(Minghui.org) “20 Juli telah menjadi tanggalan hitam dalam kebebasan berkeyakinan. Pada tanggal ini 19 tahun yang lalu, rezim komunis Tiongkok telah melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap para penganut Falun Gong, bukan karena mereka menjadi ancaman terhadap bangsa atau warga negara mereka sendiri, tetapi karena ajaran keyakinan mereka--Sejati-Baik-Sabar--yang ternyata sangat kontras dengan kepalsuan, kejahatan, dan doktrin permusuhan yang dimanifestasikan oleh rezim komunis.”

Alan Adler, direktur dari “Sahabat Falun Gong,” berkata bahwa pidato rapat umum di depan Monumen Washington pada hari Senin, merupakan seruan untuk diakhirinya 19 tahun penganiayaan.

Para praktisi Falun Gong dari Washington DC beserta para pendukungnya menghadiri rapat umum dan mengutuk penganiayaan, khususnya panen organ di Tiongkok yang direstui negara.

Rapat umum di Monumen Washington

Alan Adler berbicara di rapat umum

Faith McDonnel, dengan Institute Agama dan Demokrasi, memuji para praktisi yang telah mengekspos penganiayaan dan meningkatkan kesadaran terhadap krisis hak asasi manusia ini.

Faith McDonnell menyerukan para aktivisi hak asasi manusia untuk berjuang bagi mereka yang mengalami penganiayaan di Tiongkok

William Murray, ketua dari Koalisi Kebebasan Beragama, berkata dalam pidatonya bahwa rakyat yang memiliki keyakinan sedang menghadapi penganiayaan di Tiongkok. Yang paling terkena dampaknya adalah praktisi Falun Gong.

William Murray mendorong Kristiani Tionghoa untuk membantu praktisi Falun Gong di Tiongkok

“Terkait dengan praktisi Falun Gong, umat Kristiani di Tiongkok—baik mereka yang terdaftar dalam anggota gereja atau tidak, harus ingat dengan kata-kata Martin Niemöller, seorang ayah Protestan terkemuka dan pengkritik vokal Adolf Hitler, yang menghabiskan waktunya selama tujuh tahun di kamp konsentrasi Nazi.”

“Dia berbicara seperti ini: ‘Pertama mereka datang untuk Sosialis, dan saya tidak bersuara, karena saya bukan seorang Sosialis. Kemudian mereka datang untuk Serikat Pekerja, dan saya tidak bersuara, karena saya bukan anggota Serikat Pekerja. Kemudian mereka datang untuk Yahudi, dan saya tidak bersuara, karena saya bukan Yahudi. Kemudian mereka datang untuk saya--dan sudah tidak ada lagi yang bersuara untuk saya.’”

Dr. Linda Lagemann, direktur eksekutif Komisi Warga Hak Asasi Manusia, mengutuk penyiksaan mental yang digunakan terhadap praktisi Falun Gong di Tiongkok

Dia berkata: “Kami melihat dasar ilmiah palsu yang sama ditemukan dengan diagnosis penyakit mental yang digunakan Nazi Jerman untuk merasionalkan taktik teror, penyiksaan, dan klinikide (kematian tak wajar dari beberapa pasien dalam pengobatan dokter) terhadap praktisi Falun Gong di rumah sakit jiwa Tiongkok.

“Penelitian independen menemukan bahwa praktisi Falun Gong dikurung di bawah fasilitas perawatan kejiwaan berdasarkan diagnosa psikiatri untuk membenarkan penahanan mereka tanpa pengadilan. Mereka secara paksa disuntik dengan obat-obat psikotropika, sering mendapat sengatan listrik melalui jarum akupunktur, dilarang tidur secara paksa, dan diikat dalam waktu lama.

“Paksaan psikologis dan obat psikiatri digunakan untuk melemahkan mereka dan memaksa mereka untuk melepaskan Falun Gong. Seorang perwakilan PBB menemukan jumlah praktisi Falun Gong yang meninggal akibat perlakuan tidak manusiawi ini menyatakan, kekejaman dan kebrutalan akibat penyiksaan ini sulit dijabarkan.”

Dr. Linda Lagemann berkata: “Juga ditemukan ada lebih dari 150 rumah sakit Tiongkok yang diketahui telah melakukan penyiksaan pada praktisi Falun Gong. Ini merupakan kekejaman tidak bermoral dan membutuhkan tindakan segera.”

Dia menyimpulkan: “Pertanggung-jawaban ini harus melibatkan para psikiater yang bertanggung jawab sebagai pengawas perawatan brutal dan bahkan mungkin sekali para pejabat di dalam Psikiatri dari Masyarakat Tiongkok.”

David Cleveland, seorang pengacara dari Amal Katolik Washington, membandingkan transplantasi di Tiongkok dan di Amerika. Dia menunjukkan bahwa rumah sakit Tiongkok mampu menemukan kecocokan pasien dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu. Sedangkan di Amerika bisa mencapai bulanan atau beberapa tahun.

David Cleveland berkata karena lemahnya sistem donasi, kebanyakan organ berasal dari tahanan hati nurani, khususnya praktisi Falun Gong.

Cleveland menyebutkan bahwa negara bagian Missouri dan Arizona telah meluluskan resolusi untuk mengutuk panen organ paksa di Tiongkok dan meminta pemerintah federal untuk melakukan penyelidikan.

Dr. Zhang Yuhua memohon anggota parlemen Amerika dan pemerintahan untuk membantu menyelamatkan suaminya Ma Zhenyu, seorang insinyur di Nanjing.

Sebelum dijatuhi hukuman tiga tahun penjara, Ma Zhenyu ditangkap dan divonis sebelumnya dan menghabiskan masa hukuman total tujuh tahun penjara. Di sana ia mengalami penganiayaan secara fisik.

Dr. Zhang Yuhua berkata bahwa polisi Tiongkok menyatakan suaminya akan mati di penjara kali ini.

Dr. Zhang sendiri mengalami penganiayaan di Tiongkok sebelum melarikan diri ke Amerika. Dia ditangkap di Tiongkok pada tahun 2001.Ketika berada di rumah sakit, polisi menyuntikan obat-obatan kepada dia yang membuat otot dan lidahnya kaku serta mempercepat denyut jantung, mengakibatkan dia kehilangan kesadaran akibat kesakitan.