Pengalaman Praktisi

Kumpulan Kisah Kultivasi Sebelum Penganiayaan

(Minghui.org) Seorang bocah cilik berusia 4 tahun tinggal di sebuah keluarga yang terdiri dari 4 generasi. Setiap orang di keluarga tersebut berlatih Falun Dafa. Foto Guru dan gambar sebuah Falun tergantung di dinding rumah. Seluruh anggota keluarga belajar Fa. Suatu hari, bocah kecil itu menunjuk ke arah ayahnya dan berkata, “Ayah kecil.” Kemudian ia menunjuk ke ibunya sambil berujar, “Ibu kecil.” Orang tuanya berpikir ia sedang bercanda. Tiba-tiba si anak menunjuk ke arah nenek dan berseru, “Nenek kecil,” lalu ke arah nenek buyut dan berkata, “Nenek buyut kecil.” Nenek berusia 60 tahun dan nenek buyut berusia 93 tahun. Setiap orang terkejut.

Ayahnya berpikir anak ini amat tidak sopan. Sebelum ia bermaksud menegurnya, nenek dengan sabar bertanya kepada cucunya, “Kenapa kamu berkata begitu?”
Bocah kecil menunjuk foto Guru dan membuka tangannya lebar-lebar sambil berkata, “Guru, Buddha besar.” Kemudian ia menunjuk gambar Falun di dinding dan berkata, “Falun, Falun besar.” Kemudian tangannya membuat lingkaran sebesar butiran kacang kedelai dan berkata, “Ayah kecil, ibu kecil, nenek kecil, nenek buyut kecil.”

Seluruh keluarga segera menyadari bahwa anak itu tidak sedang bercanda. Mereka mulai melihat ke dalam diri sendiri dan menemukan mereka sering memiliki mentalitas manusia biasa dan celah kebocoran. Mereka menyadari harus memperbaiki kekurangan diri.

Pengalaman Ajaib Mingming
Mingming yang berusia 6 tahun mengikuti kakek neneknya dan telah berlatih Falun Dafa lebih dari dua tahun, sejak tahun 1994.

Di tempat latihan, Mingming melihat banyak Falun penuh warna berotasi di perut bagian bawah dari para praktisi. Namun, beberapa diantaranya tidak memiliki Falun. Ia juga memberi tahu kakek dan neneknya sementara mereka sedang berlatih, bahwa ia melihat cahaya putih kemilau dan lebar memancar dari tubuh mereka.

Tanggal 22 April 1997, sekitar pukul 4 atau 5 sore, Mingming datang ke rumah nenek setelah berbelanja. Ketika naik tangga, ia tersandung dan jatuh dengan keras. Rahangnya menghantam tangga dari semen. Neneknya menjadi emosional dan berkata, “Wah, itu bakal membunuh cucuku!” Segera ia berpikir, “Saya salah. Saya seorang Xiulian, segalanya akan baik.” Tetapi terlambat, rahang anak itu patah. Pipi, lidah dan mulutnya berdarah. Ketika mereka kembali ke rumah, mereka membilas mulutnya dengan air hingga pendarahan berkurang. Kemudian mereka membawanya ke rumah sakit anak-anak. Dokter jaga berkata, “Kami tidak memiliki peralatan yang cukup untuk merawat luka parah demikian, anda harus ke rumah sakit lain.”

Di rumah sakit kedua, para dokter meluruskan rahang Mingming dan melakukan empat jahitan pada lidahnya. Mereka diminta kembali setelah seminggu untuk melepaskan benang jahitan. Setelah tiba di rumah, jam hampir menunjukkan pukul 21.00 malam. Mereka makan malam seadanya dan kemudian menidurkan Mingming. Mingming tidur hingga tengah malam. Nenek melihat dirinya berguling ke kanan ke kiri beberapa kali, kemudian ia tidur dengan nyenyak.

Pagi harinya, nenek bertanya kepadanya, “Mingming, mulutmu masih sakit?” “Nek, mulut saya tidak sakit lagi,” jawab Mingming. Ia lalu membuka mulutnya. Nenek terperangah, “Kemana perginya jahitan kemarin?” Dokter juga berkata, “Mengapa tidak menjaga jahitan dengan baik, apakah anak itu menelannya?” “Bukan begitu, nek!” Mingming berkata, “Kemarin malam saya bermimpi, Guru melepaskan benang jahitan.”

Setelah mendengar ucapannya, wajah nenek mengeras, “Mingming, kamu orang Xiulian, harus bicara jujur, tidak boleh berbohong!” Mingming menjawab dengan serius, “Ini semuanya benar, nek. Guru mengenakan jubah kuning, ia sedang duduk persis seperti pada gambar yang menunjukkan Beliau di atas bunga teratai.”

“Apa yang Guru katakan?” tanya nenek. “Guru tersenyum pada saya dan meminta saya untuk membuka mulut. Sedikit demi sedikit, Guru mengendurkan dan melepaskan jahitan,” jawab Mingming. Nenek memeriksa mulutnya lagi. Sangat bersih, dan lukanya telah sembuh.

Setelah orang tua Mingming mendengar kejadian tersebut, mereka bergegas datang untuk melihat keadaannya. Mereka terkejut melihat luka yang parah sembuh dalam semalam. Setelah nenek menceritakan apa yang telah terjadi, ibu Mingming berkata, “Bila bukan terjadi pada putra saya, dan bila saya tidak melihatnya sendiri, saya tidak akan pernah percaya hal ini dapat terjadi.”

Sejak hari itu, ayah dan ibu Mingming serta nenek (dari ibu) semua mulai berkultivasi Dafa.

Chinese: http://minghui.ca/mh/articles/2007/3/17/150979.html
English: http://www.clearwisdom.net/emh/articles/2007/4/4/84200.html