(Minghui.org) Yue Fei, karakter legendaris dalam sejarah Tiongkok, adalah teladan kesetiaan bagi berbagai generasi rakyat Tiongkok. Dari mengusir kaum Manchuria yang menyerang, hingga berhasil menunjukkan prestasi memukau di medan perang, demi membela tanah Tiongkok—kisahnya sudah diceritakan dari masa ke masa dalam buku sejarah, drama, novel, dan film Tiongkok.

Rakyat Tiongkok sering menunjukkan aspirasi mereka melalui puisi, begitu pun Yue. Puisinya dalam Koleksi Yue Wumu dan Koleksi Puisi Lagu membuktikan karakternya yang murah hati dan cita-cita yang luhur.

(Lanjutan dari Bagian 3)

Berikut puisi lainnya yang menunjukkan visi Yue Fei.

Mengunjungi Paviliun Cuiwei di Chizhou

Jubah saya diselimuti debu selama bertahun-tahun,
Saat saya mendaki Cuiwei untuk penangguhan hukum sejenak.
Sebelum saya bisa menikmati pemandangan daratan yang indah,
Gemuruh tapak kuda mundur di bawah sinar rembulan.

Yue Fei sangat menghargai waktunya dan hampir tidak pernah menyia-nyiakannya untuk bersantai. Dia pernah menulis kuplet yang bertuliskan: “Tidak ada matahari yang terbenam pada hari yang terbuang sia-sia / Upaya yang mulia tidak ditemukan dalam kemalasan.”

Dalam puisi lainnya, “Man Jiang Hong” dia menulis: “Jangan sia-siakan usia kita—karena rambut kita, hitam di masa muda, / Akan memutih / Dengan penyesalan sia-sia saat semua sudah berakhir.”

Jenderal Wu Jie pernah menghabiskan dua ribu untai uang untuk membeli putri seorang cendekiawan—seorang gadis yang tekenal karena kecantikannya—dan memberikannya pada Yue Fei. Melihat etika sopan antara pria dan wanita yang tidak dikenal, Yue bertemu dengannya sembari berdiri di balik sekat.

Yue memberitahunya, “Keluarga saya mengenakan pakaian rakyat biasa dan memakan makanan kampung. Bila Anda merasa bisa berbagi suka dan duka bersama kami, silakan tetap di sini. Bila tidak, saya tidak berani menahan Anda.”

Mendengar hal ini, gadis itu mulai tertawa pelan. Sudah jelas bahwa dia tidak ingin menjadi bagian dari gaya hidup sederhana Yue Fei. Yue lalu meminta agar gadis tersebut dikirim kembali. Beberapa pejabat rendah mencoba membujuknya, dengan mengatakan bahwa hal ini mungkin tampak seperti penghinaan bagi Wu. Namun, Yue Fei tak terpengaruh.

Dia menjawab, “Kejahatan terhadap negara kita belum terbalaskan, bagaimana bisa jenderalnya memikirkan tentang kebahagiaan?”

Saat Wu Jie mendengar jawaban ini, rasa hormatnya terhadap Yue Fei semakin bertambah.

Seseorang pernah bertanya pada Yue kapan masyarakat akan damai. Dia berkata, “Saat menteri tidak mencintai uang dan jenderal tidak takut mati, maka dunia akan damai.”

Meski kalimat ini sederhana, isinya sungguh mendalam dan lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Hanya mereka yang benar-benar memedulikan negara dan berpegang teguh pada niatan awal, meski mengalami kesulitan, barulah bisa mempertahankan tingkat moralitas yang mulia seperti itu.

(Bersambung ke Bagian 5)