak bisa berjalan. Kini mereka bisa berjalan. Apakah kamu ingin mencobanya?”

Latihan meditasi yang dimaksud adalah Falun Dafa. Ketika saya bertanya dimana bisa mempelajari latihan ini, saya menemukan bahwa kakak saya dan seluruh keluarganya adalah praktisi. Dia berkata, “Datanglah kemari, saya akan memperlihatkan bagaimana cara melakukan latihan gerakannya.”

Pada waktu itu, keluarga saya mengelola toko serba ada dan usahanya sangat baik. Ketika dia mendengar ajakan kakak saya, suami saya berkata, “Saya tidak peduli usaha kita. Kondisi kesehatan kamu lebih berharga dari uang.” Dia memasang tanda “Dijual,” dan kami segera mendapatkan pembeli.

Suami, saya, dan putri kami pergi ke rumah kakak saya. Pada sore hari itu kami pergi ke tempat latihan bersama yang terletak di sebuah sekolah untuk mempelajari latihan tersebut.

Selain melakukan latihan gerakan, kami juga mulai membaca Zhuan Falun. Seperti yang dikatakan oleh dokter itu, rasa sakit hilang dan saya bisa berjalan lagi seperti anak muda. Seluruh keluarga terkejut dan beberapa kerabat juga ikut berlatih Falun Dafa.

Keteguhan

Dua tahun setelah ikut berlatih, penganiayaan di Tiongkok dimulai. Seperti kebanyakan praktisi di Tiongkok, saya mengalami segala macam penganiayaan, termasuk penangkapan ilegal dan penahanan.

Pada waktu itu, salah satu saudari tinggal bersama saya dan kami melakukan latihan bersama. Suatu hari polisi datang dan membawanya ke pusat penahanan. Saudari saya merasa ketakutan dan mengalami gejala sakit jantung. Tetapi petugas terus menerus menginterogasi dia, menanyai dia praktisi mana saja yang dia kenal dan tempat tinggal mereka. Karena penyiksaan dan tekanan mental, kondisi saudari saya merosot dan kemudian meninggal dunia.

Karena polisi sering datang mengganggu saya, saya terpaksa meninggalkan rumah dan pergi ke kota lain. Pada tahun 2004, seorang praktisi memberitahu saya bahwa kami perlu mencetak materi untuk memberitahu masyarakat apa sebenarnya Falun Dafa itu dan melawan propaganda fitnahan partai komunis. Dia berkata, “Sekarang, kita mendapatkan materi dari kota lain, membutuhkan sehari penuh untuk pergi ke sana dan kembali. Bisakah kamu membantu membuat materi di sini?”

Saya memutuskan untuk mencoba, dan hari berikutnya seorang praktisi lain datang untuk memperlihatkan bagaimana cara membuat materi. Setelah beberapa kali percobaan dan kesalahan, saya berhasil mencetak brosur. Melihat setumpuk materi dengan foto yang baik, saya merasa sangat bahagia karena tahu banyak orang bisa mengetahui fakta kebenaran dari materi tersebut.

Ketika kami pergi ke pinggiran kota untuk membagi brosur pada tahun 2008, seseorang melaporkan saya ke polisi. Saya ditangkap dan ditahan di kamp kerja paksa selama 15 bulan. Penyiksaan dan cuci otak membuat saya menjadi lemah. Suami dan putri saya mencemaskan diri saya bahkan setelah saya dibebaskan dan kembali ke rumah.

Saya tahu kesehatan saya yang baik berasal dari berlatih Falun Dafa, dan tidak ada yang bisa menghentikan saya untuk berlatih dan meyakininya. Tidak lama setelah pulang ke rumah, saya tetap melakukan latihan gerakan. Baik suami maupun putri senang melihat saya sehat lagi. Mereka tidak hanya membantu saya memproduksi materi tetapi juga memberitahu orang lain mengenai kisah saya. Setelah mendengar tentang kesembuhan saya yang menakjubkan, banyak orang yang kami kenal tidak percaya lagi propaganda fitnahan partai komunis terhadap Falun Dafa.

Kakak Ipar

Kakak ipar saya terus menerus mengalami sakit leher dan didiagnosa memiliki tumor. Karena rumah sakit setempat tidak tahu bagaimana untuk mengobatinya, dokter menganjurkan dia pergi ke sebuah rumah sakit di Beijing.

Dalam perjalanan kereta ke Beijing, dia menelepon dan memberitahu saya apa yang terjadi. Saya sudah memberitahu dia tentang Falun Dafa sebelumnya, namun dia tidak berani mendengar karena takut akan penganiayaan di Tiongkok. Dia teringat saya pernah memberitahunya bahwa Falun Dafa mengajarkan orang untuk menjadi warga yang lebih baik dengan mengikuti prinsip Sejati-Baik-Sabar.

Dia berkata, “Kini saya memahami kenapa kamu begitu menyukai Falun Dafa. Apakah kamu berpikir bahwa melafalkan kalimat yang kamu beritahu saya sebelumnya akan membantu saya?” Meski dia tidak bisa mengucapkannya melewati telepon, saya tahu dia sedang mengacu pada kata-kata yang saya beritahu kepadanya: “Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.”

Saya mengiyakan dan dia mengatakan dia terus menerus melafalkan kata-kata itu.

Setelah dia tiba di rumah sakit, dokter memeriksanya dan berkata bahwa kondisinya telah membaik. Seorang dokter berkata, “Gumpalannya sangat kecil sekarang. Saya rasa kamu tidak perlu operasi lagi.” Dokter mengizinkan kakak ipar saya pulang ke rumah tanpa memberikan resep obat apapun.

Tidak lama setelah dia pulang dari Beijing, kakak ipar saya sembuh total. Suaminya sangat senang. Dia menelepon saya dan berkata, “Terima kasih banyak!” Lalu dia berseru, “Falun Dafa baik! Sejati-Baik-Sabar baik!”