(Minghui.org) Sepasang suami-istri di Kabupaten Nong’an, Provinsi Jilin ditangkap tanggal 15 Juli 2020 karena keyakinan mereka terhadap Falun Gong. Pada tanggal 25 Agustus, sang suami, Jiang Quande, meninggal di rumah setelah dibebaskan karena masalah fisik. Istrinya, Sun Xiuying, kini ditahan di Pusat Penahanan Kabupaten Nong’an dan menunggu persidangan oleh Pengadilan Dehui.

Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah sebuah latihan spiritual dan meditasi kuno yang telah dianiaya oleh rezim komunis Tiongkok sejak tahun 1999.

Di bawah ini adalah sebuah surat terbuka yang ditulis putra Sun kepada hakim, mendesaknya untuk menjatuhkan kasusnya terhadap Sun.

Kepada Hakim,

Saya putra Sun Xiuying. Terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk membaca surat ini. Saya yakin anda juga tahu ayah saya, Jiang Quande, yang baru saja meninggal sebagai hasil dari penganiayaan bulan Agustus ini. Kini ibu saya masih ditahan di Pusat Penahanan Kabupaten Nong’an. Keluarga saya yang dulunya bahagia kini terpisah.

Ayah saya dulunya bekerja di biro penyimpanan biji-bijian Kabupaten Nong’an sebagai seorang buruh. Dia sering bekerja dari jam 6 pagi hingga jam 8 atau 9 malam. Dia biasanya tidak ada waktu untuk makan siang, namun hanya makan dengan cepat dan kembali bekerja. Kerja keras itu berdampak pada kesehatannya dan dia berangsur-angsur menjadi kecanduan minum-minum dan merokok. Amarahnya juga memburuk dari waktu ke waktu. Ketika dia mabuk, dia akan bertengkar dan memukuli ibu saya. Terkadang saya melihat ibu saya menangis sendirian pada malam hari.

Kemudian, ibu saya mendengar bahwa Falun Gong dapat memperbaiki kesehatan dan karakter seseorang, jadi mereka berdua mulai berlatih. Satu tahun kemudian, ayah saya memang benar berhenti merokok dan minum-minum. Dia seperti orang yang berbeda, yang mulai peduli dengan ibu saya. Keluarga saya penuh kebahagiaan dan harmonis lagi.

Namun kehidupan bahagia kami tidak berlangsung lama. Pada tahun 1999, Jiang Zemin (mantan kepala Partai Komunis Tiongkok) mulai menganiaya Falun Gong. Antara tahun 1999 dan 2001, ayah saya ditangkap tiga kali. Pada tahun 2002, kedua orang tua saya ditangkap. Saya hanya seorang remaja pada saat itu dan tidak dapat sungguh-sungguh memahami apa yang terjadi.

Tanpa orang tua kami, saya dan kakak laki-laki saya pergi ke rumah teman dan keluarga, memohon makanan. Beberapa keluarga menolak kami dan menjauhkan kami dari rumah mereka. Kami sering merasa tak berdaya dan putus asa. Setiap hari adalah perjuangan bagi kami, dan setiap hari, kami merindukan orang tua kami agar pulang ke rumah.

Satu tahun kemudian, ibu saya kembali, namun ayah saya dijatuhi hukuman 11 tahun. Dalam tahun-tahun tersebut ketika ayah saya dipenjarakan, ibu saya bekerja sangat keras untuk menopang kakak laki-laki saya dan saya, hingga kami berdua menikah dan pindah dari rumah. Saya tidak dapat membayangkan betapa besar pengorbanan yang ibu saya buat dan betapa banyak penderitaan yang dia lalui demi membesarkan kami, sendirian.

Ilustrasi Penyiksaan: bangku harimau

Ayah saya, dia dikenakan siksaan yang kejam ketika dalam penahanan, termasuk bangku harimau, kasur kematian, diikat, disetrum dan duduk di kursi kecil tanpa bergerak. Penjaga penjara juga menaruh kantong plastik di kepalanya dan menusuk jari serta putingnya dengan batang bambu runcing.

Dalam siksaan lainnya, penjaga memborgol tangannya di belakang punggungnya dan menarik tangannya melewati kepalanya hingga ke depan. Mereka mengulangi ini lebih dari sepuluh kali. Kemudian mereka mengguncangkan pergelangan tangannya. Lengan kanannya patah dan akibatnya menjadi cacat. Semua giginya menjadi rontok.

Hampir tidak dapat selamat dari siksaan tersebut, ayah saya akhirnya kembali ke rumah tahun 2013, namun kembali ditangkap tahun 2015 dan kemudian 2016 bersama ibu saya. Pada tanggal 15 Juli 2020, mereka berdua ditangkap sekali lagi. Ayah saya sudah sangat lemah ketika dia ditangkap. Dia meninggal pada tanggal 25 Agustus tidak lama setelah dia dibebaskan. Ibu saya bahkan tidak diperkenankan untuk melihatnya untuk yang terakhir kalinya.

Kini kakak laki-laki saya dan saya memfokuskan semua upaya kami untuk menyelamatkan ibu, yang sudah berusia 66 tahun. Karena penganiayaan ini, dia sangat menderita. Namun meski penderitaannya, dia masih menjunjung keyakinannya dan hidup dengan prinsip Sejati, Baik, Sabar. Dia tidak pernah ragu untuk membantu orang lain, meski jika itu berarti dia harus menanggung kerugian itu sendiri.

Jika dia melihat seseorang di bus yang tidak memiliki kembalian, dia akan membayarkan tarif tersebut untuk mereka. Jika dia melihat orang tua di jalan, dia akan membantu mereka membawakan barang dan membantu mereka sampai di rumah. Meski dia tidak memiliki banyak uang untuk dirinya sendiri, dia selalu mengulurkan tangan ketika keluarga kami datang meminjam uang darinya. Ketika keluarga menipunya lebih dari 10.000 yuan, dia tidak memendam dendam terhadap orang tersebut.

Saya tidak dapat mengerti, untuk orang yang baik seperti ibu saya, bagaimana bisa dia melanggar hukum dan “menggunakan organisasi sesat untuk merusak penegakan hukum?” [Catatan editor: ini adalah dalih umum yang digunakan PKT untuk mendakwa Falun Gong.] Saya telah mencarinya secara daring, dan saya tidak melihat adanya hukum yang menunjukkan bahwa Falun Gong adalah aliran sesat.

Konstitusi melindungi kebebasan beragama, yang mana adalah hak dasar yang tidak dapat dilanggar oleh entitas pemerintah, organisasi, maupun individu apapun. Kini ada orang di lebih dari 100 negara dan daerah berlatih Falun Gong, dan hanya di Tiongkok saja, mereka dianiaya.

Sedih melihat sangat banyak orang ambil bagian dalam penganiayaan yang diperintahkan oleh Jiang Zemin. Jiang memiliki tiga kebijakan penganiayaan, “hancurkan reputasinya, siksa fisik mereka, dan bangkrutkan mereka secara finansial.” Namun, tidak ada satu pun dari kebijakan ini dikeluarkan dalam bentuk tertulis, hanya disampaikan secara lisan. Saya rasa mereka sendiri tahu dengan jelas bahwa ketika Falun Gong terbukti benar di masa depan, mereka akan dimintai pertanggung jawaban atas itu. Namun tanpa adanya bukti keterlibatan mereka, pejabat tingkat rendah yang melakukan kebijakan penganiayaan akan menjadi kambing hitam mereka ketika kebenaran terungkap.

Dalam pandangan hormat saya, saya tahu anda juga menghadapi tekanan dari atasan anda. Namun anda juga memiliki suara anda sendiri, saya harap anda dapat membuat keputusan dengan kesadaran anda dan mengembalikan keadilan bagi ibu saya. Kakak laki-laki saya dan saya telah kehilangan ayah kami dan kami tidak sanggup kehilangan ibu kami lagi. Para dewa memerhatikan kita. Saya yakin anda akan diberkati atas pilihan lurus anda.

Saya harap anda dan keluarga dalam bahagia dan kedamaian. Terima kasih!

Putra Sun Xiuying

10 November 2020

Laporan terkait dalam bahasa Inggris:

Once Imprisoned for 11 Years, Jilin Man Dies a Month and a Half after Latest Arrest for His Faith

Fourteen Falun Gong Practitioners Targeted in Group Arrests in Jilin Province Remain in Custody