Dari Konferensi Berbagi Pengalaman Kultivasi Falun Dafa New York 2009

(Minghui.org)

Salam kepada Guru!
Salam kepada rekan-rekan praktisi!

Sejak perjalanan keliling grup tari dan musik Shen Yun dimulai pada tahun 2006, para praktisi di seluruh dunia telah bekerjasama dalam setiap aspek untuk mensukseskan pertunjukan, berusaha sebaik mungkin untuk membantu Shen Yun memberikan dampak yang paling maksimal bagi penyelamatan makhluk hidup. Hari ini, saya hendak berbagi pengalaman saya dalam penanganan keamanan selama pertunjukan Shen Yun.

Pada awalnya, saya berpikir bahwa saya hanya perlu menangani beberapa hal, seperti memastikan berbagai hal berjalan lancar selama pertunjukan, area di belakang panggung dijamin keamanannya, barang-barang milik rombongan dijaga, dan tidak ada penonton yang mengambil foto. Saya tidak memikirkannya lebih lanjut, dan saya tidak benar-benar memahami pentingnya tugas ini. Seringkali, saya ingin pergi secara diam-diam dan menonton pertunjukan. Namun seiring berjalannya waktu, saya secara bertahap menyadari bahwa saya sedang dimurnikan melalui tugas ini, dan jika kita ingin menyelamatkan sebanyak-banyaknya orang, kita perlu untuk saling melengkapi dalam segala aspek.

Pada awalnya, saya hanya meminta para relawan keamanan untuk datang lebih awal agar mereka mengenal dengan baik susunan tempat duduk dan meminta mereka tetap berada di lokasi yang ditunjuk  selama keseluruhan pertunjukan. Saya menganggapnya sama seperti pekerjaan yang lain, dan tidak pernah sungguh-sungguh berkomunikasi dengan orang-orang dari aspek kultivasi. Hanya ketika kita  menemukan masalah, saya teringat untuk memancarkan pikiran lurus. Saat itu hati saya tidak murni. Saya melakukannya untuk memecahkan masalah, dengan keterikatan pengejaran. Karena itu hasilnya tidak begitu baik. Sebelum tur keliling Shen Yun tahun lalu dimulai, saya mulai melihat kekurangan-kekurangan diri dan mulai menyadari pentingnya Shen Yun dalam menyelamatkan orang-orang. Kami mendiskusikan beberapa pengalaman bersama praktisi lain. Sewaktu musim pertunjukan baru dimulai, kami mengambil pendekatan yang berbeda. Mulai dari pertunjukan pertama, kami akan belajar Fa bersama dan memancarkan pikiran lurus di dalam gedung pertunjukan. Sebelum penonton tiba, kami akan berkumpul bersama untuk membaca Lunyu dan lalu saling bergandengan, berpegangan tangan sama seperti yang para pemain Shen Yun lakukan, dan mengucapkan, "Mari kita bantu Guru meluruskan Fa dan menyelamatkan makhluk hidup!" Saya dapat merasakan bahwa suara bersama kami berasal dari lubuk hati kami. Saya dapat mengatakan itu menggemakan janji besar yang masing-masing pengikut Dafa pernah buat pada masa lampau.

Menangani keamanan melibatkan banyak tanggung jawab, seperti membongkar properti panggung pada hari awal atau melakukan pengecekan terakhir setelah semua orang telah meninggalkan gedung pertunjukan. Penanganan area belakang panggung sangatlah penting, karena jika satu properti pun hilang, itu akan mempengaruhi pertunjukan. Sebelumnya, saya biasa melalaikan area belakang panggung, karena konsep-konsep manusia saya dan keengganan saya menyinggung perasaan siapa saja. Satu akibatnya  ialah: para praktisi yang tidak terlibat dalam pertunjukan, berkumpul di belakang panggung. Setelah pemahaman saya semakin mendalam tentang pentingnya Shen Yun, saya tersadarkan bahwa terlalu banyak orang yang berkumpul di belakang panggung dapat mempengaruhi para pemain. Sesudah itu, kami memperketat keamanan belakang panggung. Walaupun kami mungkin membuat beberapa orang merasa tersinggung dalam proses ini, saya mengetahui bahwa hanya sisi manusia mereka yang marah, dan bukannya sisi mereka yang telah mengerti. Dalam proses tersebut, saya mencoba selalu mengingatkan diri sendiri agar tidak berdebat.

Setiap pertunjukan seperti sebuah pertempuran – sebuah pertempuran antara kebaikan dan kejahatan untuk menyelamatkan orang. Guru kita yang penuh belas kasih mengambil pendekatan ini untuk menyelamatkan orang, jadi sebagai pengikutnya, kita seharusnya mendukung usaha Beliau dengan segenap hati dan tenaga kita. Memang, segala yang dilakukan setiap praktisi adalah untuk tujuan yang sama, apakah latihan keras yang para pemain harus jalani atau kerja keras para praktisi lokal yang ikut mempromosikan pertunjukan. Dan semua upaya berujung pada dua jam pementasan. Pertunjukan harus sempurna, setiap aspek darinya berjalan mulus dan bebas gangguan. Hanya dengan demikian, Shen Yun dapat mencapai efek terbaik dalam menyelamatkan orang-orang dan menghindari kerugian pada upaya-upaya amat besar yang setiap pengikut telah curahkan. Sedemikian pentingnya.

Tantangan yang paling besar bagi orang-orang yang menangani keamanan adalah barangkali keharusan untuk memusatkan perhatian pada hadirin dan tidak pada pertunjukan. Saya dahulu terbiasa untuk mengulang pada walkie-talkie kami, "Fokuskan mata anda pada hadirin, bukan pada pertunjukan." Nampaknya sebagian dari staf keamanan tidak pernah mendengar, dan saya pikir mereka tidak patuh. Sekarang saya sadar bahwa masalah ada pada saya, karena saya mempunyai pemahaman yang dangkal tentang makna Shen Yun. Melihat ke belakang, walaupun saya menuntut orang lain, saya sendiri diam-diam ingin menonton pertunjukan. Kalau demikian cara pikir saya, tidak aneh orang lain di tim saya juga ingin menonton pertunjukan.

Ketika Shen Yun memulai perjalanan kelilingnya, saya bertanya kepada Guru apakah ada pengecualian dapat dilakukan mengenai hadirin yang mengambil foto selama pertunjukan. Guru mengatakan, "Mutlak tidak." Sejak itu, kami secara ketat menerapkan peraturan ini. Mulanya kami semata-mata sedang mengikuti perintah Guru. Namun, sesudah Guru memberikan ceramah tentang mempromosikan Shen Yun tahun lalu, saya akhirnya menyadari bahwa peraturan dibuat sedemikian agar orang-orang dapat diselamatkan lebih efektif; agar orang-orang yang belum menonton pertunjukan tidak terpengaruh karena melihat foto-foto tersebut. Saya juga menyadari bahwa, dengan peraturan ini, akan mengakibatkan para pengambil foto akan lebih memperhatikan pertunjukan itu sendiri; disamping akan menjamin bahwa tak seorang pun yang duduk di sekitar mereka, akan terganggu. Tentu saja, peraturan juga akan mencegah siapa pun yang mempunyai itikad buruk.

Pada masa lalu, saya terbiasa memiliki perasaan telah meraih prestasi ketika kami menangkap basah seseorang yang mengambil foto. Sesungguhnya, setiap jenis orang akan mencoba mengambil foto, dan kami mempunyai banyak cerita untuk diceritakan di antara kami. Namun, tidak terjadi kepada saya bahwa mungkin itu ialah, sebenarnya, hasrat kami sendiri untuk pamer dan mentalitas bersaing kami sendiri yang menuntun orang-orang untuk selalu mencoba mengambil foto. Masih saja saya mengucapkan selamat kepada diri sendiri saat menghentikan mereka. Saya akhirnya menyadari bahwa apa yang sebenarnya kami inginkan adalah tak seorang pun yang mengambil foto apa pun. Saya percaya bahwa sepanjang pikiran kami bersatu dan kami memiliki pikiran lurus, kami dapat mencapai kondisi ini.

Apa yang terjadi di Washington DC tahun lalu telah meninggalkan kesan mendalam bagi saya. Kami berada di gedung pertunjukan terkenal di kota tersebut, dan ada banyak tempat duduk dalam boks khusus bagi para tokoh terkemuka, bahkan termasuk untuk Presiden. Pihak teater mempunyai peraturan ketat yang mencegah kami berada di dalam ruang pertunjukan. Kami diberi tahu secara tegas bahwa kami sebaiknya tidak mengkonfrontir siapa pun di antara penonton yang bertindak di luar ketentuan.

Sebelum pertunjukan, saya berkomunikasi dengan para praktisi Washington untuk melihat apakah kami dapat mengubah pikiran pihak manajemen teater. Kami tidak berhasil. Kami tidak ada pilihan selain menempatkan anggota keamanan duduk di antara para hadirin. Saya mempunyai banyak pikiran berlawanan: apakah kami dapat menahan diri untuk tidak menonton pertunjukan, jika di masa lalu kami bahkan tidak dapat melakukannya saat berdiri di tepi garis? Bagaimana kami dapat mengerjakan tugas, kini kami didudukkan di antara hadirin? Berapa banyak orang kami dapat amati sementara kami duduk di tengah penonton? Saya bahkan ingin menyerahkan urusan keamanan ini sepenuhnya kepada para praktisi Washington dan lepas tangan. Beruntung, saya segera mendeteksi konsep manusia biasa ini dan mengetahui sudah waktunya bagi saya untuk belajar Fa lebih baik.

Pertunjukan perdana adalah pertunjukan eksklusif bagi para tamu VIP. Saya mengingatkan setiap anggota supaya memberikan perhatian khusus. Saya berpikir pada diri sendiri , "Tiap penonton di sini hari ini adalah orang-orang yang sangat penting." Saya yakin mereka tidak ingin mempermalukan diri sendiri dengan mengambil foto, karena kami telah memasang tanda dengan kata-kata ‘Dilarang Mengambil Foto.'” Namun, tunggu dulu, segera setelah pertunjukan dimulai, orang-orang mengambil foto dari kiri dan kanan, apakah seorang pria yang berbusana rapi di boks khusus atau para perwira militer yang duduk di barisan penonton umum. Rasa takut di bawah sadar saya mencekam. Walaupun kami pada akhirnya berhasil mengumpulkan dan menghapus semua foto yang mereka ambil, namun cukup memalukan bagi kami.

Setelah itu kami melakukan beberapa refleksi ulang. Secara bersama, kami memahami, meskipun kami harus mengikuti aturan-aturan manajemen, kami mestinya tidak menggunakan metode-metode biasa. Karena kita adalah para kultivator,  tindakan kita yang terbaik adalah, sesungguhnya, memancarkan pikiran lurus. Setelah mendapatkan kesimpulan ini, kami mempunyai pemahaman baru mengenai pentingnya memancarkan pikiran lurus baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Maka kami memastikan bahwa kami mulai dengan melafalkan ‘Lunyu’ saat kami bersiap menunggu kedatangan para penonton dan terus mempertahankan kondisi pikiran tetap lurus selama pertunjukan. Saya merasa bahwa kami menjadi satu. Apakah itu mereka yang bertugas di bagian depan, mereka yang di atas pentas, di belakang layar, atau di bagian orkestra - seluruh praktisi adalah satu tubuh. Saya mengetahui bahwa dengan bekerja sama sebagai kesatuan tubuh, kita dapat selamatkan orang-orang dengan cara terbaik.

Kami memutuskan untuk menggunakan pikiran lurus untuk memusnahkan setiap unsur yang dapat mengganggu pertunjukan. Bila ada masalah yang terjadi di atas panggung, di barisan orkestra, atau di mana saja, kami tidak akan menyalahkan seseorang secara individu, dan sebaliknya, kami memandangnya sebagai suatu kekurangan dari seluruh tim kami. Saya juga mengingatkan setiap orang untuk tidak saling menyebar gosip mengenai setiap kekurangan atau kekeliruan yang mungkin kita amati di dalam pertunjukan. Kami harus melenyapkan setiap pikiran demikian seketika mereka muncul, agar tidak memperkuatnya. Sebagai hasilnya, kami bekerjasama sungguh baik sebagai sebuah tim selama beberapa hari dan selalu saling mengingatkan satu sama lain untuk terus menjaga pikiran lurus.

Hampir setiap pertunjukan di Washington DC karcisnya terjual habis; bahkan karcis untuk ruang khusus berdiri bagi beberapa pertunjukan juga laris seluruhnya. Namun, dengan gedung teater yang penuh penonton, ada banyak pertunjukan di mana bukan satu orang saja yang mengambil foto. Saya benar-benar merasakan dampak dari kerjasama sebagai sebuah tim dengan pikiran lurus yang kuat.

Setiap tempat mempunyai aturan masing-masing. Kadang-kadang mereka mungkin agak ketat, tetapi kita sebagai praktisi masih harus melakukan apa yang semestinya kita lakukan. Ini berarti kadang-kadang kita perlu melaksanakan tugas kita dengan kebijaksanaan dan rasionalitas. Selama kita teguh dalam pikiran lurus, kita akan mampu mencapai tujuan kita. Guru akan menolong kita. Para personil gedung pertunjukan selalu mengamati kita. Jika kita sungguh-sungguh berdedikasi, itu akan mengilhami mereka. Sebagai contoh, kebanyakan staf penunjuk tempat duduk hanya tertarik untuk menyaksikan pertunjukan, dan bahkan ketika memotret dilarang, mereka tidak ketat melaksanakan aturan tersebut. Namun, setelah mereka melihat bagaimana seriusnya kami menangani orang-orang yang mengambil foto atau tangisan bayi atau gangguan lain, ada suatu perubahan yang dramatis dalam perilaku dari banyak staf gedung tersebut. Saya sering kali mengingatkan tim bahwa kita perlu untuk menangani permasalahan dengan sikap yang ramah, tetapi juga dengan pikiran lurus yang kuat sehingga kita dapat menyelesaikan apa yang harus kita selesaikan.

Pernah sekali terjadi di New York menjelang akhir pertunjukan, kami menemukan seseorang telah mengambil foto dengan peralatan profesional. Segera setelah kami mengidentifikasi orang itu, kami meminta personil teater untuk membantu kami menghapus foto-fotonya. Namun, ketiga personil teater yang berada di sana malah mencoba menghalangi saya berjalan mendekati fotografer tersebut, sehingga dia dapat menjauh. Meskipun hal tersebut mengejutkan, saya tetap bertekad untuk tidak membiarkan orang itu lolos begitu saja. Saya meminta fotografer itu agar menghapus foto-fotonya, bahkan ketika staf teater menjauhkan saya darinya, saya meminta para praktisi lain untuk tidak melepaskannya.

Pada mulanya, orang itu tidak dapat mengelak dan mencoba untuk menyembunyikan kamera di dalam mantelnya. Beberapa menit kemudian, sikap dari staf teater berubah. Bukannya meminta kepadanya untuk segera meninggalkan tempat itu, mereka menegur dia karena mengambil foto dan mengatakan kepadanya bahwa ia tidak akan diizinkan untuk meninggalkan tempat sebelum ia menghapus foto-fotonya. Ketika kami memeriksa kameranya, ternyata semua gambarnya telah hilang, bahkan  foto-foto lama yang ada di dalamnya. Untuk memastikan, saya menanyakan apakah ia telah menukar kartu memorinya, dan ia bersumpah bahwa ia tidak melakukan hal itu. Saya lalu menyadari bahwa, oleh karena pikiran lurus saya yang kuat untuk menghentikannya, Guru telah membantu saya untuk menghapus foto-fotonya. Kejadian ini mengingatkan saya pada suatu kejadian lain di mana kami menangkap basah seseorang yang memotret dengan kamera sekali pakai. Kami menyita kameranya dan mengatakan kepadanya bahwa kami akan mencuci film tersebut  untuknya dan akan mengirimkan kepadanya semua foto-foto yang ia telah ambil sebelum pertunjukan. Ketika saya mencuci cetak foto-foto itu, ternyata keseluruhan rol film itu telah kelebihan pencahayaan.

Ketika melanjutkan kultivasi, saya terus merasakan belas kasih Guru yang tak terhingga. Guru menggunakan segala cara untuk menyelamatkan semua orang, tidak ingin meninggalkan seorang pun. Dari pengalaman-pengalaman saya sebagai tim keamanan pertunjukan Shen Yun, saya baru menyadari bahwa kita mestinya tidak menganggap itu sebagai tugas yang sederhana. Siapa pun yang berhubungan dengan diri kita adalah orang yang kita perlu  selamatkan – apakah dia staf teater yang mengambil foto-foto para penonton atau siapa pun yang berhubungan dengan kita. Kita perlu untuk memperlakukan setiap kehidupan  dengan belas kasih. Dari berbagi pengalaman dengan rekan-rekan praktisi pada tim keamanan, kami memahami bahwa kita harus menghindari hal-hal yang menghalangi penglihatan penonton,  tidak peduli apa pun yang kita sedang lakukan. Kita seharusnya selalu menangani kejadian di antara acara, selama waktu istirahat, atau setelah pertunjukan, kecuali beberapa kasus yang khusus. Juga, kita harus selalu memastikan bahwa orang yang kita konfrontasikan, benar-benar telah melakukan suatu kesalahan; banyak penonton menyalakan telepon genggam mereka hanya untuk mengecek waktu, mengirimkan sms, memainkan game, atau menyalakan lampu untuk membaca buku acara. Ada beraneka ragam alat yang dapat memancarkan cahaya selama pertunjukan,  maka kita harus hati-hati agar sedapat mungkin tidak mengganggu penonton. Juga, jika kita terus-menerus berbicara dengan walkie-talkie kita, itu akan mempengaruhi para praktisi di samping atau di belakang panggung yang sedang berusaha untuk memancarkan pikiran lurus.

Satu peristiwa terjadi di New York. Kami mengamati seseorang yang sepertinya sedang merekam pertunjukan. Sepertinya ia memegang sejenis layar yang mungkin akan menghalangi para penonton di belakangnya untuk menyaksikan pertunjukan. Namun, anggota tim keamanan yang berada di depan teater tidak dapat ‘melacak’ apa yang kami maksud. Saya tidak ingin berjalan turun ke depan, karena itu akan menarik perhatian para penonton, jadi kami meminta beberapa praktisi untuk memperhatikannya dari posisi mereka masing-masing.Ternyata, apa yang kami pikir merupakan sebuah "layar", sesungguhnya, hanya refleksi latar belakang pada kepala seorang penonton yang dicukur kelimis!

Pada kesempatan lain, kami berada di sebuah kota yang lebih kecil di mana pihak gedung memberlakukan banyak aturan yang yang sangat membatasi kami. Pertama-tama saya merasa aturan ini berlebihan. Sesuai prosedur mereka, kami diharuskan untuk melapor pada tiga atau empat jenjang manajemen setiap kali kami melihat seseorang mengambil foto dan tidak diperbolehkan menegur mereka secara langsung. Saya memberi tahu rekan-rekan praktisi bahwa kita akan melakukan apa yang harus kita lakukan, tanpa memperhatikan aturan yang yang ada. Setelah pertunjukan pertama dilangsungkan di sana, pihak manajemen gedung teater menyampaikan beberapa komentar dan saran kepada kami, yang saya abaikan. Akan tetapi, setelah dipikirkan kembali, saya rasa pihak manajemen akan berpikir bahwa tim keamanan kami merupakan bagian dari Shen Yun. Dan dengan demikian setiap kekurangan kami akan diperhitungkan sebagai kekurangan Shen Yun. Tambahan lagi, bukankah kita juga perlu menyelamatkan manajemen teater? Jelas kita perlu memperlakukan mereka dengan belas kasih. Maka, bahkan bila cara-cara pendekatan mereka menyebabkan kita sangat tidak nyaman, kita seharusnya masih harus mencobanya. Dengan demikian kita tidak akan meninggalkan kesan yang tidak baik pada mereka.

Setelah mencapai kesimpulan demikian, saya mengadakan pertemuan dengan pihak manajemen  teater guna menyampaikan permohonan maaf kepada mereka. Saya pun berjanji untuk mengikuti aturan-aturan mereka dan memohon kerjasama mereka. Saya juga mengingatkan rekan-rekan praktisi untuk memancarkan pikiran lurus yang terpusat. Setelah perjalanan pertunjukan ini berakhir, semua anggota manajemen datang untuk menyalami saya serta mengungkapkan rasa kepuasan mereka. Mereka menyatakan kesiapan dan keinginan mereka untuk dapat bekerjasama dengan kami lagi di masa depan.

Melalui penanganan bidang  keamanan Shen Yun ini, saya juga telah belajar bahwa jika kita ingin melakukan pekerjaan kita dengan baik, yaitu untuk menyelamatkan makhluk hidup, kita harus melepaskan seluruh ego kita. Saya tidak pernah memuji orang dan juga tidak suka memerintah orang lain. Meskipun demikian, sikap  itu pun harus saya rubah. Jika saya menginginkan para penonton pertunjukan kami mau bekerjasama dengan kerelaan menghapus foto mereka, mencegah anak-anak mereka agar tidak menangis, maka saya harus belajar bekerjasama dengan orang dengan cara yang berbeda. Sebagai contoh, suatu kali saya harus berbicara panjang lebar dengan seorang wanita berusia 80 tahunan supaya ia mau menghapus fotonya. Secara berkelakar seorang rekan praktisi kemudian mengatakan bahwa saya sekarang mulai terbiasa memberi sanjungan kepada orang lain. Sebuah kejadian lain memberi saya kesan mendalam. Saya menyita film dari kamera pasangan lanjut usia. Sang istri merasa sangat malu, ia hendak meninggalkan gedung teater dan pulang ke rumah. Ini membuat saya merasa terpukul, agar dapat terselamatkan mereka seharusnya tidak meninggalkan tempat itu. Mereka harus kembali ke tempat duduk dan tinggal di tempat untuk menonton bersama. Saya lalu minta maaf yang sedalam-dalamnya kepada mereka. Petugas teater di dekat saya merasa bingung, karena sesungguhnya perempuan itu yang bersalah. Tetapi pada saat itu, hanya ada satu hal di benak saya, yaitu: meyakinkan dia untuk kembali ke tempat duduknya. Akhirnya dia pun kembali ke tempat semula. Tetapi pada menit berikutnya ketika saya dalam kondisi santai, saya merasa ada perasaan kehilangan muka terlintas di benak. Saya dengan cepat memperhatikan dan mengingatkan diri sendiri untuk merefleksikan peristiwa yang telah terjadi. Selanjutnya saya mengamati apakah saya telah berbuat lebih baik untuk mencegahnya. Kesimpulan saya adalah saya seharusnya mampu bersikap lebih ramah ketika saya berurusan dengannya.

Ada belasan orang praktisi dari New York dan New Jersey yang pernah bekerja bersama saya dalam tim keamanan Shen Yun selama beberapa tahun terakhir. Kami membentuk sebuah tim yang demikian baik, dan kami semua telah memahami pentingnya tugas-tugas keamanan. Masing-masing personil kami ini telah membuat persiapan matang dengan keluarga dan pihak perusahaan, sehingga mereka dapat mengambil cuti selama pertunjukan Shen Yun. Bahkan dengan tim yang sudah bagus sekali pun, saya masih menemukan konsep-konsep muncul ketika saya melihat mereka juga ingin menyaksikan pertunjukan itu. Saya pikir mereka sudah sepantasnya menonton pertunjukan ini bersama dengan anggota keluarga mereka yang bukan praktisi. Tetapi jika bukan demikian, saya mempertanyakan apakah mereka mempunyai hati untuk selalu mengedepankan orang lain. Saya akhirnya menyadari bahwa saya tidak sepatutnya menyamakan kondisi orang lain dengan kondisi saya dan mendeteksi bahwa mungkin ada benih iri hati pada diri saya.

Suatu ketika, setelah petunjukan pertama usai, seorang praktisi berkata bahwa dia tidak mau lagi bekerja pada tim keamanan. Dia tidak menyampaikan alasannya mengapa. Saya marah dan mencoba menghubunginya lewat telepon untuk melampiaskan kejengkelan saya. Tetapi dia tidak mengangkat teleponnya. Belakangan, saya merasa senang dia tidak menjawab telepon saya itu, karena andaikata dia menjawab, saya akan banyak melemparkan De (kebajikan, sejenis materi) kepadanya! Menoleh kembali peristiwa ini, saya menyadari kemarahan saya ini berakar dari sisi manusia saya. Meskipun sesuatu hal saya rasa penting, saya tidak seharusnya memaksakan pada orang lain, dan saya masih belum bertoleransi dengan orang lain. Praktisi itu mungkin memiliki alasan pribadi atau mungkin hanya merasa sedikit lelah dan ingin beristirahat, yang semuanya sangat beralasan. Pada hari berikutnya saya melihat praktisi itu ke luar dari tengah kerumunan penonton lainnya. Bukan merasa terusik, tetapi saya merasa malu. Rupa-rupanya saya tidak bersikap cukup baik kepadanya sehingga dia tidak berani mengatakan dia ingin menonton pertunjukan. Setelah itu saya bergurau dengannya dengan mengatakan bahwa kami akan mengijinkan dia mengambil cuti satu hari. Dengan senyum dia menjawab, “Saya tidak akan melalaikan tugas saya lagi.”

Pada musim pertunjukan yang baru lalu, Shen Yun telah tur keliling dunia dengan tiga grup tari dan dua orkestra. Saya telah mendengar laporan tentang pengambilan foto dan pencurian barang yang diakibatkan kelemahan di bidang keamanan. Saya merasa resah mendengar berita ini. Kejadian seperti ini terutama terjadi di beberapa kota, dapat dikatakan - karena keterbatasan personil keamanan. Dalam kasus-kasus seperti ini, saya mempunyai keyakinan bahwa kekuatan pikiran lurus kita akan lebih memerankan fungsi. Sesungguhnya, kita semua adalah anggota tim keamanan, pengawal Dafa. Masing-masing dan setiap orang bertanggung jawab untuk memastikan pertunjukan Shen Yun bebas dari insiden dan mencapai efek penyelamatannya.

Saya beruntung karena telah berpartisipasi sebagai staf keamanan di lebih dari 30 pementasan pada musim pertunjukan tahun lalu dan saya merasakan manfaat besar dari keikutsertaan ini. Dalam proses melakukannya, saya dimurnikan dan meningkat. Ketika berintegrasi langsung dengan kesatuan tubuh para praktisi, saya dapat merasakan Shifu telah memurnikan diri saya dengan gong beliau ketika pertunjukan dibuka. Saya telah melihat bagaimana sikap para staf teater berubah, dan saya juga telah menyaksikan para penonton yang berdiri menyambut pertunjukan ini dengan tepuk tangan meriah. Semua telah mendorong saya untuk bekerja lebih baik dan merasakan betapa berharganya menjadi pengikut Dafa.

Terima kasih, Shifu. Terima kasih kepada rekan-rekan praktisi semua.

Chinese:  http://www.minghui.ca/mh/articles/2009/6/10/202489.html
English: http://www.clearwisdom.net/emh/articles/2009/6/28/108665.html