(Minghui.org) Lu Guanru adalah salah seorang dari 119 praktisi Falun Gong yang ditargetkan karena keyakinan mereka selama penangkapan massal di Provinsi Heilongjiang pada tanggal 9 November 2018. Sekarang, dia menghadapi dakwaan setelah kejaksaan setempat menyetujui penangkapannya pada bulan Desember. Pengacaranya tidak diizinkan mengunjunginya di Pusat Penahanan Daqing.

Falun Gong yang juga dikenal sebagai Falun Dafa adalah latihan pikiran-tubuh berdasarkan prinsip Sejati-Baik-Sabar yang telah dianiaya oleh rezim komunis Tiongkok sejak bulan Juli 1999.

Penangkapan terakhir Lu didahului oleh dua penangkapan sebelumnya pada tahun 2000 yang diikuti dengan 13 bulan penahanan dan penyiksaan di kamp kerja paksa. Istrinya, Sun Zhongping, juga seorang praktisi Falun Gong, ditangkap dan ditahan lima kali. Dia dua kali dibebaskan di ambang kematian karena disiksa di tahanan.

Dilaporkan bahwa Lu dipaksa berdiri untuk waktu yang lama karena menolak untuk melepaskan keyakinannya setelah penangkapan terbarunya. Keluarganya khawatir tentang penyiksaan lain yang mungkin menimpanya mengingat perlakuan yang ia dan istrinya terima selama penahanan sebelumnya.

Putri Tumbuh dalam Ketakutan dan Diskriminasi

Untuk menghindari lebih banyak penganiayaan, Lu dan istrinya dipaksa meninggalkan rumah pada tahun 2001 dan berkeliaran sekitar sepuluh tahun. Selama waktu itu, polisi menangguhkan pensiun mereka sedangkan putri mereka yang masih remaja harus mengurus dirinya sendiri.

Lu ingat bahwa ketika mereka menelepon putri mereka pada suatu malam, dia menangis dan mengatakan kepada orang tuanya bahwa polisi baru saja pergi setelah mencoba masuk ke rumah mereka. Dia sangat takut. Tetapi ketika Lu berkata bahwa dia akan segera kembali untuk tinggal bersamanya, dia menangis lebih keras dan memintanya untuk tidak kembali karena dia tidak ingin Lu ditangkap lagi.

Kemudian, putri mereka mengalami banyak kesulitan dalam mencari pekerjaan yang baik karena latihan Falun Gong orang tuanya. Salah seorang manajer perekrutan pernah mengatakan kepadanya bahwa alasan mereka menolaknya adalah karena orang tuanya ada dalam daftar orang yang buron.

Akhirnya, dia terpaksa meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke Kota Qingdao, Provinsi Shandong untuk mencari peluang yang lebih baik.

Ketika dia menikah pada tahun 2006, Lu dan istrinya hanya mampu membeli satu set pakaian baru untuk pengantin baru. Putrinya menangis ketika mereka berbelanja pakaian bersama.

Lu mengenang, “Saya tahu bahwa dia tidak ingin kami melakukan sesuatu yang lebih untuknya karena mengetahui betapa sulitnya bagi kami untuk mencari nafkah. Tetapi [membeli pakaian] ini adalah satu-satunya hal yang bisa saya lakukan untuknya.”

Disiksa Selama Penahanan Sebelumnya

Baik Lu maupun Sun menghargai Falun Gong karena mengembalikan kesehatan mereka dan membuat mereka menjadi lebih berpikiran luas dan damai. Setelah penganiayaan dimulai, mereka pergi ke Beijing untuk memohon keadilan bagi Falun Gong pada tanggal 12 April 2000 dan ditangkap. Petugas menggeledah mereka, menyita semua uang mereka, dan membawa mereka kembali ke Kota Daqing. Lu ditahan di Pusat Penahanan Longfeng sementara Sun ditahan di Pusat Penahanan Kota Daqing.

Selama satu bulan penahanan di sana, Lu menjadi sasaran pemukulan biadab oleh para tahanan. Mereka juga mencukur rambutnya dan mengambil semua pakaian baru yang dia kenakan khusus untuk perjalanan ke Beijing.

Tidak lama setelah pembebasan, pasangan itu ditangkap lagi pada tanggal 18 Juni 2000 karena melakukan latihan Falun Gong di luar ruangan dengan praktisi lain.

Polisi menahan Lu di ruang terisolasi dan menginterogasinya. Seorang petugas menggaruk pantatnya dan memukul kepalanya dengan sepatu kulitnya selama empat jam. Bahkan sesekali petugas itu sendiri harus beristirahat memukul.

Kepala Lu bengkak parah dan matanya hampir tertutup rapat. Bokongnya dipenuhi memar-memar yang hitam dan menjadi mati rasa karena pemukulan.

Kemudian, dia dihukum satu tahun kerja paksa, dia menderita lebih banyak penyiksaan sebagai cara untuk memaksanya melepaskan Falun Gong sebagaimana dirinci di bawah ini.

Diikat dengan tali:

Para penjaga mengikat lengannya dengan tali setebal setengah inci. Empat orang meregangkan tali untuk mengencangkannya setiap 15 menit. Ketika mereka melonggarkan tali, lengannya benar-benar pucat dan penyok yang dalam. Dia menjerit kesakitan. Seorang penjaga menutup mulutnya dan menendangnya. Dia jatuh ke tanah tetapi tidak dapat bersuara meskipun rasa sakit yang luar biasa.

Pembekuan:

Februari adalah bulan terdingin dan suhunya jauh di bawah titik beku. Karena Lu melakukan latihan Falun Gong, para penjaga melepas mantel dan celana lalu mengikatnya ke tiang logam dari keranjang basket di luar ruangan. Itu sangat dingin sehingga anggota tubuhnya kehilangan rasa. Bahkan para penjaga yang mengenakan celana salju harus mengenakan selimut tebal untuk menghangatkan diri setelah mereka masuk.

Siksaan berdiri:

Kamp kerja paksa sering memerintahkan para praktisi yang ditahan di sana menulis pernyataan untuk melepaskan keyakinan mereka. Ketika Lu menolak untuk menulis pernyataan seperti itu, para penjaga meninggalkannya di luar dan membiarkannya tersengat gigitan nyamuk dan terik matahari di musim panas.

Pada malam hari, dia dipaksa berdiri menghadap dinding selama berjam-jam dengan kepala menunduk dan tangan terentang ke belakang. Saat keringatnya terus menetes, para penjaga memukuli kepalanya dengan tongkat pel.

Kerja paksa:

Setiap praktisi Falun Gong dipaksa melakukan pekerjaan pertanian selama berjam-jam setiap hari. Tubuhnya menua dengan cepat setelah satu tahun kerja keras.

Penyiksaan mental:

Selain penyiksaan fisik, kamp kerja paksa juga membuat para praktisi dicuci otak secara ekstensif. Ketika mereka tetap teguh dalam keyakinan mereka, para penjaga memaksa mereka berdiri atau berjongkok selama berjam-jam.

Setelah semua tindakan pemaksaan gagal memaksa Lu untuk berhenti berlatih Falun Gong, kamp kerja paksa memperpanjang hukumannya lebih dari satu bulan.

Setelah dia akhirnya dibebaskan pada tahun 2001, polisi menangkap istrinya sebelum dia tiba di rumah. Dia ditahan di pusat penahanan selama lebih dari sebulan dan tidak dibebaskan sampai dia berada di ambang kematian.

Ketika pasangan itu akan memulai hidup baru, polisi mulai mengawasi mereka setiap hari di luar rumah mereka. Setelah mengetahui bahwa polisi berencana untuk mengirim istrinya ke kamp kerja paksa, pasangan itu membuat keputusan sulit untuk tinggal jauh dari rumah untuk menghindari penangkapan lagi. Tetapi, mereka tidak berharap ini berlangsung selama hampir satu dekade.

Lu pernah kembali ke tempat kerjanya untuk meminta kompensasi finansial, namun mantan atasannya melaporkannya ke polisi. Dia hampir ditangkap lagi.

Meskipun Lu lolos dari penangkapan, Sun ditangkap pada tanggal 18 September 2011 ketika dia kembali ke rumah untuk menghabiskan Festival Pertengahan Musim Gugur dengan ibunya yang berusia 80-an tahun. Polisi menggeledah kediamannya dan menyita barang-barang yang berhubungan dengan Falun Gong.

Polisi mengikatnya ke kursi selama dua hari dan tidak mengizinkannya tidur. Seorang penjaga memukulinya dari waktu ke waktu. Dia mulai batuk darah dan tidak bisa berjalan. Dia melakukan mogok makan selama lebih dari sebulan, namun polisi masih menolak untuk membebaskannya. Kemudian, dia dipindahkan ke Pusat Rehabilitasi Narkoba Harbin dan ditahan di sana selama setahun. Setelah dibebaskan pada bulan Desember 2012, ia kesulitan berjalan dan berbicara akibat penyiksaan.

Artikel terkait dalam Bahasa Inggris:

After Ten Years of Traveling Place to Place to Avoid Persecution, Ms. Sun Zhongping Arrested

Ms. Sun Zhongping from Daqing City Taken to Harbin Drug Rehabilitation Center

119 Falun Gong Practitioners Arrested in Two Heilongjiang Province Cities in One Day

Artikel terkait dalam bahasa Mandarin:

遭 上 绳 、 冷冻 、 奴役 原 大庆 房 建 建 优秀 优秀 职工 职工 江泽民修 法轮功 身心 净化 做好 人 遭 中共 迫害