(Minghui.org) Saya adalah praktisi Falun Dafa dari provinsi Tucumán, utara Argentina. Saya mulai berlatih Falun Dafa pada Agustus 2017. Saat itu, saya menderita berbagai penyakit, termasuk gastritis kronis, sindrom iritasi usus besar, hernia hiatal, jantung berdebar, insomnia, serangan panik, dan stres, dan saya sedang menjalani perawatan psikiatris.

Tidak hanya kesehatan saya yang memburuk, tetapi saya juga memiliki karakter yang sangat buruk. Putri saya masih sangat kecil dan saya sering memarahi mereka. Saya juga sering berdebat dengan suami, dan saya selalu mengeluh tentang dia dan mengeluh tentang kurangnya minatnya pada saya. Pertengkaran kami disebabkan oleh iri hati dan kebencian saya. Saya hidup tenggelam dalam perasaan tidak adil dan saya merasa bahwa seluruh hidup saya hancur.

Setelah berlatih Falun Dafa, semua penyakit saya sembuh dan konflik dengan suami menjadi berkurang. Kami belajar untuk bercakap-cakap dan menemukan solusi untuk konflik kami, dan dalam waktu yang sangat singkat, keluarga kami harmonis kembali! Dengan kata lain, Dafa memberi saya kehidupan kedua.

Saya beruntung memiliki lingkungan kultivasi yang baik karena suami, dua putri, dan adik perempuan saya juga berkultivasi Dafa.

Sejak masih sangat kecil, saya selalu merenungkan arti hidup yang sebenarnya. Saya sering berbaring di tanah menatap langit. Saya dapat merasakan bahwa saya berasal dari suatu planet dan keinginan saya adalah untuk pulang ke rumah. Saya mencari kebenaran keberadaan saya selama bertahun-tahun dan suara batin saya mengatakan bahwa saya telah turun ke dunia ini untuk misi penting.

Berkat Falun Dafa, saya sekarang mengerti bahwa tujuan hidup saya adalah untuk kembali ke jati diri yang asli. Dafa memberi kita tangga menuju langit. Saya sangat beruntung bisa berlatih Falun Dafa!

Mulai Berlatih Falun Dafa

Setelah mempelajari latihan, saya langsung mulai membaca Zhuan Falun. Kemudian, saya berbicara tentang Falun Dafa dengan saudara perempuan saya, yang masih berlatih sampai sekarang. Sejak kami masih kecil, kami telah mengalami banyak situasi supernatural yang tidak dapat dijelaskan oleh siapa pun kepada kami dan sekarang kami menemukan jawaban atas semua pertanyaan kami.

Kami membaca Zhuan Falun dan melakukan latihan bersama. Tiba-tiba, saya mengerti banyak hal dan semua yang saya baca tampak sudah pernah saya ketahui. Saya juga memberi tahu suami tentang hal itu, dan memintanya melakukan latihan dan membaca buku yang luar biasa ini. Suami saya juga mulai berkultivasi dan putri saya setuju untuk melakukan latihan. Tak lama setelah membaca Zhuan Falun, putri sulung saya dapat melihat Guru Li Hongzhi dalam mimpinya dan banyak adegan di ruang dimensi lain.

Lambat laun, saya berhenti mendengarkan musik yang liriknya menyimpang dan tidak bermoral. Saya tidak lagi suka pergi ke pesta. Saya juga berhenti pergi ke tempat-tempat di mana alkohol dikonsumsi dan di mana musik keras dimainkan. Saya bahkan mulai kehilangan minat pada acara bincang-bincang, televisi, dan sinetron yang telah saya tonton ketika saya belum menjadi seorang kultivator.

Pada awalnya, saya mengalami banyak kesengsaraan karma penyakit dan merasa tidak nyaman di sekujur tubuh. Suatu hari, saya harus turun dari bus karena saya merasa akan pingsan, dan ketika saya turun, saya mulai memuntahkan zat hitam yang lengket. Saya tidak takut dan mengerti bahwa tubuh saya sedang dimurnikan. Setelah memikirkan hal itu, saya merasa ringan dan mulai bekerja seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Mempelajari Arti Kultivasi dan Mencari Ke Dalam

Saya telah berlatih Falun Dafa selama lima tahun. Saya telah melalui banyak pasang surut di jalur kultivasi saya, dari sangat rajin pada awalnya hingga jatuh ke dalam keadaan terbenamnya diri dalam kehidupan sehari-hari dan kenyamanan. Ketika saya sibuk, saya membuat alasan untuk diri sendiri dengan tidak belajar Fa atau melakukan latihan. Setiap kali menyimpang dari Fa, saya merasa kesepian, sedih, dan tersesat di dunia ini. Meski begitu, saya berhasil melewati sampai hari ini. Terima kasih Guru karena tidak meninggalkan saya dan selalu menyemangati dan membimbing saya pada saat-saat genting. Proses kultivasi saya dipenuhi dengan belas kasih dan pengorbanan Guru Li Hongzhi (pencipta Falun Dafa).

Saya mencari ke dalam saat menulis berbagi saya. Ketika masih kecil, saya mengembangkan mentalitas bersaing dan egois, dan saya selalu melihat nama sebagai jalan keluar dari kemiskinan. Saya lahir di keluarga yang sangat rendah hati dan penuh belas kasih. Di rumah, kami tidak pernah merasa nyaman, dan selalu didiskriminasi karena memiliki banyak saudara dan miskin. Saya mengembangkan perasaan rendah diri, tetapi yang paling saya tandai dalam ingatan saya sejak saya masih sangat muda adalah iri hati, kepribadian saya yang berubah-ubah, dan kebencian di hati ketika saya merasa tersinggung atau dianiaya.

Untungnya, ketika saya belajar Dafa, saya dapat memahami arti hidup, alasan masa lalu saya, dan saya mengerti bahwa pernikahan kami berhubungan dengan takdir pertemuan kami.

Namun, setiap kali saya merasa dia memperlakukan saya dengan tidak adil, lapisan demi lapisan kebencian dan iri hati akan muncul kembali. Ketika kami mengalami konflik, dia merasa bahwa saya selalu menganggap saya benar dan itu semua salahnya. Hanya ketika konflik kami menjadi begitu intens, saya akhirnya ingat untuk mencari ke dalam dan mengakui bahwa saya salah tanpa syarat. Saya memutuskan untuk memeriksa masalah saya, tetapi itu adalah proses yang menyakitkan. Kemudian, saya menyadari bahwa pikiran dan konsep manusia saya telah membuat saya menolak untuk melepaskan kebencian dan iri hati terhadapnya.

Guru berkata,

“Terhadap siapa pun juga sama, terhadap orang tua maupun putra putri seyogianya bersikap baik, dalam segala hal selalu memikirkan orang lain, hati ini niscaya tidak mementingkan diri lagi, hati yang selalu ramah tamah dan yang belas kasih. Qing adalah sesuatu yang ada di tengah manusia biasa, manusia biasa adalah hidup demi Qing.” (Ceramah 6, Zhuan Falun)

Apakah saya mempraktikkannya? Saya selalu memikirkan diri sendiri dan mengeluh tentang orang lain. Saya mencari ke luar dan berpikir bahwa dia egois. Bukankah saya salah? Seorang praktisi harus menjadi orang yang baik dalam keadaan apapun. Apakah saya orang yang baik? Betapa salahnya saya!

Saya menyadari bahwa saya belum melepaskan perasaan dan memiliki keterikatan yang kuat pada nafsu birahi dan iri hati terhadap suami saya.

Sebelum saya belajar Dafa, karena perasaan tidak adil tentang perlakuan suami terhadap saya, nafsu saya, dan keegoisan saya, saya akhirnya mengkhianati suami dan menodai pernikahan kami. Sampai hari ini, saya merasa malu akan hal ini dan berkali-kali saya merasa tidak layak untuk melanjutkan kultivasi. Saya meminta pengampunan Guru atas dosa besar yang saya lakukan. Saya memutuskan untuk memberi tahu suami saya karena saya akan jatuh ke dalam sentimentalitas dengan pria lain, dan saat saya mengultivasi diri sendiri, ini sudah tidak dapat diterima. Saya memiliki banyak keraguan sebelum mengatakan yang sebenarnya kepada suami saya dan hati saya sangat berat. Saya berpikir bahwa memberitahu dia akan menjadi hal terbaik untuk dilakukan.

Sejak saat itu, seluruh lingkungan kultivasi kami berubah. Perdebatan kami menjadi semakin sering lagi, dan ketika lapisan kebencian itu kembali, kami saling mengkritik dan mengatakan hal-hal yang menyakitkan satu sama lain sampai lupa bahwa kami adalah kultivator Dafa. Kami berdua tidak bisa melepaskan sentimentalitas kami atau memiliki belas kasih satu sama lain. Kekuatan lama memperhatikan celah kebocoran kami, jadi sesekali kebencian kembali dan karma pikiran mengisi kami dengan konsep manusia yang tidak bisa kami lepaskan.

Seiring waktu, saya hampir tidak dapat melanjutkan kultivasi saya dan saya menyalahkan dia karena tidak berbelas kasih terhadap saya. Ketika pertengkaran ini terjadi, saya jarang mencari kesalahan saya, dan sebaliknya, saya menjadi kecil hati dan sering berpikir untuk mengakhiri hidup jika suami saya mengajukan gugatan cerai. Berkali-kali, saya membiarkan diri saya dikendalikan oleh amarah, dan saya berusaha melukai tubuh saya dan dengan sengaja memukul diri saya sendiri. Saya tidak menyadari bahwa saya terikat untuk tidak melepaskan perasaan terhadap suami, dan ini telah menghalangi saya untuk gigih maju dan juga menunda kultivasi suami saya.

Awalnya, saya bertanya-tanya bagaimana saya akan terus berkultivasi jika kami bercerai. Bagaimana kami dapat membantu putri kami memahami situasinya dan membantu mereka untuk terus berkultivasi meskipun kami tidak tinggal bersama? Pada saat ini, saya mulai menerima bahwa perceraian bisa menjadi jalan keluar dari konflik ini meskipun itu menyakitkan bagi kami. Namun kemudian, saya menyadari bahwa saya mencoba melarikan diri dari konflik dengan membiarkan diri saya menyembunyikan keterikatan saya. Karena keterikatan telah terungkap, sebagai seorang kultivator, saya harus menghadapinya dan sepenuhnya melenyapkannya. Saya menyadari bahwa saya harus mengikuti tuntutan Fa. Jika tidak, terbungkus dalam perasaan ini dan tidak membiarkannya pergi akan menyakiti saya, dan mengganggu suami dan putri saya. Dan jika saya tidak lulus ujian, saya tidak dapat lagi melakukan tiga hal dengan baik yang Guru minta untuk kita lakukan.

Mencari lebih dalam, saya mengerti bahwa sebagai pasangan praktisi, ketika kita menghadapi konflik, daripada berdebat dan mencari siapa yang benar dan siapa yang salah, kita harus mencari ke dalam, dan melenyapkan konsep manusia dan berhenti mengkritik keras satu sama lain untuk menghindari saling menyakiti. Sebagai akibat dari keterikatan, kami telah membuka celah yang melebar dan pada dasarnya masalah tidak akan terselesaikan dengan cara itu. Tanpa mengultivasi, meningkat, atau menyingkirkan keterikatan yang terbuka, konflik akan kembali. Itu akan terjadi jika kita masih belum cukup percaya pada Guru dan tidak memperlakukan diri kita sendiri sebagai kultivator sejati.

Guru berkata,

“Sebenarnya Xiulian tidaklah sulit, kesulitannya terletak pada tidak dapat melepaskan hati manusia biasa.” (Ceramah Fa di Sydney)

Terakhir kali kami berdiskusi, saya meminta suami saya untuk tidak membiarkan keterikatan kami mengganggu kami dan menggunakan pikiran lurus untuk mendukung kami. Kami dapat mewujudkan belas kasih untuk menutup celah kebocoran yang telah kami biarkan terbuka.

Setelah menemukan keterikatan, saya menjadi lebih rajin membaca Zhuan Falun, saya juga mencari artikel di situs web Minghui terkait konflik dalam pernikahan praktisi. Ini membantu saya melihat akar dari keterikatan saya pada perasaan. Hati saya dipenuhi dengan perasaan sakral seorang praktisi. Saya tidak lagi merasakan adanya kebencian.

Suatu hari, saya berbagi pikiran saya tentang Fa dengan suami. Saya memintanya untuk mencoba membantu satu sama lain dari sudut pandang Fa dan berbicara berdasarkan Fa untuk menyelesaikan konflik kami. Kami menyadari bahwa kami tidak dapat membicarakan masalah ini dengan orang biasa, hanya Fa yang memiliki kekuatan untuk membantu kami melenyapkan lapisan demi lapisan keterikatan. Suami saya juga mencari ke dalam untuk menemukan keterikatannya. Saya sangat menyesal telah menyebabkan keluarga saya begitu menderita dan menyebabkan Guru Li Hongzhi menanggung begitu banyak. Terima kasih atas belas kasih Guru yang tak terhingga, kami sebagai satu keluarga pengikut Dafa terus berjalan bersama di jalan yang mulia ini, di masa Pelurusan Fa.

Guru mengajari kita,

“Fa dapat menjebol segala keterikatan, Fa dapat menghancurkan segala kejahatan, Fa dapat menangkal segala kebohongan dan Fa dapat memperteguh pikiran lurus.” (“'Menyingkirkan Gangguan”, Petunjuk Penting untuk Gigih Maju II)

Melalui kesengsaraan ini, saya menyadari bahwa apa pun yang terjadi, pertama-tama kita harus mengikuti tuntutan Fa. Begitu kita mencari ke dalam dan meningkatkan Xinxing kita, masalah dapat diselesaikan. Saya berharap bahwa pasangan dengan situasi yang mirip dengan kami dapat melepaskan keterikatan manusia mereka, menghargai takdir pertemuan mereka sebagai pasangan, saling membantu, sepenuhnya memenuhi sumpah sejarah mereka, dan tidak gagal memenuhi harapan makhluk hidup.

Proses penulisan artikel ini juga merupakan bagian kultivasi bagi saya. Sekarang, saya merasa bahwa pikiran saya menjadi lebih jernih dan saya mengerti bahwa masalah saya terletak pada sentimentalitas, iri hati, keegoisan, dan nafsu birahi.

Saya sangat percaya bahwa semua yang telah saya capai adalah berkat penguatan Guru. Sekali lagi, saya mengalami anugerah-Nya yang tak terbatas. Guru, saya tidak memiliki kata-kata yang cukup untuk mengungkapkan rasa terima kasih saya yang terdalam kepada Anda.

Terima kasih, Guru! Terima kasih, rekan-rekan praktisi!

Karena tingkat saya terbatas, tolong tunjukkan sesuatu yang tidak pantas dalam berbagi saya.