(Minghui.org)“China Organ Harvest Research Center” (COHRC, Pusat Penelitian Pengambilan Organ Tiongkok) mempresentasikan hasil penelitiannya yang terkini pada Kongres Internasional “The Transplantation Society” (TTS) ke-27 di Madrid, Spanyol, yang berlangsung dari tanggal 30 Juni hingga 5 Juli 2018. Para peneliti mendokumentasikan temuan mereka dalam laporan barusetebal 341 halaman berjudul "Pelanggaran Transplantasi di Tiongkok Berlanjut Meskipun Ada Klaim Reformasi."

Sejumlah kantor berita nasional di Spanyol dan media internasional telah meliput masalah pengambilan organ setelah laporan tersebut dirilis. Laporan baru dapat dibaca di website COHRC (ChinaOrganHarvest.org/).

David Li, salah seorang penulis laporan baru ini, menyajikan temuan timnya di Kongres Internasional Masyarakat Transplantasi (The Transplantation Society) pada2 Juli 2018.

Pemerintah Tiongkok menegaskan pada tahun 2015 bahwa mereka telah menghentikan pengambilan organ dari tahanan terpidana mati dan dialihkan sepenuhnya ke sumber organ yang sesuai etika medis. Namun, pengamat internasional telah mengajukan keraguan bahwa proses yang telah berlangsung puluhan tahun di negara lain dapat diselesaikan dalam semalam di Tiongkok.

Para penulis laporan mengumpulkan data tentang perkembangan baru dalam sistem donasi organ Tiongkok setelah tahun 2015, menganalisis ratusan pernyataan pihak rumah sakit transplantasi, pemerintah dan industri, kebijakan resmi dan undang-undang terkait, angka donasi sebenarnya dari berbagai daerah, penyalahgunaan kriteria kematian otak, serta operasi yang lebih luas dari sistem donasi dan transplantasi Tiongkok. Laporan baru menyimpulkan:

Transplantasi melebihi donasi (organ): Jumlah donasi organ sukarela di Tiongkok masih sangat rendah dibandingkan dengan skala industri transplantasi. Pada akhir tahun 2017, jumlah resmi donor yang terdaftar adalah 373.536. Jika seseorang menerapkan rasio donor terdaftar dan aktual di Amerika Serikat dengan total ini, jumlah donor semacam itu akan menghasilkan kurang dari 29 donor organ untuk transplantasi di Tiongkok. Jumlah donasi yang dilaporkan (terutama dari donor yang tidak terdaftar di unit perawatan intensif) di setiap wilayah juga jauh lebih sedikit daripada angka resmi transplantasi yang dilakukan, yaitu: 15.000 transplantasi/tahun. Namun kenyataannya puluhan ribu transplantasi dilakukan di rumah sakit Tiongkok setiap tahunnya.

Transplantasi sesuai permintaan pasien asing terus berlanjut: Pernyataan resmi Tiongkok bahwa tidak ada transplantasi yang dilakukan untuk orang asing telah dibantah oleh penyelidikan baru-baru ini. Pada Oktober 2017, jurnalis dari stasiun televisi utama Korea menemukan bahwa pasien asing dari wilayah lain di Asia dan Timur Tengah masih berbondong-bondong ke pusat-pusat transplantasi terbesar di Tiongkok. Pasien dikutip menunggu hanya beberapa hari atau minggu, dengan tambahan "uang sumbangan" ke pihak rumah sakit, operasi akan dipercepat.

Peraturan belum sejalan dengan reformasi yang diklaim: Sistem donasi organ dan kerangka aturan Tiongkok masih dalam tahap awal dan tidak dapat mendukung jumlah transplantasi yang dilakukan dan bedah operasi yang bersifat sesuai permintaan/pesanan di Tiongkok. Lembaga yang mengawasi sistem donasi tetap merupakan cangkang kosong, dan sebagian besar organ yang digunakan untuk transplantasi tidak berasal dari sistem donasi maupun alokasi nasional yang sering dipresentasikan kepada masyarakat internasional.

Sumber alternatif organ tetap diperlukan: Karena donor sukarela tidak dapat mendukung jumlah transplantasi yang dilakukan dan para ahli mengakui bahwa eksekusi tahanan terpidana mati telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar organ terus diambil dari mereka yang ditahan karena keyakinannya (dibunuh di luar proses hukum). Korban utamanya adalah praktisi Falun Gong, yang tetap menjadi kelompok terbesar yang ditahan karena keyakinannya di Tiongkok, dan telah secara sistematis ditahan, dipenjara, disiksa, dan secara paksa dilakukan tes darah serta pemeriksaan medis baik di tahanan negara maupun di rumah mereka.

Profesor Arthur Caplan, kepala divisi etika medis di Fakultas Kedokteran Universitas New York, menulis dalam kata pengantar untuk laporan tersebut, “Tiongkok, seperti yang ditunjukkan oleh laporan yang luar biasa, menyeluruh, dan terdokumentasi dengan baik ini, terus mengizinkan pelanggaran hak asasi manusiadan penanganan etis minimal dari warganya dalam rangka memungkinkan pembunuhan untuk mendapatkan organ bagi transplantasi.”

Pada konferensi pers yang mengumumkan rilis laporan, Dr. Huige Li, Profesor di Pusat Medis Universitas Mainz dan salah seorang penulis laporan tersebut, memperkenalkan karakteristik dan sifat transplantasi di Tiongkok yang “sesuai pesanan/permintaan”: bedah yang dijadwalkan, waktu tunggu yang singkat, dan ekstraksi seluruh organ vital dari donor hidup, proses yang secara efektif akan membunuh “sang donor”. Dia menganalisis sebuah kasus yang dilaporkan dalam sebuah jurnal medis Tiongkok di mana "donor" organ tidak mengalami kematian otak atau kriteria kematian jantung tetapi masih hidup pada saat pengambilan organ.

Grace Yin, penulis laporan dan direktur eksekutif COHRC, mengatakan bahwa Tiongkok menjadi negara yang melakukan lebih banyak transplantasi daripada negara lain hanya dalam beberapa tahun setelah industri itu lepas landas pada tahun 2000 meskipun hanya terdapat sedikit donasi organ sukarela. Selain itu, industri ini terus tumbuh setelah pengambilan organ paksa pertama kali mendapat perhatian internasional pada tahun 2006. Angka resmi 10.000-15.000 transplantasi per tahun di Tiongkok adalah perkiraan yang amat rendah dan dapat dengan mudah dilampaui oleh beberapa rumah sakit transplantasi saja.

Misalnya, COHRC memperkirakan bahwa Pusat Transplantasi Organ Oriental Tianjin saja memiliki kapasitas untuk melakukan 6.000 hingga 8.000 operasi pertahun. Direktur Pusat Transplantasi Hati di Universitas Peking, Zhu Jiye, menyatakan pada tahun 2013 bahwa mereka pernah melakukan 4.000 cangkok hati dalam tahun tertentu.

Berdasarkan persyaratan pemerintah akan kapasitas minimum untuk pusat-pusat transplantasi, 164 rumah sakit transplantasi yang semula disetujui oleh Kementerian Kesehatan akan memiliki kapasitas gabungan sekitar 70.000 transplantasi pertahun. Ini setara dengan kapasitas lebih dari satu juta transplantasi sejak tahun 2000.

David Matas, seorang pengacara hak asasi manusia Kanada dan pelopor dalam penelitian penyalahgunaan transplantasi organ di Tiongkok, mengatakan, “Laporan baru itu mengecewakan saya karena itu menegaskan apa yang telah saya lihat — bahwa Tiongkok tidak berubah. Mereka hanya meningkatkan selubungnya.”

David Matas berbicara di Kongres Internasional “The Transplantation Society” di Madrid, Spanyol.

Laporan baru tersebut menemukan bahwa jumlah organ dari donor yang terdaftar dan pasien yang meninggal di UGD, sebagaimana dikutip oleh rezim Tiongkok, bahkan jauh dari cukup untuk menyuplai 15.000 transplantasi yang diakui oleh pemerintah.

“Catatan resmi menunjukkan bahwa persentase organ yang bersumber dari donasi melonjak dari 23% pada tahun 2013 menjadi 80% pada tahun 2014, dengan donasi sukarela menjadi satu-satunya sumber organ resmi pada tahun 2015. Tidaklah masuk akal bahwa transisi penuh sistem ini dapat terjadi hanya dalam satu atau dua tahun,”kata David Li, salah seorang penulis laporan tersebut.

Tiongkok belum memberlakukan undang-undang mendasar yang mengakui kematian otak atau mengatur suplai organ, donasi, pengadaan, alokasi, dan transplantasi. Sistem donasi organ serta kerangka hukum dan peraturannya masih berupa cangkang kosong, mengandung banyak celah yang memungkinkan pengambilan organ yang tidak etis, dan tidak dapat mendukung jumlah transplantasi yang dilakukan atau sifatnya yang “sesuai pesanan” di Tiongkok.

Bukti yang disajikan dalam laporan menunjukkan bahwa organ-organ ini diambil dari mereka yang ditahan karena keyakinannya dalam pembunuhan di luar proses hukum; Praktisi Falun Gong adalah kelompok terbesar yang ditahan karena keyakinannya di Tiongkok dan tetap menjadi korban utama pengambilan organ. Industri transplantasi Tiongkok memulai pertumbuhan dramatisnya setelah rezim Tiongkok melancarkan kampanye untuk memusnahkan latihan spiritual ini pada tahun 1999 dan memprioritaskan transplantasi organ dalam program strategi nasionalnya dengan investasi yang signifikan dalam riset, pengembangan, industrialisasi, dan pelatihan personil.

Bai Shuzhong, mantan kepala Divisi Kesehatan Departemen Logistik Umum Tentara Pembebasan Rakyat, mengatakan dalam sebuah investigasi telepon yang dilakukan oleh Organisasi Dunia untuk Investigasi Penganiayaan terhadap Falun Gong (WOIPFG) pada tahun 2014 bahwa itu adalah Jiang Zemin, yang saat itu Ketua Komite Militer Sentral, yang mengeluarkan instruksi untuk melakukan pengambilan organ dari praktisi Falun Gong: "Ketua Jiang [Zemin]... memberikan instruksi tentang ini... tentang orang yang menjual ginjal untuk operasi pencangkokan... setelah Jiang mengeluarkan perintah, kita semua melakukan banyak hal memerangi praktisi Falun Gong."

Dalam sebuah wawancara dengan People's Daily (surat kabar terbesar yang dikelola negara di Tiongkok) pada tahun 2001, Huang Jiefu, pejabatdan juru bicara utama transplantasi Tiongkok, berkata, "Perang melawan Falun Gong adalah perang politik yang serius dan kita seharusnya tanpa ampun terhadap beberapa anggota inti.”

Laporan baru ini menyimpulkan, “Pengambilan organ dari mereka yang ditahan karena keyakinannya untuk transplantasi mendukung kampanye pemerintah untuk menghancurkan kelompok-kelompok yang dicap 'musuh negara', melayani upaya Front Persatuan untuk memengaruhi pejabat asing dan kalangan elit Tionghoa perantauan, dan memberikan ketenaran, promosi, dan insentif kekayaan kepada rumah sakit dan para dokter yang berpartisipasi dalam pelanggaran ini.”

Namun demikian, reformasi di Tiongkok yang memiliki agenda tertentu telah mendapatkan pengakuan dari beberapa organisasi transplantasi internasional sebagai hasil dari kampanye publik, penggunaan data yang patut dipertanyakan, strategi yang agresif, pameran pusat transplantasi, dan presentasi di berbagai forum internasional.

Mengingat bahwa sistem transplantasi Tiongkok terus didukung oleh pembunuhan orang-orang tak berdosa, para penulis memperingatkan, "Dengan memperluas kesepakatan untuk berbagi organ dengan negara lain di Asia, wilayah regional, dan seterusnya, rezim Tiongkok juga berisiko melibatkan masyarakat internasional dalam kejahatannya."

Dr. Caplan juga menulis dalam kata pengantarnya, “Laporan ini harus didengar oleh komunitas transplantasi dan pemerintah di seluruh dunia. Baca laporan ini dan kemudian desak pemerintah anda bertindak untuk memperbaiki apa yang harus diakhiri.”

China Organ Harvest Research Center (COHRC) adalah organisasi nirlaba yang melakukan dan menyajikan penelitian yang didukung bukti-bukti kuat tentang pelanggaran transplantasi organ di Tiongkok, termasuk pembunuhan mereka yang ditahan karena keyakinannya untuk dijadikan “donor organ”. Peneliti COHRC mencari dan menganalisis bukti dari berbagai sumber di Tiongkok maupun luar negeri.