(Minghui.org) Lebih dari seratus praktisi dari berbagai kota di Indonesia menghadiri kegiatan Konferensi Falun Dafa Indonesia yang pertama kali diadakan di kota Semarang, Jawa Tengah. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 6 sampai 8 April 2007. Selain praktisi setempat, juga hadir praktisi dari Surabaya, Bali, Yogyakarta, Solo, Demak, dan Jakarta.

Hari pertama, tanggal 6 April 2007, para praktisi berkumpul untuk belajar Fa bersama dan berdiskusi. Mereka juga memancarkan pikiran lurus pada jam-jam yang telah ditetapkan. Atmosfir belajar Fa bersama ini terasa sangat harmonis dan murni, sehingga membuat para praktisi tidak ingin meninggalkan tempat belajar.

Pada hari berikutnya, 7 April 2007, setelah memancarkan pikiran lurus jam 5 pagi, praktisi melakukan latihan bersama di halaman penginapan. Mereka melakukan latihan dua jam penuh. Pada tengah hari, mereka mempersiapkan diri untuk melakukan pawai di tengah kota Semarang.

Sekitar jam dua siang, para praktisi sudah berkumpul di bundaran Simpang Lima Semarang yang terkenal itu. Kelompok genderang pinggang langsung membentuk barisan dan memainkan genderang mereka dengan diiringi musik. Sedangkan praktisi lain juga telah menempati posisi mereka, ada yang membawa spanduk, dan lainnya membawa bendera warna-warni. Tidak ketinggalan juga terdapat bidadari dengan pakaian tradisional China dengan bunga lotus dan kipas di tangan mereka. Suara genderang dan barisan warna-warni yang sangat menyolok mata ini menarik perhatian para pengendara kendaraan yang melewati Simpang Lima. Mereka memperlambat kendaraan mereka untuk melihat atraksi praktisi.

Namun, beberapa menit kemudian, puluhan polisi setempat mendatangi praktisi dan membubarkan pawai damai tersebut secara paksa, dengan alasan praktisi belum memiliki Surat Tanda Terima Pemberitahuan (STTP) dari kepolisian. Sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia, bahwa setiap aksi damai atau unjuk rasa diperbolehkan dengan catatan mengajukan pemberitahuan kepada pihak kepolisian tiga hari sebelumnya, hal mana telah dipenuhi oleh praktisi sehingga tidak terdapat unsur pelanggaran hukum. Selama ini dengan prosedur yang sama, kegiatan pawai praktisi di berbagai kota Indonesia lainnya tidak mengalami hambatan.

Mengikuti prinsip ‘Sejati-Baik-Sabar,’ para praktisi tetap tenang sambil mengklarifikasi fakta kepada polisi. Tidak ada teriakan, caci maki ataupun kekerasan sedikit pun. Sikap praktisi yang baik ini telah membuktikan bahwa Falun Dafa adalah baik, ‘Sejati-Baik-Sabar’ adalah baik. Banyak petugas segera melihat dan menyadari sikap ramah praktisi Falun Dafa. Sebagian dari mereka berkata hanya menjalankan perintah atasan. Saat akan meninggalkan tempat, praktisi melambaikan tangan kepada para petugas, dan beberapa polisi membalas lambaian tangan praktisi, bahkan ada polisi yang agak tersipu membalas lambaian tangan praktisi. Tujuan kegiatan pawai damai tersebut antara lain untuk menjernihkan propaganda kebencian yang disebarkan oleh PKC, yang telah meracuni orang-orang dari berbagai kalangan serta sebagai bentuk pernyataan keprihatinan para praktisi Indonesia atas nasib rekan praktisi di China yang masih dianiaya oleh PKC.

Pada pagi berikutnya, Minggu 8 April 2007, setelah memancarkan pikiran lurus, praktisi kembali ke bundaran Simpang Lima untuk melakukan klarifikasi fakta. Ternyata setiap hari minggu pagi di Simpang Lima terdapat banyak sekali masyarakat melakukan aktivitas olah raga dan juga terdapat pasar pagi yang sangat ramai. Kesempatan ini dipergunakan oleh praktisi untuk memperkenalkan Falun Gong kepada masyarakat dengan melakukan latihan bersama dan menyebarkan brosur.

Kemudian jam 9 pagi, para praktisi mulai memasuki ruang konferensi berbagi pengalaman di Gedung Dharma Wanita Persatuan. Sekitar jam 10, konferensi dimulai dengan memancarkan pikiran lurus terlebih dahulu. Sebanyak 15 praktisi membacakan pengalaman kultivasi Falun Dafa mereka.

Beberapa praktisi menceritakan tentang manfaat Falun Dafa bagi kesehatan mereka, bahkan ada beberapa penyakit berat sembuh berkat latihan Falun Gong yang mana sebelumnya tidak sembuh-sembuh walaupun telah minum bermacam obat atau pengobatan alternatif lainnya.

Juga praktisi menceritakan bagaimana peningkatan Xinxing (watak, kualitas moral) mereka setelah berkultivasi Falun Dafa. Ada seorang praktisi menceritakan tentang keluarganya yang tidak harmonis, namun berubah baik setelah berkultivasi Dafa. Sedang yang lainnya menceritakan tentang melepaskan keterikatan hati mereka setelah membaca buku Zhuan Falun.

Beberapa juga menceritakan tentang pengalaman mengklarifikasi fakta, belajar Fa dengan baik dan pemancaran pikiran lurus yang merupakan tiga hal yang harus dilakukan oleh praktisi pada masa Pelurusan Fa. Ada seorang praktisi merasa dirinya tidak berkemampuan dalam berbicara saat mengklarifikasi fakta. Namun pada suatu hari, praktisi ini sendiri harus menjawab pertanyaan dari reporter salah satu stasiun televisi. Tanpa disangka, dia sendiri bisa menjelaskan semua pertanyaan dari reporter itu dan semua kata-katanya keluar dengan lancar. Praktisi ini merasa ini adalah sebuah keajaiban.

Sebelum konferensi selesai, praktisi dewasa dan cilik dari berbagai daerah naik ke panggung untuk menyanyikan dua buah lagu gubahan praktisi Dafa. Kemudian konferensi diakhiri dengan memancarkan pikiran lurus bersama-sama.

Banyak praktisi merasakan manfaat yang besar dari konferensi ini. Mereka dapat melihat kemajuan dari praktisi lain dan juga dapat melihat kekurangan diri sendiri sehingga bisa mengejar ketinggalan. Ada beberapa praktisi terharu mendengar peningkatan dari praktisi lain sehingga meneteskan air mata.