(Minghui.org) Pada Sabtu, 18 Agustus 2018, lebih dari 500 praktisi dari berbagai wilayah Indonesia, maupun rekan-rekan dari Malaysia dan Singapura menghadiri Konferensi Berbagi Pengalaman Kultivasi Falun Dafa di Indonesia tahun 2018, yang kali ini diadakan di Pulau Batam.

Delapan belas praktisi membacakan pengalaman kultivasi mereka dalam melakukan tiga hal, mencari ke dalam untuk menemukan keterikatan hati serta menerobos berbagai gangguan untuk membuktikan Dafa serta menyelamatkan makhluk hidup.

Praktisi tuan rumah dari Batam berbagi pengalamannya dalam mendistribusikan koran Epoch Times selama delapan tahun terakhir, baik dalam cuaca cerah maupun hujan. Setelah mengetahui fakta kebenaran, seorang pemilik hotel turut mengatakan hal-hal positif tentang Dafa kepada kerabatnya yang datang berkunjung ke hotelnya. Pasangan suami istri penjual es di sebuah sekolah setelah rutin membaca Epoch Times juga memahami watak hakiki Partai Komunis Tiongkok dan sang istri berkata, “Suatu hari PKT akan dihukum Tuhan.”

Pernah beban pekerjaannya bertambah secara signifikan dan situasi di tempat kerja tiba-tiba menjadi rumit, sehingga selama dua bulan dia sempat mempertimbangkan untuk berhenti membagikan koran. Namun setelah pikiran lurusnya memegang kendali dan ia memutuskan untuk terus lanjut mendistribusikan koran, kondisi di tempat kerja pun kembali normal.

**

Seorang praktisi asal Indonesia yang menetap di luar negeri mengalami rasa sakit di pundak setelah satu jam menjahit bahan yang dibutuhkan untuk proyek pembuktian Dafa. Padahal pekerjaan itu sendiri tidaklah berat. Awalnya pikiran manusianya berperan, apakah bukan karena makan makanan tertentu, juga teringat cerita ayahnya, jika kolesterol tinggi maka pundak terasa sakit. Rasa sakit itu sempat membuatnya merasa tidak berdaya. Tetapi setelah terus mencari ke dalam, dia menemukan rasa sakit itu terkait dengan sifat sombong dan memandang rendah rekan lain saat belajar Fa dan sharing bersama pada malam sebelumnya. Setelah menemukan keterikatan sombong tersebut, rasa sakit di pundak pun berangsur lenyap hanya dalam kurun setengah jam.

Selama ini, ia tidak begitu menyukai keluarga suaminya, namun tepat pada ulang tahun suami, sang suami mengatur piknik bersama keluarganya. Ia menyadari bahwa ini bukanlah kebetulan, situasi yang tidak diinginkan namun tak terhindarkan justru menuntut dia untuk meningkatkan Xinxing. Setelah melepaskan keterikatan akan rasa suka ataupun tidak suka, dia berhasil melewati event keluarga tersebut dengan baik, serta memancarkan hati yang lebih tulus, hangat serta penuh perhatian terhadap keluarga suami, sehingga meninggalkan kesan baik bagi semua.

**

Praktisi perempuan asal Solo memperoleh Dafa tiga tahun silam, saat itu kondisi ekonominya tengah terpuruk, banyak pelanggan yang tidak membayar hutang mereka, kemudian rekan bisnisnya juga menipu modal terakhirnya. Sambil menangis, ia menceritakan masalah tersebut kepada pembimbingnya, yang menyarankannya agar banyak-banyak membaca buku “Zhuan Falun.” Setelah menambah belajar Fa, ia kembali merasa tenang dan bahkan menganggap masalah kecurangan yang dilakukan rekan bisnisnya sudah selesai.

Ia belakangan kembali membuka toko dan sejalan peningkatan pemahamannya akan prinsip Fa, ia menggunakan berbagai kesempatan untuk mengklarifikasi fakta kepada para pelanggan. Anaknya yang belum Xiulian kerap mengingatkan dirinya jika ada perilakunya yang tidak sesuai Dafa, misalnya bersikap pilih kasih terhadap pelanggan tertentu. Berkat kejujurannya, usahanya semakin berkembang. Adiknya yang membantunya di toko, meskipun bukan praktisi juga turut membantunya mengklarifikasi fakta kepada para pelanggan.

**

Seorang praktisi asal Bali menceritakan pengalamannya melintasi karma penyakit ketika mengikuti pawai klarifikasi di Hong Kong. Mendapat masalah pada kedua kakinya, membuat ia bahkan sulit melangkah keluar selama beberapa waktu. Beberapa rekan praktisi yang mendengar situasinya kemudian datang belajar Fa bersamanya dan berbagi pemahaman, serta memberikan dorongan agar tetap teguh pada Fa, menjaga pikiran lurusnya, serta tidak mengakui pengaturan kekuatan lama yang menginginkan pengikut Dafa menjadi pasif. Rekan praktisi yang datang kemudian menceritakan rencananya pergi ke Hong Kong, mengikuti pawai klarifikasi besar yang diadakan rekan-rekan di sana dan mengajak dirinya turut serta. Awalnya ia diliputi banyak keraguan, untuk berjalan saja sulit, tetapi akhirnya memutuskan ikut. Sehari sebelum pelaksanaan pawai, kakinya masih bermasalah, Hari pawai tiba, akhirnya atas dorongan rekan lain, ia tetap ikut bus yang membawa rombongan ke lokasi pawai. Ketika mulai hentakkan kaki, ia mencoba melangkah perlahan, sepertinya tidak terasa sakit atau bermasalah. Dia terus mengingat, “Ada Shifu, ada Fa.” Namun di lokasi, turun hujan cukup lebat disertai petir, membuat hatinya agak goyah, kaki pun terasa perih. Namun dia memperkuat pikiran lurus, mengingat terus “Falun Dafa baik”. Tian Guo Marching Band pun mulai bergerak, langkah demi langkah, tubuh terasa semakin hangat dan kaki pun tidak lagi bermasalah. Dia dapat menyelesaikan seluruh prosesi pawai panjang yang disaksikan ribuan turis daratan.

Sepulangnya dari kegiatan, di pesawat menuju ke Bali, dia duduk berdekatan dengan sejumlah turis Tiongkok. Melalui pembicaraan secara bertahap, ia membangun rasa percaya terlebih dahulu dari para turis tersebut, sehingga ketika ia meminta mereka agar menarik garis pemisah dari kejahatan kemanusiaan PKT dengan mundur dari organisasi PKT, enam turis perempuan asal Tiongkok dengan gembira menyetujuinya.

**

Praktisi asal Bagansiapiapi mulai mengendur ketika menikah dan kemudian pindah ke Sulawesi. Ketiadaan lingkungan belajar Fa bersama, membuatnya semakin menjauh dari Dafa dan mengejar kenyamanan duniawi. Tahun 2008, ia hamil namun saat melahirkan bayinya meninggal, hal mana membuat dirinya trauma berat dan menutup diri dari teman-teman. Dokter menyarankan dirinya agar tidak hamil lagi. Tahun 2011 tanpa rencana, ia hamil kembali. Dalam kondisi putus asa karena kerap mengalami pendarahan, ia teringat kembali Falun Dafa, mulai berlatih Gong, membaca Fa dan memancarkan pikiran lurus kembali. Saat mengenang kembali, ia melukiskan kondisinya persis seperti pepatah Tiongkok mengatakan: “Hari biasa tidak membakar dupa, bertemu kerunyaman barulah memeluk kaki Buddha.” Melalui proses yang amat sulit, akhirnya bayi lahir dalam kondisi selamat. Ia meyakini mukjijat ini adalah karunia Shifu dan untuk mengingatkan dirinya jangan mengendur. Belakangan setelah pindah ke Bali, ia mulai membantu rekan-rekan setempat untuk mengklarifikasi fakta kepada turis asal Tiongkok yang telah teracuni secara mendalam oleh propaganda kebencian yang disebarkan PKT. Ada banyak kesulitan dan ujian dalam proses tersebut, namun ia memaknai semuanya sebagai hal baik, dan bersyukur dapat kembali ke jalur Xiulian Dafa.

**

Seorang praktisi muda asal Bali memperoleh Fa pada tahun 2009, saat masih berada di bangku SMA. Kemudian ia pindah ke kota lain untuk kuliah dan baru tahun 2014 kembali ke kampung halaman. Kembali di Bali, ia ikut bersama rekan lain mengklarifikasi fakta kepada turis Tiongkok, banyak ujian Xinxing yang dialami: ejekan, perlakuan kasar dari turis yang belum memahami fakta kebenaran, telah membantu menyingkirkan banyak keterikatan hatinya. Pada akhir 2016, di sebuah kesempatan ia bersinggungan kembali dengan game online, dan tanpa terasa mulai kecanduan. Ia sadar hal itu tidak baik dan menyia-nyiakan waktunya, namun sulit melepas keinginan bermain online, hingga akhirnya beberapa mimpi buruk seperti dirinya hendak dibunuh, dikejar-kejar oleh iblis dalam mimpi dan lainnya, kembali menyadarkan dirinya bahwa praktisi Xiulian tidak selayaknya memboroskan waktu yang berharga untuk bermain online, melainkan harus fokus pada tiga hal yang Guru inginkan agar kita lakukan.

**

Praktisi asal Singapura menceritakan proses dirinya melepaskan jeratan Qing keluarga. Putrinya yang baru berusia 14 tahun meninggal karena serangan virus pada hari kedua saat ia tengah menghadiri Konferensi Fa di Singapura pada tahun 1998. Beberapa waktu kemudian, ia masih sering menangis dengan sendirinya saat teringat pada putrinya, menangis bahkan saat berlatih Gong dan belajar Fa. Suatu ketika saat belajar Fa, terbaca beberapa aksara besar dan jelas “Saya tidak menginginkan air mata anda.” Halaman buku Fa kembali dibaca dengan teliti, kata-kata itu tidak terlihat lagi. Barulah ia terbangun sadar bahwa keterikatan Qing-nya pada keluarga telah mengecewakan penyelamatan Shifu dan harapan besar makhluk hidup yang menantikan fakta kebenaran dari pengikut Dafa.

Setelah itu putranya mulai membuat masalah, ujian demi ujian terus menempa, setelah dia meningkatkan diri kondisi putranya kembali membaik. Setelah badai terlihat mereda, ia mendengar bahwa suaminya berselingkuh. Namun banyak tempaan di aspek Qing keluarga, telah membuatnya semakin tenang, dia tetap menyikapi suaminya dengan baik dan juga berhasil mengajak suaminya menonton Shen Yun dan melalui perilakunya yang rasional dan damai, sang suami juga memahami kebaikan Falun Dafa.

**

Konferensi yang dimulai pada pukul 9 pagi, berakhir dengan sukses pada pukul 5 sore.

Setelah konferensi, banyak praktisi menyatakan telah memperoleh manfaat dari sharing pengalaman rekan-rekan, dan menyadari pentingnya belajar Fa, mengultivasi diri sendiri dengan baik, agar dapat membuktikan Dafa dan menyelamatkan lebih banyak makhluk hidup.

Seorang praktisi lama mengatakan dirinya merasa diingatkan untuk lebih gigih maju setelah mendengar sharing dari praktisi yang meskipun baru Xiulian satu tahun lebih, namun telah ikut melangkah keluar untuk menyelamatkan makhluk hidup. Seorang praktisi mengatakan bahwa ia juga menemukan keterikatan Qing keluarga yang kuat pada dirinya, setelah mendengar beberapa sharing praktisi yang juga mengangkat aspek ini dalam Xiulian mereka. Praktisi lain asal Jakarta mengatakan ada beberapa hal yang dapat ia petik, utamanya harus menemukan kembali kondisi seperti awal Xiulian-nya.