(Minghui.org) Kematian 13 praktisi Falun Gong sebagai akibat penganiayaan atas keyakinan mereka telah dilaporkan pada bulan April 2021. Ini membuat kasus kematian yang telah dikonfirmasi sepanjang tahun ini menjadi 40 kasus.
Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan spiritual tradisional yang didasari oleh prinsip Sejati-Baik-Sabar. Sejak Partai Komunis Tiongkok memerintahkan penganiayaan terhadap Falun Gong pada bulan Juli 1999, praktisi yang tak terhitung jumlahnya telah ditangkap, ditahan, dijatuhi hukuman, dan disiksa. Hingga saat ini, lebih dari 4.600 kematian akibat penganiayaan telah dilaporkan oleh situs web Minghui.org. Banyak kematian lainnya belum dapat dikonfirmasi karena adanya sensor informasi di Tiongkok.
Di antara 13 kematian yang baru dikonfirmasi, tiga kasus terjadi pada tahun 2020, sedangkan pada bulan Januari dan Februari 2021 masing-masing terjadi satu kasus, dan pada bulan Maret serta April 2021 masing-masing memiliki empat kasus kematian.
13 praktisi yang telah meninggal, termasuk delapan wanita, berasal dari 11 provinsi dan kotamadya, di mana Guizhou dan Heilongjiang masing-masing melaporkan dua kasus. Sembilan praktisi berusia antara 53 tahun hingga 83 tahun, dengan rata-rata usia 68 tahun. Sedangkan usia empat praktisi lainnya tidak diketahui.
Tiga praktisi meninggal di penjara, termasuk wanita berusia 57 tahun yang menjalani masa hukuman 11,5 tahun, pensiunan kolonel yang menjalani masa hukuman 7,5 tahun, dan pria berusia 69 tahun yang menjalani masa hukuman 7 tahun. Seorang pria berusia 83 tahun yang dijatuhi hukuman tujuh tahun meninggal beberapa jam setelah dia dibawa pulang ke rumah menggunakan tabung oksigen.
Sebagian kematian praktisi diakibatkan oleh pelecehan, penahanan, siksaan dan pemberian obat tak dikenal dalam jangka panjang. Seorang wanita asal Shanghai ditahan di rumah sakit jiwa lebih dari 20 kali dan membuatnya mengigau setelah disuntikkan obat-obatan beracun. Seorang mantan guru sejarah kehilangan sebagian besar giginya dan mengidap kondisi jantung parah, hal ini membuatnya tidak sanggup melakukan pekerjaan fisik apa pun, sebelum akhirnya ia meninggal di usia 53 tahun.
Berikut adalah potret dari beberapa kasus. Daftar lengkap 13 kasus ini dapat diunduh di sini (PDF).
Meninggal dalam Tahanan
Pria 69 tahun Tiba-tiba Meninggal di Penjara
Lu Guanru, penduduk provinsi Heilongjiang, kota Daqing meninggal dunia pada tanggal 4 April 2021 saat menjalani hukuman tujuh tahun karena keyakinannya pada Falun Gong. Sementara Penjara Tailai mengklaim bahwa pria yang berusia 69 tahun tersebut meninggal karena stroke, keluarganya mencurigai bahwa dia mungkin telah disiksa hingga meninggal.
Lu Guanru
Lu ditangkap tanggal 9 November 2018, dalam penyisiran lebih dari 60 praktisi Falun Gong di Daqing dan Kota Harbin, ibu kota Provinsi Heilongjiang. Saat ditahan di Pusat Penahanan Kota Daqing, polisi menginterogasinya, memaksanya berdiri berjam-jam dan memakai belenggu.
Ketika Lu melakukan mogok makan untuk memprotes penganiayaan, para penjaga mencekok makan secara paksa, yang menyebabkan dia muntah darah dan menderita gagal jantung. Dia berada di ambang kematian, dan diresusitasi di rumah sakit beberapa kali.
Lu muncul di Pengadilan Distrik Ranghulu tanggal 6 Juni 2019. Kedua pengacaranya mengajukan pembelaan tidak bersalah untuknya, dan Lu bersaksi untuk pembelaannya sendiri. Hakim menjatuhkan hukuman tujuh tahun dengan denda 40.000 yuan pada tanggal 1 Juli 2019. Lu mengajukan banding atas putusan tersebut, tetapi Pengadilan Menengah Kota Daqing menguatkan hukumannya tanpa sidang pada tanggal 23 Juli.
Meskipun kondisi kesehatannya serius, tanggal 30 Juli 2019 pusat penahanan membawanya ke Penjara Hulan untuk menjalani hukuman, tanpa memberi tahu keluarganya. Penjaga penjara mengatakan bahwa mereka akan menerimanya meskipun dia dalam kondisi yang serius.
Lu dipindahkan ke Penjara Tailai bulan November 2019 dan meninggal di sana tanggal 4 April 2021.
Lu, mantan manajer keuangan konstruksi, mempelajari Falun Gong pada tahun 1994 dan memuji latihan tersebut karena menyembuhkan kondisi medisnya. Setelah penganiayaan dimulai, dia ditahan dua kali dan menjalani lebih dari satu tahun kerja paksa. Di kamp kerja paksa, dia dipukuli, mengalami suhu beku, dan tangannya diikat dengan tali tipis. Dia juga dipaksa melakukan kerja paksa, yang menyebabkan dia menua dengan cepat. Setelah dibebaskan, Lu dipaksa tinggal jauh dari rumah selama 18 tahun berikutnya untuk menghindari penganiayaan lebih lanjut.
Ketika putrinya menikah pada tahun 2006, Lu dan istrinya hanya mampu membeli satu set pakaian baru untuk pengantin baru. Putrinya menangis saat mereka berbelanja pakaian bersama.
“Saya tahu dia tidak ingin kami melakukan apa-apa lagi untuknya, mengetahui betapa sulitnya bagi kami untuk mencari nafkah. Tetapi [membeli pakaian] ini adalah satu-satunya hal yang dapat saya lakukan untuknya,” kenang Lu.
Akuntan Meninggal Saat Dijatuhi Hukuman 11,5 Tahun
Sambil menunggu hasil banding atas hukuman 11,5 tahun penjaranya di pusat penahanan, Mao Kun, seorang akuntan dari Kota Chengdu, Provinsi Sichuan, tiba-tiba dibawa ke ruang gawat darurat rumah sakit sekitar tanggal 9 April 2021. Keluarganya diminta untuk mengajukan pembebasan bersyarat medis atas namanya. Tetapi bahkan sebelum mereka mendapat kesempatan untuk mengajukan pembebasan, Mao meninggal dunia di rumah sakit pada malam tanggal 11 April. Dia berusia 57 tahun.
Serupa dengan kasus Lu, keluarga Mao juga mencurigai bahwa penyiksaan mungkin menjadi penyebab kematiannya yang mendadak.
Mao Kun
Mao ditangkap di rumah pada tanggal 10 Juli 2019. Lengan Mao patah dan wajahnya memar selama penangkapan yang kejam. Puluhan petugas menggeledah rumah Mao dari jam 4 sore waktu penangkapan sampai jam 2 pagi keesokan harinya. Banyak barang pribadi dan materi informasi tentang Falun Gong disita. Orang tua Mao, berusia 80-an dan tinggal bersamanya, sangat ketakutan dengan penggerebekan polisi. Mereka menangis di lorong saat polisi menggeledah rumah mereka.
Selama persidangan Mao tanggal 28 Desember 2020, Mao menceritakan bagaimana polisi memukulinya selama penangkapan. Dia bersaksi bahwa sekelompok petugas menggedor pintu. Sebelum dia membukanya, petugas menerobos masuk. Salah satunya meninju mata dan menjatuhkannya. Mereka menahan dan memborgolnya di belakang punggung, sehingga lengannya patah.
Pengacara Mao bertanya padanya, "Apakah anda ingat seperti apa polisi yang memukul anda?" Mao mengatakan dia ingat.
Sebelum dia bisa mendeskripsikan petugas tersebut, jaksa penuntut menghentikannya dan menyangkal bahwa polisi telah menggunakan kekerasan selama penangkapannya. Dia mengklaim bahwa pintu terlepas yang telah melukai tangannya.
Hakim menghukum Mao 11,5 tahun dengan denda 20.000 yuan. Ini adalah kedua kalinya dia dijatuhi hukuman, setelah masa hukuman 5,5 tahun yang diberikan oleh Pengadilan Distrik Wuhou tanggal 10 Oktober 2008. Sebelum itu, dia dijatuhi hukuman satu tahun di Kamp Kerja Paksa Nanmusi di akhir tahun 1999 dan masa hukumannya diperpanjang sembilan bulan. Dia ditangkap lagi pada tanggal 10 Desember 2001, hanya beberapa bulan setelah dia dibebaskan, dan diberikan hukuman satu tahun lagi di kamp kerja paksa yang sama.
Pensiunan Kolonel Meninggal di Penjara, Keluarganya Mencurigai ada Permainan yang Licik
Keluarga Gong Piqi menerima telepon dari penjaga penjara pada malam hari tanggal 12 April 2021, dan diberitahu bahwa pensiunan kolonel berusia 66 tahun di Kota Qingdao, Provinsi Shandong baru saja dibawa ke rumah sakit untuk resusitasi.
Beberapa saat kemudian, penjaga penjara menelepon lagi dan berkata Gong, yang menjalani hukuman 7,5 tahun di Penjara Jinan (juga dikenal sebagai Penjara Provinsi Shandong) karena berlatih Falun Gong, meninggal karena stroke mendadak.
Gong Piqi
Ketika keluarga Gong pergi ke rumah sakit keesokan paginya, dokter dan pihak berwenang penjara menolak untuk membiarkan mereka melihat mayatnya. Dengan protes keras dari keluarganya, kakak laki-laki dan keponakan Gong akhirnya diizinkan melihat mayatnya, tetapi tidak diizinkan mengambil foto atau video.
Menurut saudara laki-lakinya, kepala Gong terluka dan bengkak dan ada darah di telinganya.
Selama satu setengah tahun sebelum kematian Gong, penjara tidak pernah mengizinkan keluarganya untuk mengunjungi Gong, menyebut pandemi sebagai alasannya. Keluarganya mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui tentang kondisi kesehatannya dan apakah dia disiksa di penjara.
Menurut video pengawasan yang disediakan oleh penjaga penjara, Gong merasa sakit dan tetap di tempat tidur pada malam kematiannya. Seorang dokter penjara datang untuk mengukur tekanan darahnya, tetapi dokter tersebut pergi tanpa memberikan pengobatan apa pun kepadanya. Sekitar jam 8:32 malam, Gong jatuh ke lantai dan tidak dapat bergerak, tetapi ambulans tidak datang sampai jam 9 malam.
Sedangkan penjaga penjara yang menelepon keluarganya menyatakan bahwa penyakit stroke mematikan yang diderita Gong disebabkan oleh ketidakpatuhannya terhadap pengobatan tekanan darah tingginya, keluarganya mempertanyakan mengapa penjara gagal memberi tahu mereka lebih awal tentang kondisi Gong atau membebaskan Gong dengan pembebasan bersyarat.
Keluarganya mengatakan ada terlalu banyak pertanyaan yang belum terjawab, seperti berapa lama Gong menderita tekanan darah tinggi, perawatan apa yang diberikan penjara kepadanya, apakah mereka memiliki rekaman, mengapa dokter tidak memberikan perawatan apa pun padanya sehari sebelum kematiannya, dan untuk mendatangkan ambulans mengapa sampai butuh setengah jam baru tiba.
Lebih dari 20 praktisi Falun Gong termasuk Gong ditangkap oleh polisi selama penangkapan berkelompok antara tanggal 16 dan 17 Oktober 2017. Gong ditahan di Pusat Penahanan Pudong di Jimo, Provinsi Shandong. Pengadilan Distrik Shibei mengadakan dua persidangan untuknya yakni tanggal 24 Mei dan 22 Juni 2018, sebelum menjatuhinya hukuman 7,5 tahun dengan denda 20.000 yuan pada tanggal 20 Juli 2018.
Meninggal Setelah Gangguan dan Penahanan Jangka Panjang
Setelah Lu Xiuli asal Shanghai didiagnosis menderita kanker payudara stadium akhir dan menjalani mastektomi, dia sangat lemah dan wajahnya pucat. Bertahun-tahun kemudian, dokternya kagum melihat betapa bugarnya dia dan kulitnya bercahaya ketika sebagian besar pasien kanker payudara yang dia kenal semuanya telah meninggal dunia.
Rahasia pemulihan magis Lu bukanlah dengan perawatan medis apa pun — itu dengan berlatih Falun Gong, sebuah latihan spiritual kuno yang mencakup lima perangkat latihan yang dapat meningkatkan sirkulasi energi dan dengan demikian meningkatkan kesehatan.
Karena teguh pada keyakinannya setelah rezim komunis memerintahkan penganiayaan di tahun 1999, Lu ditahan di rumah sakit jiwa sebanyak 20 kali antara tahun 2002 dan 2018. Dia ditahan dalam kisaran waktu empat bulan hingga satu tahun, meski biasanya kurang dari satu tahun. Tiap kali berada di sana dia dicekok paksa dengan obat-obatan yang tidak diketahui jenisnya.
Pada akhir tahun 2018, tak lama setelah Lu keluar dari rumah sakit jiwa, dia ditangkap lagi dan kemudian dibawa ke panti jompo Pelabuhan Biru Songjiang di pinggiran Shanghai.
Menurut praktisi Falun Gong setempat yang mengunjungi Lu di rumah sakit jiwa, meskipun dianiaya sebelumnya, dia tetap berpikiran jernih dan dapat berkomunikasi jelas dengan mereka. Tetapi ketika mereka mengunjunginya di panti jompo tidak lama setelah dia dirawat, dia mengigau dan bingung. Satu-satunya hal yang bisa dia ungkapkan dengan jelas adalah dia berharap bisa keluar dari sana.
Juga dilaporkan bahwa polisi memperingatkan beberapa praktisi lokal bahwa mereka [praktisi] tidak akan dapat menemukan Lu lagi sampai dia meninggal.
Ketika Lu dibebaskan dari panti jompo beberapa bulan kemudian pada musim semi tahun 2019, dia benar-benar linglung. Dia tidak bisa memasak atau mencuci pakaian, dia juga tidak ingat apa yang terjadi di panti jompo.
Mereka yang mengunjungi Lu di panti jompo mengatakan bahwa itu adalah fasilitas swasta, dengan kondisi yang jauh lebih buruk daripada rumah sakit jiwa lainnya. Lu ditahan di sebuah ruangan besar dengan hampir 100 pasien gangguan jiwa. Meski ruangan itu terhubung ke halaman belakang sehingga pasien bisa berjalan keluar, seluruh area dipagari dengan kawat berduri.
Dua atau tiga perawat bertugas merawat hampir 100 pasien sepanjang waktu. Setiap pasien mendapat tempat tidur yang sangat kecil. Karena perawat tidak mampu merawat begitu banyak pada satu waktu, pasien sering mencuri uang tunai, buah, atau yogurt dari satu sama lain. Sehingga setiap pasien juga diberikan lemari kecil dengan kunci untuk menyimpan barang-barang pribadinya.
Perawat memberi tahu praktisi yang mengunjungi Lu bahwa semua pasien di sana telah ditinggalkan oleh keluarga mereka, dan tidak berharap mereka keluar hidup-hidup.
Karena tidak ada keluarga pasien yang pernah berkunjung, Lu tidak dapat meminjam ponsel mereka untuk menelepon keluarganya. Kapanpun praktisi lain pergi mengunjunginya, praktisi itu kemudian akan dihubungi oleh polisi, menunjukkan bahwa polisi masih memantau Lu dengan cermat.
Ketika suami Lu dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis pada bulan November 2020, dia juga dibawa kembali ke panti jompo. Dia meninggal pada Februari 2021, tiga bulan setelah kematian suaminya.
Pria Usia 83 Meninggal Beberapa Jam Setelah Dikirim ke Rumah dengan Tabung Oksigen
Pria usia 83 tahun yang telah dipenjara karena keyakinannya pada Falun Gong, meninggal beberapa jam setelah dipulangkan ke rumah dengan tabung oksigen pada 26 Maret 2021.
Huang Qingdeng, warga Kota Leqing, Provinsi Zhejiang ditangkap di rumahnya pada 17 April 2019. Kabarnya, polisi telah mengawasinya karena menemukan dia telah mengirim SMS ke masyarakat tentang penganiayaan Falun Gong.
Setelah hampir setahun penahanan, Huang divonis tujuh tahun penjara oleh Pengadilan Kota Leqing pada 12 Maret 2020. Dia dibawa ke Penjara Kedua Hangzhou pada tanggal yang tidak diketahui.
Seorang penjaga menelepon keluarga Huang pada pertengahan November 2020 dan berkata Huang ditemukan memiliki enam penyakit dan telah dikirim ke rumah sakit. Meski kondisinya kritis, penjara menolak untuk membebaskannya dengan jaminan.
Keluarga Huang menerima telepon lain dari penjara pada Maret 2021 dan diberitahu dia telah dibawa kembali ke rumah sakit sebagai upaya membuatnya siuman kembali.
Beberapa hari kemudian, sekitar pukul 2 sore tanggal 26 Maret 2021, Huang dikirim ke rumah dengan mengenakan tabung oksigen. Seluruh tubuhnya berwarna biru dan hitam. Keluarga menduga dia telah disuntikkan obat-obatan beracun sebelum dibebaskan. Huang meninggal dunia malam itu juga.
Kesehatan Hancur setelah Tiga Masa Hukuman Penjara, Mantan Guru Sejarah Meninggal dalam Keputusasaan
Ketika Lu Songming pulang ke rumah tahun 2018 setelah menjalani masa hukuman penjara yang ketiga kalinya karena berlatih Falun Gong, dia hampir meninggal beberapa kali akibat siksaan dalam tahanan. Tidak sanggup bekerja karena masalah jantung parah, dia mengandalkan sayuran sisa di pasar petani untuk bertahan hidup. Dia cepat kelelahan setelah membawa barang-barang berat dan harus sering berbaring untuk beristirahat. Setelah berjuang dengan kesehatan yang buruk selama tiga tahun, pria berusia 53 tahun tersebut meninggal pada tanggal 28 Maret 2021 malam.
Lu Songming
Lu kehilangan ibunya di usia muda dan dibesarkan oleh ayahnya. Setelah lulus dari Universitas Normal Provinsi Hunan tahun 1990, dia menjadi guru sejarah di sekolah menengah Kota Xiangtan, Provinsi Hunan.
Lu telah berlatih Falun Gong selama tiga tahun ketika rezim komunis Tiongkok memerintahkan penganiayaan terhadap Falun Gong di tahun 1999. Karena menolak untuk melepaskan keyakinannya, dia dipecat oleh sekolah menengah tersebut dan dijatuhi hukuman tiga kali, dengan total selama 14 tahun. Ketika menjalani masa hukuman, dia dikenakan berbagai macam siksaan, termasuk digantung, dipukuli, disetrum dengan tongkat listrik dan dipaksa melakukan pekerjaan intensif dalam waktu yang panjang. Penyiksaan dan pelecehan benar-benar menghancurkan kesehatannya. Dia menderita masalah jantung parah dan berada di ambang kematian belasan kali.
Ketika Lu dibebaskan pada tahun 2006 setelah masa hukuman penjara pertama, istrinya dipaksa oleh pihak berwenang untuk menceraikannya. Pengadilan memberikan rumahnya serta hak asuh atas putranya kepada sang istri, membuat Lu menjadi tuna wisma dan miskin. Dia harus melakukan pekerjaan sambilan untuk bertahan hidup, termasuk memperbaiki sepatu di jalan dan menjual kacang.
Lu Songming hanya tinggal memiliki enam gigi ketika dibebaskan pada tanggal 3 Februari 2012, setelah masa hukuman penjaranya yang kedua.
Melanjuti penangkapan Lu tanggal 31 Agustus 2014, ayah Lu, di usia 80-annya, ering mengunjungi kantor polisi, kejaksaan, pengadilan, Kantor 610 (lembaga di luar hukum yang dibentuk khusus untuk menganiaya Falun Gong), pusat penahanan, dan pemerintah setempat, untuk mencari pembebasan putranya, namun tidak mendapat hasil. Pusat penahanan juga tidak memperbolehkan pria tua tersebut untuk mengunjungi Lu.
Ketika menjalani masa hukumannya yang ketiga di Penjara Wangling, Lu dipaksa duduk di kursi kecil tanpa diperbolehkan bergerak selama 16 jam setiap harinya. Siksaan tersebut membuatnya sering menderita serangan jantung dan sering pingsan.
Bahkan setelah dokter mengeluarkan beberapa peringatan kondisi kritis, para penjaga tidak berhenti memaksanya duduk di kursi kecil. Terkadang Lu berguling di lantai karena rasa sakit dada parah, yang juga menyebabkan tekanan darah tinggi yang berbahaya. Namun para penjaga tidak membiarkannya istirahat di ranjang, yang sangat disarankan oleh dokter.
Dengan tidak ada tempat untuk mencari keadilan, Lu dipaksa untuk melakukan mogok makan demi memprotes penganiayaan, yang menyebabkan kesehatannya terus merosot.
Pada musim gugur tahun 2017, seorang penjaga yang baru saja mulai bekerja di penjara menyiksa Lu dengan siksaan duduk dan berdiri lagi, yang segera menyebabkan sakit dada akut. Meski dokter merekomendasikan pembebasan bersyarat medis, penjara masih bersikeras menahannya dan sering melarangnya membeli kebutuhan sehari-hari. Dia sering kelaparan dan tidak memiliki pakaian yang cukup atau bahkan selimut untuk menjaganya tetap hangat.
Lu dibebaskan tanggal 31 Agustus 2018 dalam kondisi serius. Dia meninggal tiga tahun kemudian setelah berjuang dengan kesehatan yang buruk dan kondisi hidup yang di bawah standar.
Di mata keluarga Zhang Shuxiang, dia adalah orang yang baik dan perhatian. Seorang wanita mungil, dia menunjukkan kekuatan batin yang luar biasa dalam menentang tirani Partai Komunis Tiongkok (PKT).
Dengan banyak waktu luang setelah pensiun, penduduk Beijing ini mengendarai sepedanya setiap hari, berbicara tentang kebrutalan PKT dengan siapa pun yang dia temui dan bagaimana PKT menganiaya keyakinannya pada Falun Gong.
Upaya Zhang yang tak kenal lelah sejak dimulainya penganiayaan pada tahun 1999 terhenti ketika dia ditangkap pada tanggal 21 Juni 2017, oleh seorang petugas berpakaian preman. Polisi menggeledah rumahnya tanpa menunjukkan surat perintah penggeledahan atau kartu identitas polisi mereka. Pemberitahuan penahanan pidana yang diterima keluarganya belakangan juga tidak memiliki tanda tangan. Pamflet Falun Gong dan beberapa ratus yuan uang tunai disita, tetapi polisi tidak pernah memberikan daftar barang yang disita.
Dalam waktu kurang dari dua bulan, pada tanggal 4 September, polisi menyerahkan kasus Zhang ke kejaksaan. Ketika pengacaranya pergi mengunjunginya pada tanggal 12 September, penjaga menolaknya, mengatakan dia tidak memiliki dokumen yang diperlukan.
Dari penyiksaan di dalam tahanan, tekanan darah tinggi Zhang yang sembuh dengan berlatih Falun Gong kambuh, namun pihak berwenang menolak untuk membebaskannya dengan jaminan.
Tak lama setelah Kejaksaan Distrik Pinggu mendakwa dia pada tanggal 25 September, Zhang disidangkan di Pengadilan Distrik Pinggu pada tanggal 17 Oktober. Hakim melarang suaminya menghadiri persidangan, dengan alasan dia menandatangani catatan investigasi ketika polisi menggeledah rumah mereka dan karena itu dianggap sebagai saksi penuntut.
Zhang dijatuhi hukuman tiga tahun dan denda 6.000 yuan pada tanggal 26 November 2017. Dia ditahan di bangsal keenam setelah dibawa ke Penjara Wanita Beijing pada tanggal 24 Mei 2018.
Narapidana Yang Chunwei dihasut oleh penjaga untuk memerintahkan Zhang menulis pernyataan untuk melepaskan Falun Gong. Ketika Zhang menolak untuk mematuhi, Yang menulis sendiri pernyataan dan menyuruh Zhang untuk menyalinnya. Ketika dia melihat Zhang malah menulis bahwa dia tidak akan berhenti berlatih Falun Gong, Yang merobeknya dan memerintahkannya untuk menulisnya lagi.
Bersama 60 praktisi lain yang dipenjara karena keyakinan mereka, Zhang dipindahkan ke bangsal ketiga pada tanggal 1 Agustus 2018, dan mengalami penyiksaan yang intensif.
Selain tekanan darah tinggi, diabetes Zhang juga kambuh. Disebut demi "membantu" mengontrol gula darahnya, narapidana yang ditugaskan untuk memantau Zhang memberinya sedikit makanan setiap kali makan dan tidak membiarkannya minum air. Zhang langsung menjadi kurus kering dan mengompol.
Usianya (dia berusia 70-an) memperburuk keadaan. Zhang mulai mengalami kegagalan organ dan di ambang kematian. Dia dibawa pulang dengan ambulans pada tanggal 3 April 2019.
Meskipun keluarganya membawanya ke rumah sakit, Zhang tetap sangat lemah dan terbaring di tempat tidur.
Pada tanggal 27 Agustus 2019, agen dari Biro Kehakiman membawa Zhang untuk pemeriksaan fisik. Melihat bahwa dia masih menderita diabetes yang parah, mereka membawanya pulang. Staf lain dari Biro Kehakiman kembali pada tanggal 17 September 2019, dan mengambil fotonya. Mereka memerintahkannya untuk menjalani pemeriksaan fisik setiap tiga bulan dan melaporkan hasilnya ke penjara.
Pihak berwenang kembali mengganggu Zhang sampai masa hukumannya berakhir pada tanggal 20 Juni 2020. Pada saat yang sama, pensiunnya juga ditangguhkan.
Takut akan penganiayaan, keluarga Zhang tidak mengizinkannya berlatih Falun Gong lagi. Ketika praktisi lokal datang mengunjunginya, keluarganya menolak mereka.
Meskipun keluarganya membiarkan Zhang mulai melakukan latihan Falun Gong lagi pada tahun 2020 dan kesehatannya mulai meningkat, dia terjatuh, pinggulnya patah, dan terbaring di tempat tidur lagi. Merasa hancur karena tidak dapat menjalankan keyakinannya, Zhang meninggal dunia pada tanggal 30 Maret 2021 karena komplikasi diabetes. Dia berusia 73 tahun.
Pria Jilin Meninggal setelah Puluhan Tahun Pemenjaraan dan Pelecehan
Setelah mengalami satu dekade penahanan dan satu dekade lagi pelecehan terus menerus, Hou Qinghua menyerah pada tekanan fisik dan mental dalam penganiayaan terhadap keyakinannya, Falun Gong. Penduduk Kota Tonghua, Provinsi Liaoning tersebut meninggal pada tanggal 4 April 2021, pada usia 68 tahun.
Hou dulu bekerja sebagai manajer di stasiun bus. Dia berlatih Falun Gong pada tahun 1996 dan dikenal di antara rekan-rekannya karena lurus dan jujur.
Meskipun jabatannya diturunkan tiga tahun kemudian ketika Partai Komunis Tiongkok mulai menganiaya Falun Gong, manajernya mengatur dia untuk mengawasi kantin tempat kerja, posisi yang "menguntungkan" di mana banyak pendahulunya mencuri dari perusahaan. Tetapi korupsi dihentikan oleh Hou.
Pada tahun 2001, Hou diikuti oleh polisi saat membagikan materi informasi tentang Falun Gong. Setelah polisi gagal menangkapnya, mereka malah menangkap istrinya dan dijatuhi hukuman kerja paksa selama satu tahun.
Hou ditangkap pada tanggal 23 April 2002, lalu dijatuhi hukuman 12 tahun. Putusan itu, tertanggal 22 Oktober, dua puluh hari sebelum sidang pengadilan. Dia menjalani masa hukuman di Penjara Jilin dan Penjara Siping, lalu dibebaskan pada tanggal 29 Agustus 2011, tiga tahun lebih awal.
Dekade selanjutnya, Hou berulang kali diganggu, ditangkap, dan dibawa ke pusat pencucian otak karena keyakinannya. Dalam tahun-tahun terakhir, pihak berwenang memasang kamera pengawas di lorong gedung apartemennya untuk mengawasi kehidupan sehari-harinya.
Dengan kesehatan yang menurun akibat penyiksaan dalam tahanan dan pelecehan terus-menerus, Hou meninggal dunia pada tanggal 4 April 2021.
Laporan terkait (bahasa Inggris):
Deaths of 27 Falun Gong Practitioners Reported Between January and March 2021