(Minghui.org) Praktisi Falun Dafa dari seluruh Belanda mengadakan acara hari informasi untuk memperingati Hari Hak Asasi Manusia Sedunia di Dam Square di Amsterdam pada tanggal 10 Desember 2023.

Dam Square adalah alun-alun pusat kota dan dikelilingi oleh banyak landmark seperti Istana Kerajaan Belanda, Nieuwe Kerk, dan Monumen Nasional. Praktisi mendirikan stan untuk memberi informasi kepada orang yang lewat tentang pelanggaran hak asasi manusia selama 24 tahun yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) terhadap praktisi di Tiongkok.

Praktisi Falun Gong dari seluruh Belanda mengadakan acara hari informasi di Dam Square di Amsterdam pada tanggal 10 Desember 2023, Hari Hak Asasi Manusia Sedunia.

Pejalan kaki menandatangani petisi yang meminta Pemerintah Belanda mengecam kejahatan pengambilan organ paksa yang dilakukan oleh PKT.

Praktisi memperagakan latihan dan memasang papan informasi serta spanduk untuk menunjukkan kepada orang-orang realitas penganiayaan yang dialami oleh praktisi Falun Dafa, disiplin meditasi damai di Tiongkok sejak tahun 1999, termasuk pengambilan organ secara paksa.

Banyak orang yang lewat mendengarkan praktisi menjelaskan situasi di Tiongkok dan menandatangani petisi yang ditujukan kepada Pemerintah Belanda, meminta pemerintah untuk mengecam pengambilan organ paksa praktisi Falun Gong yang dilakukan oleh PKT dan berdiri dalam solidaritas dengan praktisi di seluruh dunia.

Pejalan Kaki: “Penganiayaan Ini Melanggar Hak-Hak Dasar Masyarakat”

Bafrin terkejut dengan kekejaman hak asasi manusia yang dilakukan PKT dan kebrutalannya terhadap warga Tiongkok yang tidak bersalah dan yang mengamalkan keyakinan mereka. “Mengendalikan pikiran orang adalah melanggar hak dasar masyarakat. Bahkan hal itu pun direnggut dari mereka. Itu tidak bisa diterima!” katanya.

Bafrin berkata Sejati-Baik-Sabar sangat manusiawi dan indah.

Ketika dia mendengar tentang perdagangan organ yang dilakukan oleh PKT demi keuntungan yang dilakukan dengan mengambil paksa organ dari praktisi yang masih hidup, Bafrin mengatakan bahwa para pelaku harus bertanggung jawab atas tindakan mereka. “Ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, terhadap otonomi masyarakat. Donasi organ harus bersifat sukarela,” katanya. “Saya pikir [para pelaku] harus diadili.”

Dia juga mengatakan bahwa penganiayaan harus dihentikan dan penganiayaan seperti itu “seharusnya tidak terjadi.”

Pada saat yang sama, dia terkesan dengan dedikasi praktisi terhadap ajaran spiritual mereka meskipun ada bahaya di Tiongkok dan dia percaya bahwa ajaran spiritual seperti itu harus disebarkan.

“Tentunya [Falun Gong] memberikan ketenangan pikiran kepada orang-orang, dan mereka juga dapat menerima banyak hal dalam hidup jika anda dapat memiliki ketentraman, kedamaian batin sebanyak itu,” katanya. “Jadi mengapa [rezim Tiongkok] harus melarang hal itu? Sebaliknya, hal ini seharusnya mendorong masyarakat untuk tetap melakukan hal tersebut, dan bukan melarangnya.”

Nilai-nilai yang menjadi inti ajaran juga meninggalkan kesan positif pada Bafrin—prinsip Sejati-Baik-Sabar. “Menurut saya itu bagus. Menurut saya itu sangat belas kasih. Ini penting. Indah sekali,” katanya.

Pengusaha: “Komunitas Internasional telah Menutup Mata Terhadap PKT”

Stephan van Wel, seorang pengusaha, sudah mengetahui bagaimana PKT menganiaya Falun Gong di Tiongkok. Dia menandatangani petisi dan mengatakan bahwa dia melakukannya karena belas kasih dan memprotes komunitas internasional yang menutup mata.

Stephan van Wel

Dia berkata sungguh mengerikan melihat bagaimana PKT menekan disiplin meditasi damai ini selama 24 tahun. Dia berkata sepertinya komunitas internasional belum berbuat cukup terhadap kekejaman PKT, termasuk penganiayaan terhadap Falun Gong dan penyusupannya ke negara lain. “Komunisme telah berkembang dan menggunakan pengawasan digital serta pemerasan ekonomi yang diterapkannya pada dunia,” kata van Wel.

Dia mengatakan Sejati-Baik-Sabar adalah nilai-nilai luhur dan memberikan banyak kekuatan batin kepada orang-orang, yang dianggap oleh PKT sebagai ancaman terhadap kekuasaannya.

Direktur TI: “Nilai-Nilai Falun Dafa Selaras Dengan Apa yang Saya Rasakan”

Osman Akman, seorang direktur IT, mengunjungi stan praktisi bersama pacarnya, Kubra Yelek. Dia mengetahui metode kejam PKT terhadap warganya sendiri, namun ini adalah pertama kalinya dia mendengar tentang penganiayaan terhadap Falun Dafa.

Osman dan pacarnya Kubra

“Saya sudah tahu bahwa ada firewall yang sangat ketat di Tiongkok, sehingga masyarakat kesulitan mendapatkan informasi dari luar,” kata Osman. “Jadi masyarakat sudah mempunyai masalah dengan media, kebebasan, dan kebebasan berpendapat.”

Setelah mengetahui tentang penganiayaan yang dialami praktisi di Tiongkok, Osman menyatakan keprihatinan yang mendalam terhadap kesejahteraan mereka. “[Penganiayaan] ini membuat saya merasa ini tidak nyata,” katanya, “tetapi ini sedang terjadi, dan ini mengkhawatirkan. Saya sangat kasihan pada orang-orang Tiongkok. Apalagi dari sudut pandang kebebasan, mereka banyak mengalami kesulitan. Mereka tidak memiliki kebebasan; mereka hidup dalam kediktatoran. Ini mengkhawatirkan.”

Osman setuju dengan prinsip Sejati-Baik-Sabar. “[Falun Gong] adalah kedamaian, dan nilai-nilai Falun Dafa selaras dengan apa yang saya rasakan secara umum. Saya juga orang yang seperti itu. Itu selaras dengan saya dan perasaan saya,” katanya.

Kubra, seorang instruktur Pilates, mengatakan bahwa tiga prinsip Sejati-Baik-Sabar adalah “alami dan normal” baginya, dan lebih banyak orang harus hidup berdasarkan nilai-nilai ini.

Baik Osman dan Kubra menandatangani petisi tersebut. Sebelum pasangan itu pergi, Osman mengatakan bahwa dia mendoakan rakyat Tiongkok mendapatkan kedamaian, kebebasan, dan kehidupan yang bahagia.

Osman mengatakan kepada praktisi bahwa dia akan mengunjungi situs web Falun Dafa dan mencoba sendiri latihan ini.

Apoteker: “Latihan Ini Mempunyai Kekuatan”

Ashlea Sutherland, seorang apoteker dari Inggris, menandatangani petisi karena dia percaya penganiayaan terhadap Falun Gong adalah penyangkalan terhadap hak orang untuk mengeksplorasi jati diri mereka.

Ashlea Sutherland

Ia percaya bahwa setiap orang berhak menjadi diri sejatinya, mengikuti suatu agama, cara hidup, atau praktik. “Saya hanya berpikir bahwa pemerintah, negara, atau partai politik mempunyai hak untuk memberi tahu masyarakat bagaimana cara hidup, terlepas dari aturan dasar hukum,” kata Ashlea.

Dia tertarik dengan peragaan latihan. “Meditasinya berada pada level yang berbeda,” katanya. “Ada kekuatan di dalamnya, kekuatan yang membawa kedamaian batin bagi seseorang. Ini memberi anda kedamaian dan ketenangan hanya dengan menonton, bahkan tanpa terlibat. Saya ingin mencobanya sendiri.”