(Minghui.org) Ibu mertua saya yang tinggal bersama kami, memiliki temperamen yang tinggi. Kebanyakan orang yang mengenalnya sangat mengetahui hal ini.

Sekarang ibu mertua selalu memuji saya ke mana pun dia pergi. Saya tahu di dalam hati bahwa saya tidak akan menjadi diri saya sekarang ini tanpa bimbingan Guru dan kultivasi Dafa.

Beliau akan mengucapkan hal-hal yang menyakitkan hati ketika kehilangan kesabarannya, tidak mempertimbangkan perasaan orang lain. Sebelum berlatih Falun Dafa, saya bertengkar dengannya setiap kali beliau memarahi saya. Jika kalah, saya diam-diam menyimpan dendam dan merasa kasihan pada diri sendiri. Akibatnya, awan gelap menggantung di atas keluarga kami.

Setelah berlatih Dafa, saya tahu harus menahannya dan tidak membalasnya. Guru memberitahu kita:

“… dipukul tidak membalas, dicaci tidak membalas.” (Ceramah Fa di Sydney)

“Kesabaran adalah kunci untuk meningkatkan Xinxing. Bersabar dengan marah dan benci, merasa dipersalahkan, menahan air mata, itu adalah bentuk kesabaran dari seorang manusia biasa yang terikat oleh rasa khawatir. Sama sekali tidak timbul marah dan benci, tidak merasa dipersalahkan barulah merupakan kesabaran dari orang Xiulian.” (Apa yang Dimaksud Kesabaran?, Petunjuk Penting Untuk Gigih Maju)

Walaupun saya mengetahui ajaran ini, setiap kali ibu mertua memaki saya, saya segera merasa dipersalahkan dan mengingat apa yang dikatakan Guru setelah itu.

Saya merasa tersiksa dan terus menerus bertanya pada diri sendiri, “Bagaimana saya bisa bersabar seperti seorang praktisi?” Melalui belajar Fa, saya memahami bahwa sebagai seorang praktisi, saya perlu mencari ke dalam ketika menghadapi konflik.

Saat berikutnya kami berselisih, saya menahan lidah dan bertanya pada diri sendiri apa kesalahan saya. Setelah berulang-ulang berjuang seperti itu dan belajar Fa, perlahan-lahan saya menyadari bahwa pasti ada takdir pertemuan dan karma antara ibu mertua dan diri saya.

Sepertinya saya memperlakukan beliau dengan cara ini di kehidupan lalu, jadi saya membayar kembali pada kehidupan ini. Juga kemungkinan Guru menggunakan karma di antara kami untuk mengatur ujian dan menguji saya demi meningkatkan tingkatan kultivasi saya. Jika adalah sebab pertama, saya seharusnya tidak menyimpan dendam karena membayar utang, Guru memberitahu kita, “Utang harus dibayar.” (Zhuan Falun)

Jika sebab kedua, saya seharusnya berterima kasih kepada Guru dan ibu mertua. Mengapa saya harus menyimpan dendam? Setelah pemahaman saya menjadi jernih, hati dan pikiran saya tiba-tiba terbuka lebih lebar. Tidak peduli betapa sakit kata-katanya, sama sekali tidak mampu menyentuh hati saya. Beliau segera merasakan perubahan saya dan mulai memuji saya ketika menceritakan hubungan kami kepada orang lain.

Tahun lalu kami mengadakan pesta ulang tahun untuk ibu mertua. Saya mengantar beberapa temannya pulang ke rumah setelah pesta selesai. Salah satu dari mereka berkata kepada saya dalam perjalanan, “Dia berbicara jelek tentang anda di depan semua orang, namun kamu tidak marah. Malah, kamu tetap membantu di pesta semampu kamu.”

Saya bahkan tidak menyadari kejadian yang diceritakannya. Dia kemudian melanjutkan, “Jika saya memperlakukan menantu saya dengan cara itu, dia tidak akan berbicara dengan saya paling sedikit sebulan. Tidak heran ibu mertua kamu selalu memuji kamu sepanjang waktu.”

Saya menyadari bahwa sepertinya ibu mertua menghina teman-temannya dalam interaksi mereka. Mereka bukan praktisi dan pasti tersinggung dengan kata-katanya. Jadi saya mulai berbincang-bincang dengan mereka, berpikir mungkin ini bisa membantu untuk saling pengertian. Saya berkata, “Mungkin kalian tidak tahu bahwa sebenarnya beliau memiliki hati yang baik walaupun temperamennya cepat marah dan kadang-kadang tidak memikirkan hal-hal yang menyakitkan orang lain dengan kata-katanya. Segera setelah beliau melampiaskan ketidak-senangannya, dia akan bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Saya mengatakan dari pengalaman saya sendiri. Jadi saya tidak akan menaruh perhatian terhadap apa yang diucapkan dan hanya melakukan apa yang perlu dilakukan sesuai dengan caranya. Ketika beliau marah dan memperlakukan kalian dengan buruk, mohon jangan tersinggung dan membalas, jelaskan temperamennya kepada mereka yang disakitinya. Juga, akan lebih bagus lagi jika kalian bisa menjelaskan kepadanya ketika dia sudah tenang. Karena kalian adalah teman-temannya, beliau mungkin mau mendengar kalian.”

Mereka setuju dan berkata, “Kamu sangat baik. Sekarang kami sudah tahu. Kami akan membantu menjelaskan kepadanya sebisa mungkin.”

Tidak lama kemudian, temperamen ibu mertua mulai berubah, sikap serta nada suaranya menjadi semakin baik. Suatu hari dia mulai memaki saya: “Betapa bodohnya kamu! Betapa bodohnya kamu!” Saat itu, dia berhenti dan menatap wajah saya yang tenang. Saya bertanya padanya seakan-akan segalanya baik-baik saja, “Bagaimana saya harus melakukan ini?” Tiba-tiba dia menjadi ringan dan sepertinya sudah sadar serta berkata pelan, “Tidak apa-apa. Biarkan saya melakukannya.”

Sesuatu yang memisahkan ibu mertua dengan saya sepertinya hancur berkeping-keping pada momen yang tepat. Saya tahu karma di antara kami telah terselesaikan. Guru pasti melakukan ini untuk saya ketika beliau melihat saya sungguh-sungguh tidak menaruh dendam dan marah kepada ibu mertua. Sungguh seperti yang Guru ajarkan kepada kita:

“Betapa banyak urusan kacau di dunia manusia;
Mengalami budi baik dan dendam yang berangkap-rangkap;
Tiada harapan bagi yang berhati jahat dan berkarma besar;
Dafa berupaya mengatasi sumber asalnya.”
(Mengatasi Bencana Besar, Hong Yin II)