(Minghui.org) Dua bulan pertama tahun 2022 terdapat laporan sebanyak 423 praktisi Falun Gong ditangkap dan 359 orang lainnya dilecehkan karena keyakinan mereka.
Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah disiplin spiritual yang telah dianiaya oleh rezim Komunis Tiongkok sejak 1999. Praktisi yang tak terhitung jumlahnya ditangkap, dilecehkan, dijatuhi hukuman, dan disiksa karena memegang teguh keyakinan mereka. Namun karena sensor informasi ketat di Tiongkok, insiden ini tidak selalu bisa dilaporkan tepat waktu, dan tidak semua informasi tersedia.
Laporan kasus penangkapan 423 praktisi termasuk 9 insiden yang terjadi tahun 2020, 143 kasus terjadi tahun 2021, 187 terjadi pada Januari 2022 dan 84 kasus terjadi bulan Februari 2022. Uang sebesar 595.237 yuan milik 30 praktisi disita saat polisi menggeledah rumah mereka, termasuk 210.000 yuan di dapat dari seorang praktisi dan 150.000 yuan didapat dari praktisi lainnya. Uang USD 10.100 dari seorang praktisi lainnya dibawa pergi.
Penangkapan berujung pada kematian tiga praktisi, termasuk dua wanita dan seorang pria, yang meninggal dalam waktu 3-35 hari setelah penangkapan mereka.
Beberapa minggu sebelum dimulainya Olimpiade Musim Dingin Beijing pada Februari 2022, pihak berwenang menangkap dan mengganggu praktisi di Beijing dan Kota Zhangjiakou, Provinsi Hebei, dua dari tiga zona yang menyelenggarakan olahraga salju, dengan dalih mencegah mereka berbicara tentang Falun Gong selama olimpiade.
Dari 359 kasus dilecehkan, satu kasus terjadi tahun 2020, 167 kasus terjadi tahun 2021, 133 pada Januari 2022 dan 58 pada Februari 2022.
Di antara semua praktisi yang ditargetkan, 261 orang rumahnya digeledah dan 174 praktisi (41%) dibebaskan pada waktu penulisan. Dengan total 124 praktisi (16%) yang ditargetkan berusia lebih dari 60 tahun, termasuk 22 orang di umur 60-an, 69 orang di umur 70-an, 32 orang di umur 80-an dan satu orang di umur 90-an.
782 praktisi ini berasal dari 27 provinsi dan kota yang berbeda. Hebei menjadi peringkat teratas dengan total 102 kasus penganiayaan, diikuti dengan provinsi Shandong (94) dan Sichuan (82). Tiga belas wilayah memiliki 10 sampai 70 kasus. Sebelas provinsi lainnya memiliki kasus kurang dari 10.
Beberapa contoh dari berbagai jenis kasus penganiayaan yang dilaporkan pada bulan Januari dan Februari 2022 ditampilkan sebagai berikut:
Kasus Kematian
Wanita Berusia 50an Meninggal Tiga Hari Setelah Ditangkap Karena Berlatih Falun Gong
Huang Sulan asal Chengdu, Provinsi Sichuan, ditangkap diluar gedung apartemennya pada 20 Januari 2022, oleh petugas dari Kota Pengzhou. Dia ditahan di fasilitas penahanan di Pengzhou.
Polisi memberi tahu keluarga Huang pada 23 Januari 2022, bahwa dia telah meninggal lebih awal hari itu. Jenazahnya segera dipindahkan ke Rumah Duka Kota Pengzhou. Keluarganya telah melihat jenazahnya, tetapi rincian lebih lanjut tentang kematiannya masih dalam penyelidikan.
Sebelum penangkapan terakhir Huang, dia sebelumnya ditangkap pada 10 Juli 2019, saat mengunjungi praktisi Mao Kun. Meskipun Huang dibebaskan pada 9 Agustus, Mao kemudian dijatuhi hukuman 11,5 tahun dan meninggal dalam tahanan.
Wanita Meninggal di Tahanan Delapan Hari Setelah Ditangkap dan Tidak Diberi Perawatan Medis
Zhang Siqin, seorang wanita berusia 69 tahun asal Kota Dalian, Provinsi Liaoning meninggal di Pusat Penahanan Yaojia, delapan hari setelah ia ditangkap karena berlatih Falun Gong
Zhang Siqin mulai mengalami kondisi medis parah pada malam pertama di pusat penahanan, tapi pihak berwenang menolak menyediakan pengobatan apapun baginya, kecuali memberikan obat tidak dikenal kepadanya tanpa diagnosa.
Zhang dibawa kembali ke tahanan tanggal 19 Januari 2022, untuk menjalani masa hukuman dua tahun. Ia ketakutan dan diserang rasa ingin muntah terus menerus. Meskipun dokter menyarankan agar ia tidak ditahan karena kondisi medis, polisi bersikeras bahwa ia baik-baik saja dan membawanya ke Pusat Penahanan Yaojia.
Di malam pertama di pusat penahanan, Zhang tidak bisa berjalan sendiri atau tidur. Petugas menolak memberikan makanan. Di pagi berikutnya, ia begitu lemah hingga ia tidak bisa memakai pakaian sendiri dan harus bergantung pada bantuan teman satu selnya.
Selama beberapa hari berikutnya, ia tidak bisa menelan makanan apapun dan memuntahkan semua yang ia makan. Makanan yang diberikan petugas hanyalah bubur dan roti kukus. Ia tetap terlalu lemah untuk berdiri sendiri.
Ketika ia diterima di pusat penahanan, petugas membawa pergi gigi palsunya. Ia meminta beberapa kali untuk dikembalikan, tapi petugas menolak, yang menyebabkan dirinya lebih kesulitan lagi untuk makan.
Meski dengan kondisi medis begitu, petugas tidak membawanya mengunjungi dokter, tapi memberikannya beberapa obat tidak dikenal, yang menyebabkan kondisinya lebih menurun.
Pada 25 Januari, di hari keenam penahanannya, Zhang mulai gemetar hebat tanpa bisa ia kendalikan dan tidak bisa duduk tanpa bantuan. Teman satu sel melaporkan ke petugas, yang bersikeras memberikan obat tidak dikenal kepadanya, tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu. Ketika ia tidak bisa minum obat itu, petugas memerintahkan lima narapidana untuk memegang dan mencekokinya obat tersebut. Ia menjadi lumpuh dan kehilangan tenaga untuk duduk setelahnya.
Pukul 2:20 pagi pada 26 Januari, Zhang mulai gemetar tidak terkendali. Narapidana di sel semuanya terbangun, tapi petugas masih mengabaikannya. Pukul 9 pagi, Zhang dibawa keluar dengan kursi roda, tapi dibawa kembali hanya dalam waktu sepuluh menit. Petugas terus mencekokinya dengan obat tidak dikenal.
Zhang mulai mengalami demam sekitar tengah malam. Ia jatuh dalam kondisi kritis sekitar pukul 2:40 pagi. Petugas masih menolak membawanya ke rumah sakit, tapi memerintahkan narapidana di sel untuk terus memantau kondisinya.
Di pagi hari, ia tidak bisa duduk bahkan dengan bantuan teman satu sel. Meskipun narapidana melaporkan situasinya pada 7:07 pagi, dokter tidak datang hingga pukul 7:25 pagi. Teman satu sel terus memanggil petugas, tapi tidak ada yang datang.
Di saat dokter tiba pada pukul 7:30 pagi, Zhang telah berhenti bernafas dan tekanan darahnya nihil. Dokter melakukan resusitasi, tapi ia tidak merespons. Dokter menghubungi petugas pada pukul 7:34 pagi, tapi mereka tidak menjawab hingga dokter menghubunginya tiga kali. Zhang dinyatakan meninggal pada pukul 7:35 pagi dan dibawa keluar dari sel.
Kurir Barang Meninggal 35 Hari Setelah Ditangkap karena Membagikan Pamflet Falun Gong
Dai Zhidong dan Sun Deguo, keduanya penduduk Kota Daqing, Provinsi Heilongjiang, ditangkap pada 8 Januari 2022, setelah mereka dilaporkan karena membagikan pamflet dengan informasi tentang Falun Gong di sebuah pom bensin di dekat Kabupaten Lindian.
Setelah mereka dibawa ke Departemen Kepolisian Lindian, Wei Fang dari Kantor Keamanan Domestik mengambil kunci mereka dan menggeledah rumah mereka tanpa surat perintah. Saat menggeledah rumah Sun, polisi menangkap dua praktisi lagi, Sun Wenzhong dan Zhang Liguo, yang kebetulan sedang berkunjung pada saat itu.
Buku-buku Falun Gong Sun Deguo, komputer, dan uang tunai lebih dari 20.000 yuan disita. Tapi Wei mengklaim bahwa dia hanya mengambil 10.000 yuan.
Sun Wenzhong mengaku bertanggung jawab atas pembuatan materi Falun Gong dan ditahan di Pusat Penahanan Taikang atas tuduhan “merusak penegakan hukum dengan organisasi aliran sesat,” dalih standar yang digunakan untuk menjebak praktisi Falun Gong. Tiga praktisi lainnya dibebaskan dengan jaminan setelah masing-masing membayar 10.000 yuan.
Semua praktisi kemudian mengajukan pengaduan ke Kejaksaan Kota Daqing terhadap pelanggaran prosedur hukum oleh polisi dalam menangkap mereka dan menggeledah rumah mereka.
Sekembalinya ke rumah, Dai, seorang kurir barang, berada di bawah tekanan yang luar biasa dengan babak penganiayaan keuangan terbaru. Istrinya meninggal karena penyakit setahun yang lalu, dan dia masih berjuang untuk membayar tagihan medisnya. Dengan polisi menyita satu-satunya uang tunai 5.000 yuan dalam tabungan dan putranya membayar uang jaminan 10.000 yuan untuknya, dia khawatir kapan dia bisa melunasi semua hutangnya. Sementara itu, polisi mengancamnya untuk tidak melaporkan penganiayaan ke Minghui.org. Tekanan mental mempengaruhi kesehatannya dan dia meninggal pada 11 Februari 2022. Dia berusia 60 tahun.
Penangkapan dan Pelecehan Menjelang Olimpiade Musim Dingin
Praktisi Falun Gong Ditangkap di Kota Tuan Rumah Olimpiade Musim Dingin Dekat Beijing
Beberapa minggu menjelang Olimpiade Musim Dingin Beijing pada Februari 2022, pihak berwenang di Kota Zhangjiakou, Provinsi Hebei, salah satu dari tiga zona yang menjadi tuan rumah olahraga salju, menangkap lima praktisi Falun Gong setempat dengan dalih mencegah mereka berbicara kepada orang-orang mengenai Falun Gong selama pertandingan.
Lima praktisi, asal Distrik Chongli, tempat resor ski berada, ditangkap pada 20 dan 21 Januari 2022. Pihak berwenang mengklaim bahwa mereka akan menahan praktisi hingga 6 Februari, dua hari setelah pembukaan Olimpiade Musim Dingin.
Di bawah arahan Zheng Jianguo, dari Kantor Keamanan Domestik Distrik Chongli, polisi menangkap Bai Mei di rumah putrinya pada pukul 9 malam tanggal 20 Januari. Ponselnya dan barang-barang pribadi lainnya disita.
Sekitar waktu yang sama, polisi juga masuk ke rumah saudara laki-laki Bai, Bai Tao, dan menyita buku-buku Falun Gong, foto pencipta Falun Gong, pengeras suara dan tablet. Karena Bai tidak ada di rumah ketika polisi datang, mereka kembali keesokan harinya dan menangkapnya.
Pada tengah malam tanggal 21 Januari, polisi menangkap tiga praktisi lagi, Kang Cuiqing, Direktur Pediatri Rumah Sakit Distrik Chongli; Qin Yulan, seorang guru di Biro Pendidikan Chongli; dan Wei Jiansheng, seorang guru di Sekolah Menengah No. 1 Chongli.
Tiga praktisi ditahan di kantor polisi setempat dan kemudian dipindahkan ke Penjara Kota Zhangjiakou selama 15 hari.
Selain praktisi Falun Gong, penduduk setempat juga menghadapi pembatasan yang ekstrim terkait kehidupan sehari-hari mereka, sebagai bagian dari upaya pihak berwenang untuk menjamin kesuksesan kegiatan olahraga internasional ini.
Jiao Shuying ditangkap oleh petugas polisi yang masuk ke apartemennya pada 23 Januari 2022. Dia dibawa ke Pusat Penahanan Changping pada hari berikutnya. Penduduk Distrik Changping di Beijing ini dituduh menyebarkan materi informasi Falun Gong setahun yang lalu.
Pada awal 2021, Area Pemukiman Hongfuyuan, tempat Jiao tinggal, dikunci karena kebijakan Nol COVID. Semua warga diminta untuk menyerahkan informasi pribadi mereka ketika pihak berwenang memerintahkan tes PCR besar-besaran dari penduduk setempat. Polisi menemukan Jiao melalui informasi yang diberikan keluarganya. Tetapi tidak menangkapnya saat itu, mereka menunggu setahun dan menangkapnya beberapa minggu sebelum Olimpiade Musim Dingin diadakan di Beijing.
Polisi menggeledah apartemen Jiao dan menyita dua kalender serta beberapa pembaca kartu. Sebelum penangkapannya, seorang petugas Kantor Polisi Pingxifu pergi untuk memastikan bahwa dia ada di rumah dengan mengaku sedang melakukan sensus. Ibunya yang berusia 90 tahun sekarang sendirian, berjuang untuk merawat dirinya sendiri.
Pengawasan yang Semakin Ketat
Selain ditangkap, kebanyakan praktisi Falun Gong di tujuh distrik pusat Beijing, termasuk Distrik Haidian, Distrik Shijingshan, Distrik Chaoyang, Distrik Shunyi, Distrik Changping, Distrik Fangshan, dan Distrik Tongzhou, diawasi dengan ketat oleh pihak berwenang.
Di Chaoyang dan Haidian, masing-masing praktisi setempat berada dalam pengawasan 24 jam oleh empat orang dengan dua waktu jaga. Dilaporkan bahwa setiap “pengintai komunitas” memperoleh upah harian sebesar 180 yuan di Chaoyang dan 200 yuan di Haidian.
Pengawasan serupa juga dilaporkan di Shanghai. Qu Fei hendak menumpangi pesawat tanggal 28 Januari 2022 untuk mengunjungi saudara laki-lakinya di Amerika, namun dia dicegat di bandara oleh petugas Huang Jia dari Kantor Keamanan Domestik. Dia kini berada dalam pengawasan 24 jam.
Orang Lanjut Usia Juga Dilibatkan
Ji Yunzhi, 66 tahun, penduduk Kota Chifeng, Mongolia Dalam, dalam keadaan koma setelah berminggu-minggu melakukan mogok makan untuk memprotes penangkapan terakhirnya pada 1 Februari 2022, karena berlatih Falun Gong. Polisi menolak untuk membebaskannya meskipun kondisinya kritis.
Ji ditangkap di rumahnya sekitar pukul 8 pagi pada 1 Februari, Hari Tahun Baru Imlek. Polisi mendobrak masuk ketika keluarganya pergi sebentar untuk membuang sampah. Praktisi lain, Sun Zhifang, yang kebetulan sedang berkunjung, juga ditangkap. Polisi menggeledah kediaman Ji dan menyita 40 buku Falun Gong dan foto pencipta Falun Gong.
Karena Ji menolak pergi bersama polisi, mereka secara paksa membawanya dan Sun ke mobil polisi. Kedua wanita itu dibawa ke Pusat Penahanan Panji Kiri Bahrain. Ji melakukan mogok makan untuk memprotes penangkapan dan penahanan sewenang-wenang.
Keluarga Ji diberitahu oleh polisi pada 11 Februari untuk pergi ke Rumah Sakit Panji Kiri Bahrain. Ketika mereka pergi ke sana, mereka sangat terpukul melihat Ji dalam keadaan koma. Namun polisi masih membelenggu kakinya ke ranjang rumah sakit. Dokter memerintahkan mereka untuk menandatangani formulir yang menyatakan kondisi kritis Ji.
Keluarga Ji mengajukan permohonan agar dia dibebaskan dengan jaminan pada hari berikutnya. Polisi mengajukan tiga syarat sebelum mereka menyetujui pembebasan dengan jaminan. Tidak jelas apa persyaratannya. Ji masih berada di rumah sakit pada saat penulisan.
Pensiunan Profesor Berusia 87 Tahun Diinterogasi Selama 10 Jam Karena Membela Keyakinannya
Chen Shejie, seorang mantan asisten Profesor dari Universitas Selatan Pusat, ditangkap di rumah pada 24 Desember 2021. Sekelompok petugas berpakaian preman mendobrak masuk dan menggeledah setiap ruangan di rumahnya Kota Changsha, Provinsi Hunan, tanpa surat perintah. Buku-buku Falun Gong, komputer, printer dan lukisan bertema Falun Gong di dinding disita.
Polisi membawa Chen ke Kantor Polisi untuk diinterogasi. Dia menyangkal semua fitnahan terhadap Falun Gong dan menuntut agar mereka menunjukkan dokumen yang menjelaskan dasar hukum penganiayaan. Polisi mengklaim bahwa mereka memiliki dokumennya, tetapi tidak pernah menunjukkannya. Seorang petugas mengancamnya, “Kami pernah menangkap anda sekali pada 2016. Sekarang anda melakukannya lagi. Jika anda terus melakukannya (berbicara tentang Falun Gong), kami akan menjebloskan anda ke penjara.”
Sebelum mengizinkan Chen pulang bersama keluarganya pada pukul 1 pagi, petugas lain mengancam akan memantau hidupnya dan berkata kepada keluarganya, “Jika dia terus berbicara dengan orang lain tentang Falun Gong, kami tidak akan membiarkan dia pergi begitu saja!”
Mantan Ahli Akupunktur Berusia 76 Tahun Ditangkap dan Diinterogasi
Ketika Nie Yulan, seorang penduduk Kota Zhengzhou, Provinsi Henan berusia 76 tahun, kembali ke rumah pada siang hari tanggal 5 Januari 2022 setelah membeli beberapa roti kukus, belasan petugas mengepungnya dan mendobrak masuk ke rumahnya.
Sementara seorang petugas menahan Nie di kamar tidurnya, sisanya menyita komputernya, buku-buku Falun Gong, foto pencipta Falun Gong dan materi terkait Falun Gong lainnya. Polisi juga memaksa Nie untuk membuka lacinya yang terkunci dan merampas uang tunai senilai 2.600 yuan, termasuk uang kertas 2.000 yuan yang dicetak dengan pesan singkat tentang Falun Gong.
Karena sensor informasi yang ketat di Tiongkok, banyak praktisi menggunakan cara-cara kreatif untuk meningkatkan kesadaran tentang penganiayaan, termasuk mencetak informasi pada uang kertas.
Polisi membawa Nie ke Kantor Polisi Dianchanglu. Mereka mengklaim bahwa dia dilaporkan karena mencoba menyewa pengacara untuk Zhang Hui, yang ditangkap beberapa hari sebelumnya karena berlatih Falun Gong. Nie menuntut meminta nama polisi tersebut. Mereka menolak untuk menjawab, mengatakan bahwa dia akan menyerahkan nama mereka ke Minghui.org jika dia tahu siapa mereka.
Nie menolak menjawab pertanyaan polisi. Saat polisi terus menginterogasinya, dia mulai merasakan sesak di dada dan sakit perut. Tangan dan kakinya menjadi dingin, dan kemudian tubuhnya terasa dingin dan tidak bisa berhenti gemetar. Dia juga mengalami kesulitan bernapas. Polisi memanggil ambulans dan dokter menemukan detak jantungnya di bawah 40 denyut per menit. Dia kemudian dibawa ke rumah sakit untuk resusitasi. Dia kembali ke rumah sekitar pukul 11 malam.
Empat orang mengetuk pintu rumah Tang Peilian di Kota Changsha, Provinsi Hunan pada 25 Desember 2021, mengklaim mereka berasal dari komunitas setempat dan mengunjungi rumah-rumah untuk memberikan vaksin COVID-19
Suaminya, Huang Zhijie, membuka pintu. Tanpa berkata apapun, keempat orang itu, dengan seorang wanita memakai seragam polisi, bergegas masuk dan berlari ke kamar tidur. Tang, yang sedang mencetak materi informasi Falun Gong, langsung mengunci lemari di mana ia menyimpan printer dan komputer, meskipun mereka berusaha menghentikannya.
Saat berbalik, Tang, berusia 80an, meminta keempat orang itu menunjukkan identitas diri mereka dan surat geledah. Sementara mereka menolak memberikan identitas diri, seorang pria memperkenalkan dirinya sebagai anggota staf komite perumahan, dua pria lain berkata mereka dari Departemen Kepolisian Distrik Yueli, masing-masing bermarga Zhang dan Wang.
Diperintahkan oleh Wang, ketiga agen lainnya menggeledah rumah Tang. Wang memerintahkan Tang untuk memberikan kunci lemarinya. Ketika ia menolak, Wang merobek lukisan Falun Gong di ruang keluarga. Seluruh buku-buku dan materi informasi Falun Gong milik Tang juga digeledah.
Polisi mengklaim bahwa mereka menargetkan pasangan itu setelah Huang terekam kamera pengawas membagikan materi informasi Falun Gong. Mereka melacaknya dan menemukan alamatnya.
Pasangan lansia tersebut dibawa ke Departemen Kepolisian Distrik Yueli dan diinterogasi di ruangan terpisah. Mereka dibebaskan sekitar pukul 8 malam.
Dikurung di Pusat Pencucian Otak dan Rumah Sakit Jiwa
Pria Shandong Diskors dari Tempat Kerja, Ditahan di Pusat Pencucian Otak selama Satu Bulan
Sejak paruh kedua tahun 2020, praktisi Falun Gong di Pabrik Produksi Minyak Gudao Ladang Minyak Sinopec Shenli di Kota Dongying, Provinsi Shandong telah menjadi sasaran dalam kampanye "sapu bersih."
Kampanye gangguan "sapu bersih" bertujuan untuk memaksa semua praktisi Falun Gong dalam daftar hitam pemerintah untuk melepaskan keyakinan mereka. Untuk itu, polisi, komite perumahan jalanan, dan tempat kerja praktisi yang ditargetkan semuanya dimobilisasi.
Di Pabrik Produksi Minyak Gudao, Komite Partai perusahaan, Kantor Petisi, dan Serikat Pekerja bersama-sama mengatur pertemuan dengan para praktisi, baik karyawan saat ini maupun pensiunan, kebanyakan dihadiri bersama polisi. Selama pertemuan, praktisi diancam dengan pemutusan hubungan kerja, pemotongan gaji dan bonus, atau hambatan bagi anak-anak mereka dalam mencari pekerjaan atau promosi jika mereka menolak untuk melepaskan keyakinan mereka pada Falun Gong. Beberapa praktisi diminta untuk menyerahkan kartu identitas mereka.
Salah satu karyawan perusahaan, Li Bing, berusia 30an, pertama kali dibawa ke sesi cuci otak di Hotel Jindao pada awal Desember 2020. Beberapa ahli psikologi disewa oleh pihak berwenang untuk memberikan ceramah cuci otak, yang bertujuan untuk memaksanya melepaskan Falun Gong.
Sementara Li dibebaskan beberapa minggu kemudian, Liu Shuting, manajer perusahaan, menskorsnya dari posisinya pada 1 April 2021, di bawah perintah Kantor 610. Li ditahan dalam ruang isolasi dan diperintahkan untuk menyalin sendiri sejarah Partai Komunis Tiongkok, serta menulis pernyataan untuk melepaskan Falun Gong.
Karena Li menolak untuk bekerja sama, pihak berwenang menahan 2.500 yuan dari gaji bulanannya, hanya menyisakan 500 yuan setiap bulannya. Dengan harga yang meningkat pesat, penganiayaan keuangan menyebabkan kesulitan luar biasa bagi keluarga Li, terutama mengingat bahwa ia perlu menghidupi orang tua dan anaknya. Dia mengajukan banding ke manajer Liu beberapa kali. Liu mengklaim bahwa keputusan itu datang dari pimpinan perusahaan, tetapi dia tidak dapat memberikan dokumen resmi apa pun, dengan alasan bahwa itu rahasia.
Beberapa minggu kemudian, Liu mendapat pemberitahuan bahwa seseorang akan kehilangan kompensasi "biaya kinerja" jika dia tidak bisa memperoleh pendapatan untuk perusahaan. Dia menggunakan itu sebagai pembenaran untuk menangguhkan gaji Li dan memerintahkannya untuk menandatanganinya. Li berkata bahwa dia tidak keberatan dengan pemberitahuan tersebut, tetapi bukan karena dia tidak bisa bekerja maupun memperoleh pendapatan untuk perusahaan, tetapi perusahaan itu sendiri yang menskors dia dari pekerjaannya. Karena itu, seharusnya bukan dia yang menanggung konsekuensinya. Dia menolak untuk menandatangani pemberitahuan itu.
Untuk mencari keadilan, Li mengajukan banding ke serikat pekerja perusahaan dan Biro Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial Kota Dongying, menuduh manajernya melanggar kontrak kerjanya. Seorang petugas menerima bandingnya, namun dia kemudian mengembalikannya, mengisyaratkan bahwa mereka menerima telepon dari Komite Urusan Politik dan Hukum setempat, yang menekan mereka agar tidak menerima kasus Li.
Antara tanggal 16 dan 17 November, Wen Shuming, agen Kantor 610 Pabrik Produksi Minyak Shengli, menekan Li dan mencoba memaksanya untuk melepaskan Falun Gong.
Setelah Li mengungkap penganiayaan Wen di Minghui, praktisi Falun Gong di luar negeri menelepon Wen dan mendesaknya untuk berhenti berpartisipasi dalam penganiayaan. Wen menemukan Li pada 2 Desember dan mengatakan dia sangat marah menerima telepon itu. Dia melaporkan Li ke polisi, yang mengganggu Li sehari setelahnya dan memerintahkannya untuk menulis surat penyesalan.
Petugas polisi Ren Anyuan dan Ma Yuqiang melecehkan Li lagi pada 6 Desember dan menanyakan bagaimana dia mengirimkan informasi itu ke Minghui.
Beberapa minggu kemudian, pada akhir bulan Desember, Li ditangkap dan dibawa ke Pusat Pencucian Otak Jishu. Perusahaannya mengatur agar empat karyawan bergiliran mengawasinya. Dia ditahan di sana selama sebulan dan dibebaskan sekitar 22 Januari 2022.
Pintu masuk Sekolah Pelatihan Teknik Perusahaan Produksi Minyak Jishu, tempat pusat pencucian otak berada.
Pusat Pencucian Otak
Wanita Sehat Ditahan di Rumah Sakit Jiwa Selama 27 Hari
Wu Xiuying penduduk Kota Pengzhou, Provinsi Sichuan ditahan di rumah sakit jiwa selama 27 hari, hanya karena memengang teguh keyakinannya pada Falun Gong.
Wu ditangkap di rumahnya oleh agen dari komite desa setempat, pemerintah kota dan polisi pada 5 Oktober 2021. Mereka menyita buku-buku Falun Gong dan memaksanya untuk membubuhkan sidik jari di dokumen kasusnya.
Wu kemudian ditahan di Rumah Sakit Jiwa Kota Pengzhou selama 27 hari. Dia dipaksa untuk minum obat penenang tiga kali selama dia di sana dan dipukuli ketika dia melawan. Pihak berwenang terus mengganggunya setelah dia dibebaskan.
Wanita Guangxi Ditahan di Pusat Pencucian Otak karena Berlatih Falun Gong
Meng Luili adalah seorang penduduk asli Kota Baise, Provinsi Guangxi, yang baru-baru ini tinggal di Kota Nanning di provinsi yang sama. Ia ditangkap hampir tengah malam pada 15 Desember 2021 oleh sekelompok petugas polisi yang memaksa masuk ke rumahnya. Keluarganya diberi tahu di hari berikutnya bahwa ia telah dibawa ke Pusat Pendidikan Hukum Baise (pusat pencucian otak) untuk “edukasi lebih lanjut.”
Baru-baru ini, beberapa praktisi Falun Gong di Provinsi Guangxi dilecehkan oleh petugas dari Kantor 610 karena menolak melepaskan keyakinan mereka. Ketika praktisi menolak, beberapa ditangkap di tempat dan dibawa ke pusat pencucian otak yang dikenal orang sebagai “Pusat Pendidikan Hukum.”
Pusat Pendidikan Hukum Baise berlokasi di Hotel Paibaiyun, yang disewa oleh Kantor 610 selama bertahun-tahun untuk menganiaya praktisi Falun Gong. Banyak praktisi dari 12 kabupaten dan distrik di Baise telah ditahan di sana dan menjadi target pencucian otak dan penyiksaan. Wang Zhen, seorang karyawan sekolah kedokteran, meninggal pada 22 September 2016, setelah sepuluh hari ditahan di pusat pencucian otak tersebut dua bulan yang lalu. Ia berusia 47 tahun.
Berulang Kali Menjadi Sasaran
Lima Bulan Setelah Hukuman Penjara 1,5 Tahun, Wanita Jilin Ditangkap Lagi karena Keyakinannya
Sun Yazhen, seorang wanita lanjut usia di Kota Jilin, Provinsi Jilin, berusia 62 tahun ditangkap pada 14 Februari 2022, sehari sebelum Festival Lentera, hari terakhir musim liburan Tahun Baru Imlek.
Penangkapan terakhir Sun terjadi hanya lima bulan setelah dia dibebaskan dari hukuman 1,5 tahun karena keyakinannya pada Falun Gong. Keluarga Sun sangat mengkhawatirkannya, karena mereka tidak diberi kabar mengenai kondisi Sun saat ini.
Sun Yazhen
Empat tahun lalu, pada 3 Februari 2018, menjelang Festival Lentera, Sun ditangkap karena berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong di sebuah pusat perbelanjaan. Dia kemudian dijatuhi hukuman 1,5 tahun penjara dengan masa percobaan tiga tahun.
Meskipun dia dibebaskan setelah tujuh bulan penahanan, dia ditempatkan di bawah pengawasan ketat setelah kembali ke rumah dan diperintahkan untuk setiap bulan melapor ke komite perumahan. Dia menggunakan kesempatan ini untuk memberi tahu anggota staf di sana tentang Falun Gong. Setelah beberapa kali, dia diperintahkan untuk datang ke sana setiap minggu.
Karena Sun tetap teguh pada keyakinannya, delapan orang dari Kantor 610 setempat dan komite perumahan mendatangi rumahnya suatu hari di bulan Maret 2019. Mereka merekam rumahnya dan mencari-cari materi terkait Falun Gong, mencoba untuk mencari alasan agar dapat menganiayanya lebih lanjut. Untuk menghindari pelecehan, Sun meninggalkan rumah dan tinggal di rumah saudara perempuannya.
Pihak berwenang menangguhkan masa percobaan Sun dan membawanya ke Penjara Wanita Provinsi Jilin untuk menyelesaikan masa hukumannya. Setelah dia dibebaskan setahun kemudian pada bulan November 2021, anggota staf komite perumahan terus menelepon keluarganya dan menanyakan situasinya.
Sun ditangkap sekali lagi pada 14 Februari 2022, saat mengunjungi praktisi lain, yakni Yue Nailiang, yang ditangkap pada hari yang sama karena menempelkan hiasan Tahun Baru dengan informasi tentang Falun Gong di pintu ibunya. Ibu mereka yang berusia 83 tahun mendapat pukulan berat akibat penangkapan Yue Nailiang. Mengingat bahwa adik laki-laki Yue, yakni Yue Naiming, juga masih menjalani hukuman tiga tahun karena keyakinannya pada Falun Gong.
Ditangkap Saat Mencari Pekerjaan, Mantan Guru Menghadapi Penuntutan Lagi Karena Keyakinannya
Setelah menjalani 5,5 tahun penjara karena berlatih Falun Gong, seorang penduduk Kota Jinzhou, Provinsi Liaoning menghadapi tuntutan lagi karena keyakinannya.
Liu, seorang mantan guru berusia 60 tahun di Sekolah Menengah Kota Cuiyan, mulai berlatih Falun Gong pada September 1997. Dia memuji latihan tersebut karena membantunya sembuh dari penyakit ginjal, perut dan hati yang dideritanya.
Liu sebelumnya ditangkap pada 2008 dan dijatuhi hukuman enam tahun karena mempertahankan keyakinannya. Dia menderita strok karena penyiksaan dalam tahanan dan dibebaskan satu tahun lebih awal pada 2013. Setelah kembali ke rumah, dia sangat terpukul mengetahui bahwa dia telah dipecat oleh Biro Pendidikan Kota Linghai dan 14 tahun masa pengabdiannya dihapus dan tidak diberikan uang pensiun. Dia melakukan pekerjaan paruh waktu merawat manula untuk mencari nafkah.
Saat mengunjungi praktisi lain, Kang, berusia 70-an, pada 27 November 2021, untuk meminta bantuannya mencari lowongan pekerjaan, Liu ditangkap oleh polisi yang sedang berpatroli. Dia dimasukkan ke dalam tahanan kriminal dan dibawa ke Pusat Penahanan Wanita Kota Jinzhou malam itu.
Keluarganya sering mengunjungi Kantor Polisi Beijiao untuk meminta pembebasannya, tetapi tidak berhasil. Petugas Kantor Keamanan Domestik Distrik Taihe dengan cepat menyerahkan kasusnya ke Kejaksaan Kota Linghai, yang segera menyetujui penangkapannya.
Untuk menjebak Liu, Liu Changjie dan Li Lei dari Kantor Keamanan Domestik berusaha memaksanya untuk mengaku bersalah dan mengakui bahwa dia pergi ke rumah Kang untuk mengantarkan materi Falun Gong, bukannya mencari pekerjaan. Liu menolak untuk mematuhi.
Jaksa mendakwanya dengan "berusaha melakukan kejahatan" karena tidak cukup bukti.
Karena Liu masih belum pulih dari luka fisik yang disebabkan oleh penyiksaan dalam hukuman penjara sebelumnya, keluarganya sangat khawatir apakah gejalanya akan kambuh karena kondisi hidup yang buruk dan kemungkinan pelecehan yang mungkin dia hadapi setelah penangkapan terakhirnya.
Uang Tunai dalam Jumlah Besar Disita saat Penggeledahan Polisi
Lebih dari 10.000 USD dan Perhiasan Mahal Diambil dari Wanita Shandong
Liu Binghuan, dari Kota Jinan, Provinsi Shandong, ditangkap pada 30 Desember 2021 begitu dia meninggalkan gedung apartemennya. Polisi mengklaim bahwa mereka telah memantaunya selama lebih dari enam bulan dan mereka tahu dia sering keluar membagikan materi Falun Gong dan berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong. Mereka menyadap ponselnya dan merekam video dirinya. Seorang petugas menyebutkan bahwa dia sering tinggal di luar apartemennya dan mengikutinya ketika dia pergi menggunakan sepeda listriknya.
Polisi merampas kunci Liu dan menyita buku-buku Falun Gong, foto pencipta Falun Gong, pin Falun, uang adik laki-lakinya sejumlah 10.100 yuan USD, empat ponsel, tiga iPad, serta paspor dan perhiasannya.
Di kantor polisi, seorang petugas memukuli Liu. Dia menanyakan nama Liu, tetapi dia menolak untuk menjawab. Petugas tersebut menarik telinga Liu dengan sangat keras sehingga kulit di belakang telinganya terkelupas. Dia juga menampar wajah Liu dan mencekik lehernya. Dia tidak melepaskannya sampai dia hampir mati lemas.
Polisi juga terus memborgol tangan Liu di belakang punggungnya dalam waktu lama dan menutupi kepalanya dengan kantong plastik hitam. Setelah protes keras dari Liu barulah polisi melepaskan kantong plastik tersebut.
Selama tiga putaran interogasi, Liu tidak diizinkan tidur sepanjang hari. Selain bertanya tentang siapa praktisi yang berhubungan dengannya, polisi juga menanyakan berapa banyak orang di keluarganya dan berapa saldo rekening banknya. Kakaknya, Liu Binglei, juga ditangkap, dipukuli dan diinterogasi.
Liu dibebaskan pada malam berikutnya setelah dia diketahui memiliki tekanan darah tinggi dan detak jantung yang cepat. Dia menuntut polisi mengembalikan barang-barang pribadinya, tetapi mereka hanya mengembalikan 500 yuan. Dia telah tinggal jauh dari rumah sejak itu untuk menghindari penganiayaan lebih lanjut.
Selain penangkapan terakhirnya, Liu telah menjalani satu tahun kerja paksa antara tahun 2008 dan 2009. Ibunya, Li Sufang, yang juga berlatih Falun Gong, dijatuhi hukuman lima tahun pada tahun 2017 karena berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong. Dia menderita tekanan darah tinggi karena tekanan mental dan siksaan fisik dan meninggal pada akhir 2019.
Kartu Debit Berisi 200.000 Yuan Dirampas
Pada 20 November 2021, sehari setelah Li Ping, dari Kota Jiujiang, Provinsi Jiangxi, ditangkap karena berlatih Falun Gong, polisi masuk ke rumahnya, dengan kunci yang diambil darinya, dan menggeledah tempat itu ketika tidak ada seorang pun berada di rumah.
Polisi menyita komputer Li, uang tunai lebih dari 10.000 yuan dan kartu debit dengan tabungan 200.000 yuan, tanpa memberikan daftar penyitaan. Mereka juga mengancam keluarganya untuk tidak melaporkan penggeledahan tersebut, bila tidak, Li akan menghadapi hukuman penjara yang lebih berat.
Di kantor polisi, Li dipaksa untuk diborgol dan dibelenggu. Dia dilarang menggunakan toilet dan tidak diizinkan tidur. Ditekan oleh polisi dan khawatir tentang putranya yang masih duduk di sekolah dasar, dia terpaksa menandatangani "pengakuan" yang disiapkan polisi di luar keinginannya. Petugas yang menangani kasusnya menolak untuk mengungkapkan nama mereka.
Ibu Li kemudian menyewa pengacara untuk mewakilinya. Setelah polisi mengetahuinya, mereka mengintimidasi adik laki-laki dan suaminya. Polisi juga bertanya pada suami Li tentang praktisi Falun Gong lain yang berhubungan dengannya, mengklaim bahwa selama dia melaporkan praktisi lain, Li akan dibebaskan.
Uang Tunai Sejumlah 150.000 Yuan Disita dalam Penggeledahan Rumah
Liu Yuhua, 69, dan Yu Guilan, 73, dari Kota Tonghua, Provinsi Jilin, ditangkap pada 13 Februari 2022, saat berbicara dengan orang-orang di jalan tentang Falun Gong. Polisi merampas kunci dan menggeledah rumah mereka. Sebanyak 150.000 yuan uang tunai diambil dari rumah Liu, serta beberapa ribu yuan disimpan di tempat terpisah. Komputer, printer, dan barang-barang pribadi lainnya juga disita.
Sekelompok petugas lain yang menggeledah rumah Yu juga membawa pergi uang tunai sejumlah puluhan ribu yuan.
Kedua wanita tersebut dibebaskan pada 14 Februari 2022 malam, setelah mereka ditolak masuk oleh Pusat Penahanan Tonghua karena kondisi fisik mereka.
Lebih Banyak Kasus Pelecehan
Empat Anggota Keluarga Besar Dilecehkan karena Keyakinan Mereka
Empat anggota keluarga besar di Kota Pengzhou, Provinsi Sichuan dilecehkan beberapa kali pada 2021 karena keyakinan mereka pada Falun Gong. Polisi memaksa mereka membuat pernyataan sidik jari untuk melepaskan Falun Gong selama pelecehan terbaru pada 7 Desember 2021.
Pada dini hari tanggal 7 Desember 2021, belasan petugas polisi dan sekretaris desa tiba di rumah Li Yongxian di Desa Xijing.
Setelah Li membuka pintu, polisi menggeledah setiap sudut rumahnya, termasuk di dalam sepatunya, di antara lapisan tempat tidurnya, dan di dalam lemarinya. Ketika Li didorong ke dalam mobil polisi, dia terkejut melihat adiknya Li Yonggang dan istrinya Wang Xiaoping.
Adik perempuan Li, Hu Guofen, yang tinggal di sebelah, dibangunkan oleh gonggongan anjing tetangganya. Dia membuka pintu untuk melihat apa yang terjadi, menemukan petugas polisi berdiri di luar rumahnya.
Petugas Liu Yong datang dan memerintahkan Hu untuk menyerahkan materi Falun Gongnya. Dia mengancam akan menggeledah rumahnya jika dia menolak. Hu menolak mematuhi dan polisi datang untuk menggeledah rumahnya. Saat mereka sedang menggeledah, lampu di kamarnya tiba-tiba padam dan polisi memutuskan berhenti.
Ketika polisi mencoba menangkap Hu, putrinya menangis dan memohon agar mereka tidak membawanya pergi.
Hu, dua saudara kandungnya, dan adik iparnya kemudian dibawa ke kantor desa. Mereka ditahan di ruangan terpisah dan diinterogasi. Ketika mereka semua menolak menandatangani pernyataan yang disiapkan untuk melepaskan Falun Gong, polisi memaksa mereka membubuhkan sidik jari pada dokumen. Selama seluruh proses itu tak satu pun dari petugas menunjukkan ID mereka.
Hu berkata dia mencoba mengklarifikasi fakta tentang Falun Gong kepada polisi. Polisi mendengarkan dan tidak berdebat dengannya. Seorang petugas masih memerintahkannya untuk menandatangani tiga dokumen, sementara hanya mengizinkannya melihat judulnya. Yang pertama adalah pernyataan baginya untuk berjanji tidak akan pernah berlatih Falun Gong lagi. Yang kedua adalah melepaskan Falun Gong dan mengakui kesalahannya dalam berlatih. Sebelum dia bisa membaca judul yang ketiga, polisi sudah membawa mereka pergi. Hu menolak menandatangani dokumen, tetapi Liu memerintahkan petugas untuk memaksanya mengambil sidik jari.
Polisi Tiongkok Tidak Berhenti Menekan Wanita Lanjut Usia untuk Melepaskan Keyakinannya
Setelah Xin Chunting pindah ke Distrik Longting di Kota Kaifeng, Provinsi Henan, pada bulan November 2018, dia terus-menerus dilecehkan oleh Zhao Penghui, wakil kepala Kantor Polisi Kecamatan Beijiao.
Menyusul penangkapan pada 16 Desember 2020, polisi mencuri kuncinya dan diam-diam memasang alat penyadap di skuter listrik serta sepeda roda tiganya. Sejak itu, dia sering merasa ada yang tidak beres setelah sampai di rumah; entah ada sesuatu yang tidak berfungsi atau ada yang salah tempat.
Khawatir akan keselamatannya, dia menghabiskan ratusan yuan untuk beralih ke kunci sidik jari, untuk mencegah polisi masuk lagi.
Saat Xin kembali ke rumah pada jam 4 sore tanggal 27 Desember 2021, dia menemukan pintunya terbuka dan kuncinya rusak. Sebuah tas hilang, dan papan wesel baru menjadi rusak. Beberapa buku Falun Gongnya hilang tetapi muncul beberapa hari kemudian.
Dia meminta manajer properti untuk menunjukkan video pengawasan hari itu padanya, namun diberitahu bahwa video itu berhenti sekitar pukul 15:10. Dia curiga Zhao telah memerintahkan manajer properti untuk menghapus video dia memasuki rumahnya. Dia kemudian menemukan bahwa, untuk memantaunya, Zhao telah menyadap kamarnya dan video pengawasan komunitasnya disiarkan ke perangkatnya.
Dia menulis surat kepada departemen kepolisian setempat, kantor banding, kejaksaan, dan pengadilan, menjelaskan mengapa berlatih Falun Gong adalah sah secara hukum. Zhao meneleponnya pada 12 Januari 2022, dan menuduhnya menyebarkan kebebasan berkeyakinan. Dia mengatakan kepadanya bahwa satu-satunya hal yang ilegal di sini adalah Zhao menyadap dan membobol masuk rumahnya.
Enam hari kemudian, Zhao dan tiga pria dari kejaksaan setempat datang untuk menginterogasinya pada pagi hari tanggal 18 Januari. Mereka pergi ke rumah putrinya untuk mengintimidasi keluarga dan mertuanya dalam upaya menekannya agar melepaskan keyakinannya. Keluarganya khawatir dan tidak bisa menghabiskan liburan Tahun Baru Imlek dengan tenang.
Polisi Terus Mengganggu Wanita Lanjut Usia Setelah Jaksa Menolak Kasusnya Karena Berlatih Falun Gong
Seorang jaksa di Kabupaten Ju, Provinsi Shandong, menolak kasus terhadap penduduk setempat Sun Shifen karena berlatih Falun Gong. Tetapi, polisi terus melecehkan wanita lanjut usia yang berusia 70-an tahun tersebut.
Cobaan berat Sun dimulai pada Juni 2019 setelah dia diperhatikan oleh polisi karena memasang dua stiker yang bertuliskan “Falun Dafa baik”, “Sejati-Baik-Sabar baik” di tiang listrik. Sekelompok petugas melecehkan Sun di rumahnya untuk pertama kali pada pagi hari, tanggal 18 Juni 2019. Setelah polisi pergi, dia mencari perlindungan di rumah menantunya di desa terdekat namun dia diikuti oleh polisi.
Tiga petugas menggeledah rumah Sun keesokan paginya dan mengambil materi informasi Falun Gong, termasuk majalah, kalender, dan poster. Sun dibawa ke Kantor Polisi Guozhuang, dipaksa membubuhkan sidik jarinya untuk beberapa dokumen kasus, dan diberikan penahanan administratif selama sepuluh hari. Karena usianya yang sudah lanjut, penahanan tidak dilakukan.
Polisi menggeledah rumah Sun lagi pada 4 November 2020 dan menyita buku-buku Falun Gong, kartu memori komputer dengan ajaran Falun Gong, dan delapan poster. Polisi kembali sehari kemudian dan memaksanya untuk mengambil sidik jari untuk lebih banyak dokumen. Mereka datang lagi pada 10 November dan menanyainya di mana dia mendapatkan materi informasi tentang Falun Gong. Putri sulungnya dibawa ke Kantor Polisi Guozhuang pada hari yang sama dan diancam dengan denda. Pada tanggal 11 November, polisi mengeluarkan pemberitahuan untuk memberikan jaminan kepada Sun.
Pada 7 Januari 2021, Kejaksaan Kabupaten Wulian mengembalikan kasus Sun ke polisi dengan alasan tidak cukup bukti. Pada Juni 2021, jaksa memutuskan untuk membatalkan kasusnya dan juga mencabut syarat jaminannya.
Namun, polisi tidak menyerah menargetkan Sun. Mereka melecehkannya lagi pada 27 September dan melepas hiasan di rumahnya yang bertuliskan “Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.” Mereka juga berusaha untuk mengambil pemutar musik yang dia gunakan untuk latihan Falun Gong.
Sekelompok petugas lain melecehkan Sun sekali lagi pada 13 Oktober 2021 dan berusaha memaksanya untuk menulis pernyataan untuk melepaskan Falun Gong.