(Minghui.org) Saya ingin memberi tahu bagaimana saya meningkatkan Xinxing (kualitas moral). Proses tersebut membantu saya melihat dengan lebih jelas bagaimana pikiran dan emosi manusia dapat mengubur sifat dasar kita yang baik.

Dimulai ketika saya menyerahkan artikel praktisi Ying kepada editor proyek kami. Saya memberi tahu editor pendapat saya tentang artikel itu, dan ia setuju. Ketika saya memberi tahu Ying tentang kekurangan dari artikel itu, Ying tidak bisa menerimanya. Untuk membuktikan maksud saya, yang merupakan keterikatan buruk saya lainnya, saya mengatakan kepada Ying bahwa saya telah berdiskusi dengan editor, dan editor telah menyetujui pendapat saya. Ying berkata bahwa saya telah menusuknya dari belakang dan tidak berusaha membantunya.

Tuduhan Ying telah menyakiti perasaan saya, dan saya juga merasa tertekan. Tapi, saya tahu bahwa kita harus menggunakan rekan praktisi sebagai cermin untuk melihat tindakan dan perilaku kita sendiri. Saya menyadari bahwa saya telah menyalahkan praktisi lain karena sesuatu yang ia katakan tidak sesuai dengan pikiran saya. Jadi, saya bertanya padanya apakah yang saya katakan menyakitinya, dan Ying menjawab ya. Saya akhirnya mengerti betapa buruknya perasaan itu, dan akhirnya saya menyadari bagaimana jauhnya tindakan saya dari kebaikan.

Meskipun saya mendapat pencerahan bahwa saya tidak cukup baik terhadap orang lain, hati saya masih tidak tenang. Suatu malam ketika sudah mau tidur, saya bertanya pada diri sendiri apakah ada yang salah dengan cara saya menangani masalah ini. Dari sudut pandang Ying, ia masih belajar karena baru mulai menulis artikel. Tentu saja, ia ingin editor memiliki pendapat yang baik tentang dirinya, sehingga ia dapat dikenali, dan memiliki kesempatan untuk berkontribusi dalam proyek. Dari sudut pandangnya, saya bisa mengerti mengapa ia begitu kesal, dan saya mulai merasa malu. Saya seharusnya bisa menanganinya dengan lebih baik. Saya seharusnya memberinya beberapa saran terlebih dahulu, bertanya apakah ia membutuhkan bantuan dan apakah ia mengizinkan saya merevisi artikel tersebut, dan kemudian mengirimkannya ke editor.

Setelah mengerti bahwa saya seharusnya memikirkannya dari sudut pandangnya, saya juga menyadari bahwa di dalam hati saya, saya tidak mau membantunya. Keengganan ini adalah suatu bentuk emosi, yang menghalangi saya untuk mempertimbangkan perasaannya. Tapi, dari mana ini berasal? Ketika saya memikirkannya, saya melihat bahwa saya mempunyai pendapat dan pandangan terhadapnya. Saya selalu berpikir ia memiliki kepribadian yang kuat. Ia ingin mengendalikan proyek, dan perilakunya menyebabkan banyak masalah di kalangan praktisi. Jadi saya waspada terhadapnya. Saya juga berpikir bahwa saya bertanggung jawab untuk mempertahankan kestabilan proyek. Pandangan ini muncul dari keluhan praktisi lain dan pengalaman orang lain yang saya dengar tentang Ying.

Saya benar-benar dapat melihat bagaimana pandangan dan emosi saya telah memengaruhi pikiran dan tindakan saya, termasuk sikap saya terhadap Ying. Setelah ini, Pikiran buruk saya terhadapnya segera menghilang. Saya pikir Guru Li (pencipta Dafa) sedang mengamati hal-hal yang kami lakukan, namun saya telah menghalangi praktisi Ying. Bisa saja partisipasi Ying dalam proyek ini telah diatur oleh Guru? Saya pikir saya menjaga kestabilan proyek. Ternyata, saya berusaha mempertahankan keadaan yang bisa mencegah saya mengalami konflik. Tetapi bukankah konflik merupakan peluang bagi para praktisi untuk meningkat? Ketika saya menghalanginya, apakah saya juga telah menghalangi kesempatan bagi diri sendiri dan praktisi lain untuk meningkat? Ketika saya menyadari hal ini, hati saya menjadi damai. Saya dapat melepaskan keterikatan yang tidak dapat saya lakukan sebelumnya.

Malam itu, saya bermimpi sedang berada di sekolah. Saya diberi tahu bahwa akan ada ujian, dan tanggalnya lebih awal dari yang diperkirakan, jadi saya sangat cemas. Melihat materi pelajaran, ada hal-hal yang sudah saya pelajari dengan baik di masa lalu, tetapi saya telah bermain-main dan membuang banyak waktu sehingga saya sudah lupa banyak tentang apa yang telah saya pelajari. Apa yang harus saya lakukan? Apakah masih ada cukup waktu untuk persiapan menghadapi ujian ini? Seorang teman dari Changchun yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu memberi saya kertas yang berisi jawabannya. Ia mengatakan bahwa semua jawaban ada di dalamnya. Ia tampak sangat khawatir. Ia mengatakan kepada saya untuk mempersiapkan diri dengan baik sehingga saya bisa lulus ujian. Setelah bangun, saya tidak segera sadar mengapa bermimpi itu. Mengapa saya bermimpi tentang ujian yang akan datang, dan mengapa saya membutuhkan seorang teman untuk memberi saya kertas dengan jawabannya? Saya kemudian menyadari bahwa ini mungkin menjadi petunjuk bagi saya bahwa saya perlu lebih banyak belajar Fa, dan semua jawaban untuk melewati kesengsaraan ada di dalam Fa.

Menyadari Apa Itu Kebaikan

Sekitar seminggu kemudian, saya dinyatakan positif COVID. Saya terkejut. Beruntung, saya baru saja mendapatkan Hong Yin VI.

Guru berkata:

“ ...Orang berkebijakan tinggi menghadapi kesulitan dengan senyum. Orang berkebijakan menengah tidak tenang ketika menghadapi percobaan. Orang berkebijakan rendah gagal menyingkirkan keinginan dan pikiran manusia...” (“Tantangan dalam Penyelamatan Diri dan Orang Lain,” Hong Yin VI) (Versi Draft)

Saya pikir saya harus melewati kesengsaraan ini dengan senyum, dan memandangnya sebagai hal yang baik.

Gejala COVID saya relatif ringan. Tenggorokan sedikit sakit, tetapi saya dapat berbicara dengan normal. Namun, banyak keterikatan dan pikiran manusia mengganggu saya. Yang pertama adalah keterikatan pada takut kehilangan muka. “Bagaimana praktisi lain akan melihat kondisi kultivasi saya sekarang setelah saya dinyatakan positif?” Yang kedua adalah keterikatan pada virus itu sendiri. Jika tidak dites positif dan hanya mengalami sakit tenggorokan dan gejala pilek, mungkin pikiran saya tidak akan bergejolak sebesar itu. Yang ketiga adalah pemahaman saya tentang tes positif. Saya dinyatakan positif, tetapi apakah saya benar-benar terkena virus? Ketika memikirkan semua hal ini, saya mulai merenungkan kondisi kultivasi saya selama satu sampai dua tahun terakhir.

Saya tidak pernah bisa melakukan semua lima set latihan setiap hari. Sebagian besar waktu saya hanya melakukan latihan pertama sampai keempat. Ketika versi satu jam dari musik latihan kedua diterbitkan pada tahun 2018, saya menyadari bahwa sudah waktunya untuk melakukannya selama satu jam, dan saya merasakan medan energi yang kuat ketika mempunyai pikiran itu. Namun, saya tidak dapat terus melanjutkannya.

Tahun itu, ibu saya, yang bukan seorang praktisi, bertanya kepada saya, “Kamu membaca Zhuan Falun setiap hari. Seharusnya sudah bisa menghafalnya sekarang, kan? Saya terkejut ibu mengatakan ini. Saya juga mengerti bahwa itu adalah petunjuk Guru agar saya menghafal Fa. Tetapi ketika mencoba sebelumnya, saya tidak dapat terus melakukannya.

Setelah wabah COVID pada tahun 2020, kelompok belajar Fa mingguan kami harus dibatalkan. Saya sudah akan segera lulus dan beban pelajaran di sekolah meningkat. Meskipun saya membaca Fa setiap hari, pikiran saya tertuju pada pelajaran sekolah. Seiring berjalannya waktu, saya menjadi terbiasa, dan kondisi kultivasi saya memburuk dari hari ke hari tanpa saya sadari. Selain membaca Zhuan Falun, saya biasa membaca ceramah Guru lainnya, tetapi saya juga berhenti melakukannya. Akibatnya, pemikiran saya menjadi semakin seperti orang biasa. Bahkan ketika sedang melakukan proyek Dafa, saya tidak memiliki kondisi yang seharusnya dimiliki oleh seorang praktisi, dan saya tidak lagi memiliki perasaan yang sakral.

Ketika Lunyu baru diterbitkan, saya menghafalnya dengan cepat. Namun, karena saya santai dalam berkultivasi selama pandemi, saya mengalami kesulitan melafalkannya dari ingatan. Saya masih membaca ceramah Zhuan Falun setiap hari, dan masih terlibat dalam proyek-proyek Dafa. Saya pikir saya rajin. Namun pada kenyataannya, saya sudah ketinggalan. Dari pemahaman saya saat ini, membaca Fa tetapi tidak benar-benar menginternalisasi Fa, adalah alasan terbesar penurunan kondisi kultivasi saya.

Saya mulai menghafal Zhuan Falun. Ketika menghafal sampai awal Ceramah 3, saya terkejut. Guru berkata, “Semua praktisi saya perlakukan sebagai pengikut.” Guru memiliki belas kasih yang begitu besar untuk kita, namun saya sering menilai dan mencap praktisi menggunakan pikiran manusia dan qing. Saya biasanya tidak berbelas kasih terhadap praktisi yang tidak sependapat. Bagaimana saya bisa memperlakukan pengikut Guru lainnya seperti ini? Memikirkannya, saya memahami lebih dalam tentang sikap saya terhadap praktisi lain, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang kebaikan.

Guru berkata,

“Dengan setiap hari berlatih beberapa perangkat gerakan ini saja, apakah sudah dapat dianggap sebagai pengikut Falun Dafa? Belum tentu demikian. Karena Xiulian yang sungguh-sungguh harus mengikuti tuntutan kriteria Xinxing yang kami sebutkan, harus sungguh-sungguh meningkatkan Xinxing sendiri, itu baru merupakan Xiulian yang sungguh-sungguh.” (Ceramah 3, Zhuan Falun)

Ketika menghafal bagian ini, saya juga lebih banyak memikirkannya dari biasanya. Saat berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, kita menyebut diri kita sebagai praktisi Dafa, seolah-olah itu adalah hal yang normal. Tetapi ketika saya merenungkan diri, apakah pikiran, perkataan, dan tindakan saya semuanya memenuhi syarat sebagai seorang praktisi Dafa? Nyatanya, dalam banyak hal, saya tidak dapat mempertahankan Xinxing dengan ketat.

Saya melihat persamaan antara cara berpikir saya dengan Kekuatan Lama. Saya menggunakan pikiran dan konsep saya sendiri untuk mengukur berbagai hal, yang menimbulkan banyak rintangan di jalur kultivasi saya.

Saya juga melihat bagaimana indoktrinasi PKT yang sangat tersembunyi dalam diri saya selalu menghalangi saya untuk memahami dan berasimilasi dengan prinsip-prinsip Falun Dafa. Indoktrinasi PKT itu jahat. Jika pemikiran kita berdasarkan padanya, pikiran pertama kita akan menjadi negatif, dan kita mungkin secara tidak sengaja berspekulasi jahat tentang seseorang dan sesuatu. Substansi buruk ini benar-benar menghalangi saya untuk menggunakan prinsip-prinsip Fa sebagai titik awal saya!

Setelah menyadari hal ini, saya ingin berasimilasi dengan Sejati-Baik-Sabar, menyingkirkan pikiran manusia saya, dan kembali ke sifat baik saya. Pada saat yang sama, saya juga menyadari bahwa setiap prinsip dari Sejati-Baik-Sabar mengandung karakteristik Sejati-Baik-Sabar. Dulu saya berpikir bahwa meskipun saya tidak cukup Baik terhadap orang lain, setidaknya saya jujur, dan dengan demikian saya sudah bertindak sesuai dengan Sejati. Ketika merenungkan perilaku saya, sebenarnya saya tidak bertindak Baik atau Sejati; karena jati diri saya, dengan sifat bawaan saya dan tanpa konsep yang terbentuk pasca kelahiran, pada dasarnya adalah Baik.

Selain membaca Fa, saya juga menambah waktu latihan, termasuk melakukan latihan kedua selama satu jam. Saya juga menghafal Fa setiap hari sebelum tidur, dan sering melafalkan, “Falun Dafa Baik; Sejati-Baik-Sabar Baik.” Kemudian hasil tes COVID saya dinyatakan negatif dan saya juga berhenti batuk.

Kebaikan orang lain ikut berkontribusi pada perubahan saya pada waktu itu. Ketika guru saya yang bukan praktisi mengetahui bahwa hasil tes saya positif, ia membeli banyak buah dan makanan dan datang menemui saya meskipun hujan deras. Ia sama sekali tidak takut tertular. Ia hanya ingin saya mengetahui bahwa ia peduli pada saya. Ketidakegoisan, ketulusan, dan kebaikannya benar-benar menyentuh saya.

Ketika merenungkan seluruh pengalaman itu sekarang, saya merasa bahwa itu bertujuan menunjukkan kepada saya bagaimana menyingkirkan keegoisan dan pikiran buruk. Perhatian yang tulus dari guru saya menunjukkan kepada saya apa itu kebaikan dan tidak mementingkan diri. “Hal buruk” sungguh berubah menjadi hal yang baik.

Perubahan Saya

Setelah kembali bekerja, Ying dan saya berdiskusi dengan saling mengirimkan pesan teks. Ia kemudian membuat proposal. Di masa lalu, saya akan menolak proposalnya berdasarkan pengalaman saya. Tapi, kali ini saya berkata pada diri sendiri, “Tunggu, apakah ini benar-benar mutlak tidak bisa diterima? Apakah benar-benar tidak bisa dilakukan dengan cara Ying? Saya segera menyadari bagaimana saya dapat bekerja sama dengannya dan berkontribusi pada idenya untuk membuat artikelnya sukses. Saya mengatakan kepadanya, “Lakukan, dan saya akan membantu.” Ia sangat gembira. Saya merasa kapasitas toleransi saya telah bertambah besar. Sekarang, saya tidak lagi terburu-buru mengambil kesimpulan dan menolak usulan orang lain dengan terlalu menekankan kekurangannya. Sebaliknya, saya mencoba untuk berpikir positif tentang bagaimana saya dapat membantu menyempurnakannya dan membuatnya berhasil.

Tetapi meskipun saya merasa telah melepaskan pikiran negatif terhadap Ying, saya masih merasakan ada substansi dari konflik sebelumnya yang memisahkan kami. Saya memutuskan untuk menyingkirkannya. Di masa lalu, praktisi lain dan saya mengeluh tentang Ying. Saya berbicara dengan semua praktisi tentang perubahan saya dan meminta mereka untuk melupakan apa yang pernah saya katakan tentang Ying. Saya berbagi dengan mereka bahwa kultivasi berarti kita semua harus mencari ke dalam. Kemudian, saya pergi ke Ying dan dengan tulus meminta maaf padanya. Saya mengakui bahwa saya sebenarnya bisa menangani hal-hal dengan lebih baik di masa lalu, dan hal-hal yang telah saya katakan benar-benar telah menyakiti perasaannya. Saya meminta maaf padanya. Ia juga mencari ke dalam, dan saya merasa jarak di antara kami akhirnya menghilang.

Sekarang saya benar-benar dapat merasakan kekuatan dari kebaikan dan kearifan yang berasal dari kebaikan. Dari lubuk hati, saya ingin berasimilasi dengan prinsip Falun Dafa, Sejati-Baik-Sabar, menjadi orang baik, dan menjadi seorang yang bahkan lebih baik dari orang baik. Saya harap saya dapat berkultivasi dengan lebih rajin.